Cahaya Suram Di 3 Maret 1924
Bulan Maret mencipta cerita yang memilukan
Mengundang petaka dalam skenario perjalanan umat
Yang tak pernah tergoreskan dalam tinta sejarah silam
Kini lorong gelap yang panjang dan berliku telah di tapaki
Karena cahaya kegemilangan telah padam
Oleh sang penuai laknat dari langit dan bumi
Kian hari umat semakin dihimpit oleh bumi
Sehingga tak ada ruang untuk berlari
Tak ada kesatria mampu membasmi para penjahat
Dan manusia tak tahu kepada siapa mengadu
Berbagai arus terjal telah menghantam bumi yang kering dari perisai
Serangan fisik secara brutal telah terjadi di mana-mana
Di negeri mayoritas pun mendapat serangan pemikiran yang terus diluncurkan
Yang entah kapan semuanya akan surut
Hidup dalam keramaian namun terpenjara dalam kesunyian
Sunyi yang mencekam membuat detak jantung umat makin berdetak kencang
Memang, jutaan saudara seaqidah berkeliaran di bumi
Namun mereka bungkam seribu bahasa
Menjadikan hati umat yang tertindas makin teriris
Bukan karena mereka tak pandai berbicara
Tetapi harus terdiam karena menjadi budak oleh tuan-tuan pembenci Islam
Lalu sebagaiannya ke mana?
Mereka bisu karena serangan apatisme telah mengakar di akalnya
Itulah buah yang dihasilkan oleh penumbang peradan gemilang
Namun, jangan benamkan diri dalam kegelapan
Mari mengubah ruang waktu,
Berusaha mencari lorong-lorong cahaya walau hanya secuil
Berlari menjemput kemenangan dengan nusroh-Nya
Penulis: Kasmira, alumni Perbandingan Mazhab dan Hukum UIN Alauddin Makassar.