Mon, 16 Sep 2024
Cerpen / Nazhif Amin / Aug 04, 2024

Di Balik Ruang Bawah

Dari sekian banyak larangan bunda kepada anak itu hanya ada satu larangan yang sampai sekarang masih jadi pertanyaan besar.

Sewaktu ia kecil bunda sering sekali mengomel bilamana anaknya tak menghabiskan nasi, atau menyisihkan sayuran dari makanannya. Itu bisa dimaklumi. Sekarang setelah agak besar ia jadi paham akan hal hal itu.

Namun yang masih membuatnya tak habis pikir ialah mengapa bundanya tak mengizinkannya untuk mendekati apalagi masuk ke ruangan bawah.

Sebuah ruangan berpintu kayu dengan grendel dan palang besar yang menguncinya. Mungkinkah ada makhluk mengerikan mengintai disana? Ia tak pernah tahu.

Tepat saat ia lulus SD bundanya menjanjikan hadiah apapun yang diminta anak itu jika mendapat nilai terbaik.

Benar saja, nilai rapor dan tugasnya saat kelulusan adalah yang terbaik diantara teman temannya. Namun ia tak meminta mainan atau sebagainya. Ia telah memiliki banyak semua itu.

Ia hanya meminta satu hal yang diidam idamkan sejak lama, yakni diperbolehkan masuk dan melihat isi dalam ruangan bawah yang selalu terkunci itu.

"Semua permintaanmu akan bunda turuti, kecuali yang satu itu."

Pupus sudah keinginannya setelah bunda menandaskan kalimat itu. Ia hanya bisa merajuk. 

Memasuki masa SMP ia mendapati perlakuan baru dari teman-temannya. Dahulu ia masih bisa riang bermain dengan siapapun. Namun semakin kesini orang orang mulai menaruh jarak padanya.

Tatapan mereka pun beraroma sinis dan penuh curiga. Sesekali ia mencuri dengar dan mendapati bahwa di belakangnya teman sebayanya menyebut keluarga anak itu dengan istilah 'tapol'. ia masih belum mengerti istilah itu.

Pernah ia tanyakan itu pada bundanya dan bundanya hanya mematung diam seribu bahasa. 

Pada hari hari tertentu ia akan melihat ibunya menangis sendiri dan meracau tidak jelas. Ia pikir hal itu bermula sejak malam kepergian ayahnya.

Seingat anak itu sosok ayah tak begitu banyak meluangkan waktu untuknya. Ia hanya menghabiskan hari dengan bekerja bersama teman-temannya di ruangan bawah.

Kadang terdengar suara perdebatan dari sana. Kadang suara tawa yang keras. Entah apa pekerjaan mereka

Bergulirlah waktu dan rezim saat itu digantikan oleh orde baru. Ia jadi jarang melihat ayahnya berkumpul lagi bersama rekan rekannya. Tapi mereka jadi punya waktu bersama. Awalnya ia senang, sampai kebahagiaan itu surut.

Suatu malam ia dibangunkan oleh suara teriakan warga yang marah-marah di depan rumahnya. Beberapa berlaku anarkis dengan melemparkan batu diiringi sumpah serapah.

"Keluar kau dasar pengkhianat negara!"

"Tunjukkan kepalamu biar kamu gantung!"

Dalam pandangannya yang samar ia melihat sosok ayahnya diarak warga entah menuju kemana. Bundanya hanya bisa menangis dan tersimpuh. Menahan agar suaminya tak dibawa.

Namun warga tak peduli, amukan semakin menjadi. Pecah dan tak terkontrol. Bahkan ia sekilas mendapati beberapa rekan ayahnya telah babak belur diarak bersama.

Semenjak hari itu ketika anak itu menanyakan kabar ayahnya bundanya akan menjawab kalau ia pergi bekerja. Ia tahu itu bohong. Namun ia hanya berpura pura bodoh.

Ia hanya dengar dari kabar burung jika katanya ayahnya sudah ditembak di alun-alun kota bersama orang orang yang dianggap pembelot. Atau ada yang menuturkan bahwa mereka ditenggelamkan di laut setelah ditahan beberapa bulan lamanya.

Barangkali hal demikian jadi alasan mengapa ia tak boleh mendekati ruangan bawah yang selalu menarik minatnya untuk menuju ke sana. Ke tempat yang selalu diselimuti misteri.

Yang setiap malam mengganggu tidurnya dengan bayangan-bayangan orang orang anarkis dan penuh kericuhan. Juga yang menggemakan di telinganya seruan seruan penuh umpatan.

Atau tawa keras ayahnya diiringi alunan musik berisikan perlawanan dari rakyat sebagai lagu pengantar tidurnya.


Penulis: Nazhif Amin, saat ini adalah seorang pelajar di SMA MBS Yogyakarta. Gemar berdiksi dan berdiskusi. Dapat dihubungi di akun Instagram @ghifari_amin

Pronesiata

Kami percaya jika semua tulisan layak untuk dibagikan. Tak perlu harus sempurna! Media ini ruang bagi semua yang memiliki karya tulisan.

© pronesiata.id. All Rights Reserved.