Warga Dunia dan Islam Global
Kebaikan itu universal, lintas negara. Maka beratus tahun sebelum masehi, Socrates warga Athena,Yunani bilang, “ Aku bukan warga Athena, bukan pula warga Yunani, aku warga dunia.” Untuk mencapai kebaikan itu menurut Socrates manusia harus mengenali dirinya sendiri. Jadi tidak harus capek-capek datang ke Yunani, cukup diam di negaranya masing-masing.
Ilmu pengetahuan juga universal, lintas negara. Dulu ada pelajaran ilmu hitung Aljabar buah karya Muhammad bin Musa alkhawarizmi, muslim asal Persia. Rumus kuadrat sama dengan akar, akar sama dengan konstanta tidak ada yang mencurigai sebagai rumus muslim Persia yang harus dihindari oleh penganaut agama lain. Makanya, Mumahammad bin Musa bisa dibilang warga dunia.
Mark Zuckerberg, atheis keturunan yahudi, programmer computer yang menciptakan facebook. Karena keilmuannya yang bermanfaat bagi banyak orang di seluruh dunia dia pantas dimasukan dalam daftar warga dunia. Bedanya dengan Muhammad bin Musa, ada sebagian kalangan mempersempit “ ruang gerak “ Mark, Kalangan yang biasa suka usil menulis dengan bahasa seragam , “ Bagi muslim yang anti Yahudi, anti Atheis, anti Amerika, jangan menggunakan facebook. “
Pakar Informatika bilang, penemu Komputer adalah Cahrles Babbage, tapi Ulil Absar Abdala katakan bahwa Alan Turing yang menemukannya. Saya sih lebih percaya pada pakar informatika yang bilang Alan Turing adalah pembuat model komputasi (model matematis) yang dijadikan model komputer saat ini. Komputer digunakan orang di seluruh dunia tanpa peduli siapa penemunya, siapa perancangnya, apa orientasi sexnya, maka Charles Babbage dan Alan Turing boleh dibilang warga dunia.
Mungkin karena Charles Babbage punya orientasi sex normal, dan Alan Turing adalah seorang gay hingga Ulil punya alasan berkicau di akun twiternya, “Kalian yang benci LGBT, setidaknya mesti ingat: komputer yang kalian pakai adalah hasil temuan Alan Turing, seorang gay dari Inggris.”
Pesebak bola Lionel Messi warga Argentina, dan Cristiano Ronaldo warga Portugal sudah menjadi milik dunia. Setiap keduanya berlaga di lapangan hijau, bukan hanya warga Argentina dan warga Portugal yang jingkrak-jingkrak, tapi juga warga di seluruh dunia ikut jingkrak dan men-gelu-elukannya.
Sebagai warga dunia, terkadang Ronaldo tidak hanya berurusan dengan sepak bola. Dia pernah datang ke Indonesia sebagai Duta Forum Peduli Mangrove menanam Mangrove bersama Presiden SBY. Entah apa kebijakan negara Argentina dan Portugal soal Palestina, tapi yang jelas, Ronaldo mendukung perjuangan bangsa palestina. Messi sempat diberitakan menyumbang sejumlah uang ke Israel, tentu saja menuai kecaman dari pro Palestina. Belakangan dia membantah. Ketika dia peduli pada anak-anak Palestina yang menjadi korban kebiadaban Israel, gantian yang pro Israel mengecamnya.
Ajaran agama juga lintas negara.Sebelumnya memang para Nabi diutus khusus untuk warga setempat. Nabi Hud diutus untuk kaum Ad, Nabi Sholeh diutus untuk Kaum Tsamud, Nabi Luth diutus untuk Warga Sadum, Nabi Syuaib diutus untuk Kaum Madyan. Da’wah Nabi Isa mulai merambah ke negara lain seperti sebagian kisahnya bisa kita baca dalam Surah Yasin:13-21 ketika dia mengirim tiga orang utusan ke Negara Anthakiyah, Syria, sekarang masuk wilayah Turki. Ada juga yang berpendapat tiga utusan itu bukan utusan Nabi Isa.
Wallahu A’lam. Dalam versi kristiani – entah kapan dan dimana saya baca, saya lupa - Dalam amanat agung Yesus mengatakan,"Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku." Berabad kemudian, Nabi Muhammad SAW warga Arab Quraisy, diutus untuk kebaikan,kesejahteraan di seluruh dunia, “Dan tiadalah Kami mengutus engkau (hai Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil ‘alamiin)” ( surah Al Anbiya, ayat 107 ). Maka agak aneh jika sekarang ini agama wabilkhusus agama Islam dikotak-kotakan berdasarkan negara. Ada Islam Arab, Islam Eropa, Islam Nusantara. Padahal kan ajarannya sudah jelas, setiap muslim adalah bersaudara. Jika ada muslim di belahan dunia lain dicubit, maka muslim di belahan dunia lainnya juga merasakan sakitnya. Wacana Islam Nusantara tanpa disertai penjelasan yang cukup dimaknai oleh sebagian kalangan sebagai anti etnis tertentu Walaupun berkali kali pengusung Islam Nusantara menjelaskan Islam Nusantara bukan anti arab, tetap saja sikap anti arab dan yang dianggap kearab-araban menjadi bola salju menggelinding terus sempai sekarang.
Walaupun pengusung Islam Nusantara berkali kali menjelaskan bahwa Islam Nusnatara tetap berukun Islam lima, rukun imannya tetap enam, sholat wajibnya tetap lima waktu, penjelasannya agak terlambat karena di luar sebagian kalangan sudah ramai bicara soal usir mengusir ke Arab jika ada yang bicara syariat Islam.Walaupun pengusung Islam Nusantara berkali kali meneaskan bahwa Islam Nusantara bukan ingin merubah ajaran Islam, tapi membumikan Islam menjadi agama damai, agama yang santun , yang berbudaya lokal, tetap saja sebagian kalangan sudah bicara soal Islam sebagai agama impor yang menggusur agama asli Nusantara. Boleh dibilang, wacana Islam Nusantara walaupun mungkin tujuannya baik, dampaknya malah kontra produktif, dan menjadi angin segar bagi para haters Islam. Itulah resiko menaruh Islam dalam kotak khusus berlabel Islam Nusantara, walaupun maksudnya adalah sikap penganutnya yang nusantara, bukan merubah ajarannya. Kalau itu maunya berarti ada kesalahan penulisan label. Kalau hanya ingin khas dalam soal budaya mestinya labelnya ditulis Muslim Nusantara.
Islam adalah ajaran yang rahmatan lil alamin,yang memberi rahmat lintas negara, lintas suku, bahkan lintas agama, sedangkan muslim di tiap negara sunatullahnya mempunyai akar budaya yang berbeda. Tapi kalau bicara soal kekerasan, bukan hanya milik orang Arab. Seperti halnya kebaikan, kekerasan juga lintas negara. Cuma sebutannya berbeda. Kekerasan yang dilakukan oleh tentara Amerika, misalnya; Walaupun korbannya banyak rakyat sipil, walaupun merangsek masuk wilayah kedaulatan negara lain, bukan masuk kategori kekerasan, tapi menjaga kedamaian.
Begitu juga kekerasan yang dilakukan oleh satu penganut agama tertentu, berbeda sebutannya dengan kekerasan yang dilakukan oleh penganut agama lainnya. Ada yang disebut teror, ada yang disebut Kriminal biasa walaupun skala kekerasannya sama.
Soal pakaian, hijab disebut kearab-araban, padahal di samping kewajiban setiap muslimah di seluruh dunia. Bagi yang bilang tidak wajib, terserahlah, secara mode juga berbeda. Muslimah Nusantara mempunyai mode pakaian muslimah yang berbeda dengan negara Islam lainnya. Lihat saja ibu-ibu pengajian, mereka punya seragam yang setiap minggu ganti corak. Ada yang khusus buat pengajian RT, ada yang buat pengajian RW, ada yang buat pengajian tingkat kelurahan, tingkat kecamatan, dan seterusnya. Apa ada yang kaya gitu di negara muslim lainnya?
Sebagai Muslim Nusantara, saya sholat terkadang pakai baju batik, terkadang pakai belanga atau baju koko, terkadang pakai gamis, suka-suka saya saja. Lagian ngapain ngurusin mode pakaian, yang penting kan menutup aurat.
Saat buka puasa disunahkan memakan yang manis-manis, sebagai Muslim Nusantara terkadang saya berbuka makan onde-onde, terkadang makan putu mayang, kalau ada yang mengirimi buah kurma, ya makan kurma. Saat makan kurma saya tdak merasa tiba-tiba menjadi orang Arab, atau kalau kebetulan saya keseringan makan kurma tidak menyebabkan saya mau ikutan perang di Arab.
Jadi, kalau soal identitas, walaupun Socrates mengaku sebagai warga dunia, faktanya dia adalah warga Athena yang mungkin suka makanan keju feta, atau greek salad. Muhammad bin Musa tentu saja orang Persia yang mungkin suka makan kebab atau Mark Zuckerberg adalah Yahudi Amerika yang mungkin suka makan Kallah. Christiano Ronaldo adalah warga Portugal yang mungkin suka makannan laut, Coldfish, atau mungkin Bolo Rei. Saya adalah warga Indonesia yang suka makan coto dan pallubasa.
Penulis: Rahman Haddade Mahasiswa UIN Alauddin Makassar