Tue, 15 Oct 2024
Cerpen / Kukuh Basuki Rahmat / Sep 17, 2024

Awan

Siang ita Anna duduk di kursi menatap jendela yang terbuka lebar di lantai dua rumahnya. Dari kejauhan terlihat gumpalan awan putih berarak digiring oleh angin ke arah timur.

Dicarinya pola-pola yang bisa ia pahami. Hal itu sudah dilakukannya sejak ia mengenal kata-kata di waktu kecil. Bedanya, sekarang ia tak pernah lagi menceritakan pola-pola apa saja yang muncul di awan itu pada siapapun.

Pada  saat Anna masih kecil dia suka sekali merebahkan badannya di manapun yang memungkinkannya ia bisa melihat awan di atas. Jika bersama temannya, ia bisa langsung menceritakan awan mana yang menarik untuk diceritakan. 

Setelah rebahan tanpa kata sambil menatap ke langit, Ia biasanya membuka percakapan dengan mengarahkan jari telunjuk ke arah awan yang ia maksud.

Lalu Anna mulai menarasikan pola apa yang ia tangkap. Ada yang mirip kursi empuk, ada yang mirip domba, ada yang mirip roti bahkan gula kapas. Selain itu masih banyak lagi bentuk-bentuk yang diungkapkan oleh Anna.

Hampir semua teman masa kecilnya selalu hafal ketika bermain dengan Anna. Ketika usai Lelah bermain, Anna selalu merebahkan diri entah di rumput hijau, di buk*, atau di manapun bidang datar tempat Anna bisa merebahkan dirinya.

Teman-temannya pun sering mengikuti sesi percakapan sambil melihat awan ketika mereka terlentang berjejeran.

Ada Ardi, Rina, Herman, Tanti yang sering diajak Anna untuk mengobservasi bentuk-bentuk awan.

Kebetulan rumah mereka saling berdekatan sehingga mereka sering bermain bersama walaupun banyak juga temannya yang rumahnya agak jauh datang ke kebun belakang rumah Rina yang cukup luas. Anak-anak di kompleks itu menjadikan rumah Rina sebagai titik temunya

Pada saat masuk SMP Anna pindah rumah karena ayahnya ingin memajukan usaha bonsainya ke kota. Rumah di desa yang dibeli sehari setelah kelahiran Anna dijual kepada orangtuanya Rina yang rencananya akan menggunakan rumah itu untuk memperluas toko barang bangunannya.

Sejak saat itu Anna agak jengkel kepada orangtuanya karena kepindahan rumah keluarganya memisahkan Anna dengan sahabat-sahabatnya yang menjadi teman Anna sejak kecil. 

Waktu sangat cepat berlalu. Tak terasa enam tahun di sekolah menengah atas selesai. Beberapa kali Anna bertukar kabar dengan empat sahabatnya namun bisa dibilang sangat jarang.

Masing-masing mempunyai kesibukan yang padat karena kurikulum baru yang mengharuskan mereka belajar banyak mata pelajaran.

Hanya di enam bulan perpisahan mereka masih aktif berkomunikasi di hari sabtu dan minggu melalui wartel. Setelah masa itu mereka sudah larut dengan aktivitas masing-masing.

Di hari setelah wisuda SMA, Anna seperti kebiasaannya sejak kecil memandangi awan yang siang itu sedang cerah-cerahnya. Matahari juga berada di sisi langit yang berseberangan dengan gumpalan-gumpalan awan.

Tiba-tiba Anna teringat dengan keempat sahabatnya dan berpikir tentang bagaimana ya mereka sekarang? Apakah mereka juga merasakan wisuda hari ini dan sedang sibuk mencari kampus untuk berkuliah atau mereka memilih bekerja?

“Anna… ke sini nak, kita foto dulu nih..”

“Iya bu sebentar” 

Anna menyalakan handphonenya dan mengarahkan ke langit.

Anna memotret beberapa gumpalan awan yang tampak seperti Kasur raksasa di mana dulu ia sering mengkhayalkan suatu saat bersama teman-temannya bisa bermain dan berlompatan di awan putih itu.

Setelah mengambil beberapa foto. Anna berlari ke arah kedua orang tuanya. 

“Min, tolong fotoin aku ya sama bapak ibu” pinta Anna pada temannya Tini yang berada di dekatnya waktu itu.

“Baik pakai hpmu kah?”

“Iya pake ini saja” Jawab Anna sambil menyerahkan Hp nya kepada Mina

Setelah beberapa jepretan dan beberapa gaya bebas, ada pesan WA masuk ke Hpnya Anna.

“Eh ini An.., udah ya ada pesan masuk nih” ujar Mina sambil menyerahkan Handphone kepada Anna

“Oh iya baik Mina terima kasih ya” ucap Anna sambil menerima Handphonenya kembali. 

Dia membaca pesan yang masuk. Tidak ada nama yang tertera, hanya barisan nomor saja.

Halo Anna apa kabar?” pesan singkat di Whatsapp itu tertulis

Sebelum membalas, Anna melihat foto yang tidak terlalu asing dengan wajah agak tersenyum. Anna menebak-nebak walaupun agak ragu.

Syukurlah baik. Ini Tantikah?

Iya betul Anna” tulis Tanti sambil menyertakan emoticon tersenyum.

Waaah, apa kabarTanti? Kamu di mana sekarang? Dapat nomorku dari mana? Sudah wisuda kah  ini?”

Beberapa pertanyaan memberondong begitu saja seiring gembiranya Anna tersambung lagi dengan sahabat lamanya

Wah, wah, banyak sekali pertanyaanmuAnna… wkwk… aku telfon saja ya…

Oke… aku saja yang telfon…”

Beberapa waktu kemudian mereka saling bercakap-cakap.

Menceritakan pengalaman sekolahnya masing-masing hingga hari ini mereka sama-sama wisuda dan merencanakan untuk segera kuliah.

Btw gimana kabar Rina, Ardi, dan Herman?”

Baik Anna, sepertinya mereka juga wisuda hari ini. Aku bersekolah di SMA yang berbeda dengan mereka An. Mereka bertiga di SMA 24, aku di SMA 1”

“Oh iyaya….”

“Oiya ini aku hubungkan ke mereka ya, supaya kita bisa ngobrol berlima” saran Tanti.

Oh boleh-boleh….”

Tantipun menghubungi Ardi, Rina dan Herman. Ternyata mereka juga wisuda SMA hari ini.

Mereka bercakap-cakap bersenda gurau dan menanyakan kabar masing-masing. Mereka juga menceritakan kebiasaan Anna yang masih mereka ingat yaitu melihat awan.

Anna ayok kitafoto dulu barengan virtual. Ini mumpung awannya pada ngumpul hahaha…” pinta Ardi.

Hahaha oke siap, yuk-yuk

Mumpung awannya kayak gula kapuk yang rasanya manis, kayak kamu wkwkwk” goda Herman kepada Anna.

“Aaah sudah garing…garing… yuk segera foto, keburu ilang nanti awannya” sergah Rina sambil tertawa kecil.

Merekapun berfoto bersama dengan latar belakang awan putih di langit. Mereka sangat senang dan terharu akhirnya bisa bertemu lagi setelah sekian lama tak terhubung.

Mereka pun berjanji akan kuliah di kampus yang sama. Merekapun merencanakan nantinya bisa bersantai bersama sambil memandangi awan seperti dulu lagi ketika mereka masih kecil. 

 

*buk: bahasa Jawa tempat duduk memanjang yang terbuat dari batu bata dan semen yang biasanya terdapat di gerbang masuk depan teras rumah.

 

Penulis: Kukuh Basuki Rahmat, alumni Magister Psikologi UGM dan anggota komunitas Radio Buku. Sekarang saya sedang aktif menulis esai, resensi buku, dan cerpen di berbagai media. Domisili saya di Sleman, Yogyakarta.

Pronesiata

Kami percaya jika semua tulisan layak untuk dibagikan. Tak perlu harus sempurna! Media ini ruang bagi semua yang memiliki karya tulisan.

© pronesiata.id. All Rights Reserved.