Kinan Miliknya
Di tengah badai salju yang menutupi sebagian keindahan kota, sesosok bayangan hitam tampak mengekor di balik lekukan tubuh milik seorang perempuan. Malam yang dingin semakin mencekam ketika sosok itu mulai membuat sang perempuan berbalik ke sana ke sini mencari sesuatu yang mengganggu kenyamanannya. Pada detik ke-20, mobil mendekat dengan lampunya yang menyorot tajam, menusuk dan menyilaukan mata, kemudian, terjadilah sebuah tragedi mengenaskan. Di mana, mobil itu lagi-lagi memakan korban—
TLIT!
Layar televisi yang awalnya penuh dengan gambar suram itu, kini menjadi tidak bergambar, layarnya sengaja ditutup. Membuat satu orang yang tengah duduk di kursi depan layar lebar itu menggerutu sebal.
“Tidak boleh ditonton lagi, itu film dewasa,” ucap sang kakak yang sengaja menekan tombol off pada remot, memperingatkan. Adiknya yang mendengar itu, langsung mengerucutkan bibirnya.
‘Padahal seru!’
???
“Pagi, Kinan,”
Suara berat disertai nada lembut bak sutra itu masuk ke telinga Kinan. Perempuan itu sontak menoleh dan langsung mengulas senyum tipis saat mengetahui sapaan itu berasal dari anak kelas sebelah.
"Regan? Kenapa?" tanya perempuan itu kemudian, yang dibalas gelengan kepala oleh lelaki itu dengan sudut bibirnya yang terangkat, membuat Kinan merasa aneh dan segera melaluinya.
"Nanti ketemuan di belakang sekolah, yah kalau bel pulang berdering!" seru lelaki itu yang sama sekali tidak digubris oleh Kinan.
Beberapa hari ini cukup susah untuk Kinan fokus pada pelajarannya. Semua karena Regan yang sering berbicara tidak jelas tentang dirinya. Bahkan di jam pulang sekalipun, Lelaki itu selalu lewat dalam kepalanya.
"Sore, Kinan,"
Lagi-lagi perempuan itu dikejutkan oleh sosok Regan yang tiba-tiba muncul di belakangnya. Regan lalu bergerak mendahului Kinan untuk muncul di hadapan perempuan itu, menghentikan kakinya yang sedang melangkah menuju gerbang.
Kinan membalas sapaan itu dengan senyuman tipis disertai anggukan kecil.
"Tadi pagi sudah janji mau ketemuan di belakang sekolah, kan? Ayo!" ajak lelaki itu seketika bergairah.
Mata Kinan sontak membulat kaget. "Aku kan tidak bilang, iya," balasnya, yang membuat Regan cemberut. Didetik berikutnya, tangan Regan bergerak menyentuh tangan Kinan, lalu diseretnya perempuan itu.
Kinan meringis, tentu. Pergelangan tangannya benar-benar digenggam kuat oleh Regan. Bahkan Kinan sudah berusaha memberontak, tapi lelaki itu terlalu kuat.
"Lepas! Mau apa, sih?!"
Ocehan itu tidak dibalas oleh Regan. Lelaki itu terus membawa Kinan hingga ke tepi jalan raya yang tidak dihinggapi banyak orang, barulah aksinya itu berhenti. Regan tersenyum.
"Ayo jadi pacarku!"
Satu detik terasa bagaikan berjam-jam, setelah mendengar lelaki di hadapannya mengucapkan kalimat keramat. Kinan seketika mematung dengan Regan yang menatap maniknya menunggu jawaban.
Kinan menggeleng pelan. Perempuan itu menatap ke arah jalan raya yang sudah hampir dipenuhi pengendara bersamaan dengan langit yang mulai menampakkan sisi gelapnya.
"Kinan, kenapa?"
Raut kecewa terpancar jelas di wajah Regan. Kinan menatap pas ke arah manik Regan tapi lelaki itu menundukkan kepalanya seakan ingin Kinan tahu tentang perasaan kecewa yang diterimanya.
Sedangkan Kinan? Dia cukup menyadari bahwa ditolak itu pasti rasanya tidak enak dan berakhir malu. Mulut perempuan itu ingin mengucapkan kata permintaan maaf, namun tiba-tiba badan besar menyelimuti dirinya. Regan memeluknya? Kinan ingin melepaskan diri, tapi tidak bisa. Bersamaan saat mendekatnya sebuah mobil dengan lampunya yang menyorot tajam. Kinan sampai menyipitkan matanya untuk bisa menembus cahaya yang dihasilkan kendaraan roda empat itu.
"Kakak!"
Teriakan yang familiar menembus pendengaran Kinan. Keysha yang merupakan sang adik berlari tergesa menuju tempat kakaknya yang berada dalam dekapan lelaki asing. Seketika pula laju mobil yang mendekat semakin berkurang dan berhenti tepat di hadapan Regan yang mendekap Kinan.
"Regan, minggir! dia target kita yang selanjutnya!"
Suara asing terdengar dari dalam kendaraan yang menampilkan kepala dari balik jendela mobil yang terbuka. Seorang lelaki bertubuh kekar langsung membuka pintu mobil saat melihat Regan yang sudah ditegur olehnya sama sekali tidak beranjak dari sana.
Regan melepas Kinan dari dekapan tiba-tibanya, membuat perempuan itu bernapas lega lalu sedikit menjauh dari sana. "Maaf, Farez, aku tidak bisa," ucap Regan kemudian. Matanya tidak lepas dari Kinan, tetapi Kinan tidak meliriknya lagi.
Langkah kaki yang terdengar buru-buru mendekati Kinan. Keysha langsung memeluk kakaknya saat tiba di tempat. "Kak, ayo pulang--
Dengan gesit, sebuah peluru ditembakkan, melayang di udara dan mendarat tepat di bagian leher Keysha, membuat Regan seketika membola dan Kinan ikut terjatuh menopang tubuh adiknya yang bersimpuh darah. Sedangkan, lelaki yang disebut Farez itu tersenyum miring.
'Terima kembali perbuatanmu!'
"KEYSHA!" Kinan berteriak histeris memeluk tubuh lemah milik adiknya. Tangannya mengusap lembut pipi Keysha. Mata Kinan benar-benar berair deras. Dia sungguh berharap hari ini adalah mimpi. Satu katanya untuk hari ini adalah, sial.
"Kinan! aku mohon, pergi dari sini, bawa adikmu, aku mencintaimu," ucap Regan lalu menggerakkan tangan-tangannya untuk mendaratkan beberapa pukulan kepada Farez. Satu hal yang membuat Kinan kembali melirik lelaki itu.
'Dia tidak mau melakukan apa yang diperintahkan oleh atasannya, karena alasan mencintaiku?'
???
Awal masuk ke dunia sekolah menengah atas, tidak ada hal yang aneh mengenai Regan. Namun, setelah berbagai kasus beredar bahwa seringnya ditemukan jasad perempuan di tepi jalan raya, Regan mulai bertingkah seperti manusia haus darah. Setiap pulang sekolah, tidak jarang tertangkap oleh mata, Regan berkostum hitam dari ujung rambut hingga ujung kakinya. Sungguh mencurigakan.
Lelaki itu suka membunuh. Tapi, bukan pilihannya, karena ini semua diatur oleh Farez, orang yang pendendam. Menurut lelaki itu, semua yang dijadikan korban adalah perempuan-perempuan yang menyakiti hatinya. Ah.. lelaki gila.
Aku tidak membenci Regan, tetapi juga tidak memilih membalas perasaannya ataupun membelanya, tapi aku menghargainya. Aku bahkan tidak tahu apa yang ada di kepala lelaki itu sehingga mau-mau saja menurut untuk membantu melancarkan proses pembunuhan seseorang.
"Kinan, aku bekerja di bawah Farez untuk mendapatkan uang dan menyelamatkan Ibuku, aku dipaksa. Dia bukanlah orang lain, melainkan ayah tiriku, aku tidak bisa melawan,"
Regan ternyata meminta pertolonganku. Aku benar-benar minta maaf karena itu. Terlambat menolongmu. Kau selalu mencari kesempatan di depanku, tapi tidak mengatakan sesuatu yang jelas. Bahwa, kau... butuh bantuan.
Lalu... bagaimana dengan adikku yang merupakan korban terakhir?
Penulis: Mayumi Zahra Pratiwi, biasa dipanggil Erika, merupakan siswi SMK yang bergerak di jurusan Farmasi. Hobinya menulis, membaca, menggambar, dan menyanyi. Kebiasaannya, menuangkan ide-ide fantasi melalui cerpen, novel atau menggambar. Cita-citanya ingin menjadi seorang apoteker sekaligus novelis yang handal, serta berharap bekerja di Negeri Sakura dengan memainkan coretan pena layaknya seorang mangaka.