Jeritan Dari Negeri Minoritas
Alam terus berada dalam kubangan kegelapan
Umat pun melangkah tuk mencari pelita hidup
Sebagai peta untuk berlari dari cengkeraman kaum biadab
Namun mata umat sudah penat dalam pencarian
Yang nampak hanyalah seberkas cahaya yang redup
Seberkas itu adalah perisai bagi umat
Namun perisai itu belum mampu memercikkan cahayanya di alam ini
Yang dapat mengundang rahmat dari Sang Maha Rahman
Sehingga nyawa umat telah banyak yang melayang
Kehormatan yang suci direnggut dengan mudah
Darah pun bersimbah ruah di negeri yang minoritas
Dan terus bermandikan air mata di lautan nestapa yang tak berkesudahan
Air yang tak henti-hentinya mengalir di pelupuk mata umat yang tertindas
Namun sebagian umat hanya membisu di tengah lingkaran kedzoliman yang terus menjerat saudara di negeri yang jauh
Kini jeritan tangis semakin pecah
Batin dan fisiknya berkecamuk di malam yang bisu
Matanya yang tak terpejam karena dirundung pilu
Mereka terkurung dalam waktu yang berkepanjangan
Terasing dalam mayoritas di negerinya sendiri
Merasakan penindasan yang tak berperikemanusiaan
Sehingga secuil harap tumbuh di hati mereka yang menjerit
Berharap para penguasa negeri muslim
Menabuh perang dalam membela saudara yang tertindas
Namun, harapan pun sirna
Karena secuil kecaman saja
Tak dilisankan oleh mereka para penguasa muslim
Menjadi pragmatis terhadap kondisi saudara di negeri yang jauh
Karena nasionalismelah yang menjadi tabir dalam ukhuwah
Penulis: Kasmira, alumni Perbandingan Mazhab dan Hukum UIN Alauddin Makassar.