Ada Apa di Usia 20an?
Untuk pertama kalinya berbagi cerita yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Setelah beberapa lama mengurung diri dalam rumah akibat pandemik yang tak kian lelah bermain-main dan menebar kecemasan dimana-mana. Akhirnya memutuskan untuk belajar merangkai kata demi kata menjadi sebuah kalimat hingga membentuk suatu cerita.
Kali ini ingin berbagi Sedikit gambaran sungguhan ketika menginjak usia 20an. Ini bisa dikatakan satuan kisahklasik usia 20an. Sampelnya dari diri pribadi, juga beberapa orang terdekat. Walaupun baru berselang setahun merasakan umur 20an, namun sudah banyak hal yang telah terjadi dan dirasa perlu untuk disharing. Siapa tahu bisa dipersiapkan apa yang kurang jika memang dirasa perlu.
Usia dimana kita dituntut untuk belajar hidup serba mandiri. mulai memikirkan akan persiapan untuk masa depan yang cerah.
Ternyata diusia 20an tak semenyenangkan dan semudah yang ada dalam bayang-bayang. Pikiran terlalu dipenuhi dengan hal yang seringkali membuat seseorang kehilangan nafsu makan bahkan yang lebih parahnya kehilangan kewarasan. Makna kewarasan dalam hal ini, kadangkala terdapat kejadian tertentu yang layaknya tidak dilakukan namun dilakukan dan melampaui batas normal.
Mungkin agak berlebihan, tapi setelah dijalani barulah kita bisa memahami. Kalaupun belum terjalani dari pengalaman orang sekitarpun kita bisa belajar untuk memahami.
Diusia 20an keimanan seseorang akan sangat berperan penting, sebab pengaruhnya bukan main. Penyeimbang dikala terpuruk, penolong dalam mengambil keputusan maupun tindakan yang seringkali kehilangan arah. Bukannya ingin menggurui hanya memberikan saran untuk sesering mungkin belajar hal agama. Jika nantinya tak ingin jatuh ke dalam jurang kesia-siaan dan keputusasaan akibat hidup yang teramat sangat dinamis ini.
Pemikiran yang campur aduk, kenyataan pahit yang silih berganti berlomba-lomba menampakkan diri. Tingkat sensitivitas yang melonjak drastis, mulai tampak arti penindasan sesungguhnya, yang kini seringkali terpampang nyata didepan mata, orang sekitar yang sesekali menjadi korban, bahkan bisa saja diri pribadi suatu saat nanti.
Ngeri sih kalo sampai membahas masalah penindasan secara panjang lebar. Jadi, mari berdalih ke yang lain mengenai Kisah percintaan yang amat mengesalkan, menguji kesabaran, menguras air mata dan tenaga, menyakiti batin dan pikiran yang dipaksa berkhayal kesana kemari dan ujungnya melukai hati. Pengkhianatan yang merajalela dan tak kenal rasa empati.
Belum lagi Masalah pertemanan yang datang silih berganti. Mulai saling mengenal watak asli. Teman yang palsu maupun asli sama-sama membekas dihati. Yang tulus dan berpura-pura tulus keduanya saling memberi contoh dan pelajaran hidup yang berarti. Contoh yang baik untuk ditiru ataupun contoh yang seharusnya dijauhi dan tidak untuk dilakukan pada orang lain.
Arti pertemanan yang sesungguhnya bisa kita rasakan disaat-saat seperti ini.
Mulai belajar membatasi diri untuk berteman dengan siapa saja, ini juga penting. Belajar dari pengalaman beberapa waktu lalu bahwa tidak semua yang tampak baik dari depan akan sama jika tampak dari belakang. Awalnya ku pikir ini hanya sekadar kata-kata kiasan.
Harap hati-hati dalam satu hal ini karena beberapa tahun yang lalu saat umur masih belasan tahun punya pengalaman pahit yang pahitnya keterlaluan, sungguh jauh diluar perkiraan. “Sebaik apapun kita terhadapnya tidak ada jaminan dia akan melakukan hal yang sama, bisa saja hal yang dilakukannya adalah hal yang sebaliknya.”
Sungguh ironis dan ternyata nyaris terjadi. Nah ini nih yang terjadi beberapa tahun yang lalu itu. Sedikit bocoran. Tapi sudahlah dari kejadian itu banyak pembelajaran yang bisa dipetik, jangan lupa juga koreksi diri sendiri karena lebih mudah dan berguna ketimbang mengoreksi orang lain.
Satu lagi, ikhlas dengan apa yang terjadi dimasa lalu, berdamai dan jangan lupa saling memaafkan. Silaturahmi pun harus tetap berjalan, seperti kata pepatah seribu Teman Kurang, Satu Musuh Kebanyakan.
Walaupun sampai saat ini masih membekas dihati dan jadi momok menakutkan setiap kali berada dilingkup pertemanan. Namun sebaik-baik penyesalan dengan tidak mengulangi kesalahan yang sama. Sedapat mungkin melangkah jauh menjadi pribadi yang lebih baik lagi, pesanku untukmu, untukku dan untuk kita semua.
Menemukan teman yang dapat menjadi pendengar yang baik sekaligus tempat bertukar pikiran merupakan suatu kesyukuran yang belum tentu tiap orang merasakannya. Jika sudah menemukan jangan lupa untuk dijaga sebaik mungkin. Karena saat ini teman yang baik sangat sulit untuk di temukan.
Dalam fase ini, diusia yang hampir menjadi dewasa kita sangat haus akan hiburan. Ketenangan dan senda gurau yang dahulunya kadang membuat kita lelah sesekali akibat keseringan terjadi. Tapi berbanding terbalik dengan keadaan saat ini. semua hal itu menjadi suatu kerinduan yang sangat amat ingin dirasakan. Hidup yang tenang tanpa beban, pikiran yang tak melayang kemana-mana, dan waktu yang diisi dengan tawa kebahagiaan.
Selamat berjuang dan tetap semangat dalam situasi saat ini. Apapun yang terjadi selalu terselip hal positif dan lagi-lagi pelajaran hidup yang tak henti menyodorkan diri. masa ini juga akan kita rindukan kelak nanti.
Penulis: Andi Nirmala, mahasiswa Hukum Universitas Hasanuddin.