Sat, 19 Apr 2025
Puisi / Christian Felix / Apr 12, 2025

Senja di Ujung Jari

Senja di Ujung Jari"

Di ujung jari aku menyentuh senja,
Bukan cahaya tapi rasa yang mengendap,
Seperti angin yang menari di sela-sela daun,
Membisikkan kisah lama yang tak lagi terbaca.

Waktu mengalir seperti tinta yang pudar,
Menyisakan jejak tak tampak di atas kertas,
Kita dua bayangan yang terhapus oleh gelap,
Mencari arti di ruang tanpa dimensi.

Kau adalah hujan yang jatuh di laut sunyi,
Setetes dan tak pernah kembali,
Menghilang di dalam riak,
Menyatu dengan angin menjadi rahasia yang tak terungkap.

Aku mungkin hanya awan yang menunggu,
Mengembun dalam kepingan kenangan,
Sementara langit menghembuskan nafasnya,
Menyaksikan kisah kita terpecah menjadi serpihan-serpihan cahaya.

Apakah kau ingat bagaimana kita pernah bersinar?
Seperti bintang yang merintis malam,
Namun kini kita hanya serpihan debu,
Mengapung di angkasa yang penuh dengan janji yang terlupakan.

Di ujung jari aku masih memegang waktu,
Tapi waktu tak pernah memberi jalan pulang,
Kau dan aku hanyalah dua sisi dari cermin,
Yang saling berhadapan namun tak pernah saling menyentuh.

Di sini di tempat yang terlarang,
Aku belajar untuk melepaskan yang tak pernah bisa dimiliki,
Untuk mengubah luka menjadi pelajaran,
Dan kenangan menjadi bayangan,
Yang akan hilang bersama datangnya pagi.

Senja di ujung jari,
Bukan hanya tentang apa yang hilang,
Tapi tentang segala yang pernah ada,
Tentang cinta yang terpendam dan impian yang terbang seperti pasir,
Diterbangkan angin hilang dalam hening malam.

 
*
 

Akhir Cerita di Bulan Desember

Desember datang dengan angin yang dingin,
Menghapus jejak-jejak kenangan yang pernah terpatri.
Di setiap sudutnya hujan berbisik lembut,
Menyanyikan lagu perpisahan yang tak terucapkan.

Di bawah langit yang mendung aku berdiri,
Kata-kata yang dulu manis kini menjadi luka.
Cinta yang dulu membara kini telah padam,
Seperti api yang tak lagi mampu menghangatkan hati.

Dedaunan gugur tanpa perlawanan,
Sama seperti hati yang perlahan runtuh,
Berpisah di saat yang paling sunyi,
Ketika dunia terasa terlalu berat untuk ditanggung bersama.

Mata kita tak lagi saling berbicara,
Dan tangan yang dulu saling menggenggam,
Kini hanya meninggalkan ruang kosong,
Seperti salju yang turun tanpa jejak.

Desember membawa pergi segala impian,
Menorehkan luka yang tak akan mudah sembuh,
Namun meski cinta itu telah hilang,
Aku tetap berterima kasih atas setiap detik yang kita jalani.

Di akhir bulan yang penuh kenangan ini,
Aku merelakan meski hatiku terasa berat.
Cinta kita mungkin tak berjodoh,
Tapi kenangannya akan tetap ada,
Seperti hujan yang tak pernah berhenti turun di Desember.

 
*

Kenangan yang Tertinggal di Bulan November

November datang dengan senyum di wajahmu,
Kau berjalan dengan langkah pasti,
Melangkah meninggalkan masa yang penuh perjuangan,
Di hari itu kau meraih apa yang kau impikan.

Aku yang duduk di sisi menatapmu dengan mata yang lebih berat,
Menjadi bayangan di balik kebahagiaanmu,
Mantan yang kini hanya bisa melihat,
Saat kau memulai perjalanan baru tanpa aku di sampingmu.

Di antara sorak-sorai dan tepuk tangan,
Aku berdiri tak berdaya,
Menyaksikanmu melangkah jauh,
Dengan segala pencapaian yang kini menjadi milikmu,
Dan aku hanya bagian dari kenangan yang pudar.

November itu bukan hanya tentang kemenanganmu,
Tapi juga tentang aku yang belajar menerima,
Menerima kenyataan bahwa kita bukan lagi bagian dari cerita ini,
Bahwa aku yang dulu ada di setiap halaman hidupmu,
Kini hanya bayangan di akhir cerita.

Kau lulus dengan bangga,
Bersama harapan yang terhampar luas di depan mata,
Sedangkan aku hanya membawa luka yang belajar untuk sembuh,
Berdiri di tempat yang jauh,
Menjadi masa lalu yang terlupakan dalam setiap langkahmu.

Namun meski aku bukan lagi bagian dari masa depanmu,
Aku tak bisa menghapus senyummu dari ingatan.
Kau adalah bagian dari kisah yang indah,
Yang meski berakhir tetap hidup dalam setiap detik yang telah kita lalui.

November bulan yang membawamu ke depan,
Dan aku di sini belajar untuk melepaskan,
Sambil berharap suatu saat kenangan ini akan menjadi cerita yang indah
Yang tak hanya berisi perpisahan,
Tapi juga tentang bagaimana kita pernah berjuang bersama,
Sebelum akhirnya kita masing-masing menemukan jalannya sendiri.

 
 
Penulis: Christian Felix Lumbanraja, mahasiswa asal Surabaya.

Pronesiata

Kami percaya jika semua tulisan layak untuk dibagikan. Tak perlu harus sempurna! Media ini ruang bagi semua yang memiliki karya tulisan.

© pronesiata.id. All Rights Reserved.