Manusia: Kekuatan, Ketakutan dan Kebahagiaan
Kehidupan manusia tidak pernah terlepas dari hubungan dengan manusia lain, kenapa? Karena pada dasarnya kita adalah manusia saling terikat satu sama lain, ruh kita memiliki sumber yang sama. Apakah itu tuhan? Apakah evolusi dari alam itu sendiri ataukah hal-hal lain yang menjadi kepercayaan masing-masing, yang jika kita berasal pada satu sumber yang sama. Menurut Gary Zukav, pada dasarnya hakikat manusia masing-masing adalah bahagia. Namun apa yang membuat kita saling bertentangan hingga sampai menumpahkan darah?
Manusia memiliki dua sumber kekuatan yang digunakan untuk mewujudkan kebahagiaan, kekuatan eksternal dan internal. Kekuatan eksternal adalah kekuatan yang diperoleh dari luar melalui usaha yang dilakukan oleh jiwa yang diwujudkan dalam bentuk fisik atau materi seperti fisik, pengakuan atau penghargaan dari orang lain. Kekuatan internal adalah kekuatan luar biasa yang berasal dari intisari manusia yaitu ruh yang dapat diperoleh hanya ketika manusia dengan sepenuh hati mendengarkan apa yang ditunjukkan oleh ruhnya. Cara ruh menyampaikan pesan-pesan atau petunjuk itu sendiri adalah dengan melalui nurani.
Lalu kembali ke pertanyaan awal, mengapa manusia suka bertentangan dengan manusia lain? Itu terjadi karena manusia ingin mencapai kebahagiaan hanya dengan menggunakan kekuatan eksternalnya saja. Kekuatan eksternal merupakan kekuatan yang diperebutkan oleh manusia panca indra. Kekuatan eksternal ini terbatas sehingga jika ada manusia yang mencoba untuk menguasai kekuatan ini, maka akan menyebabkan penderitaan bagi manusia lain.
Misalnya saja, kekuatan eksternal yang dimunculkan adalah uang. Terdapat uang dengan nominal Rp. 5.000, jika uang itu dianggap sebagai kekuatan, maka kita akan berlomba-lomba untuk mendapatkan uang tersebut. Kenapa? Karena uang itu merupakan sumber kekuatan menuju kebahagiaan. Siapa yang mendapatkan paling banyak, uang dari hasil pecahan dari uang Rp. 5000 tersebut, akan mendapatkan kebahagiaan dan terhindar dari rasa takut mengalami penindasan yang menyebabkan penderitaan. Siapapun yang mendapatkan nominal terbesar dari hasil perebutan tersebut akan menjadi penguasa diantara kelompok tersebut.
Tentu saja orang yang mendapatkan nominal paling sedikit akan mengalami penderitaan, mengalami ketakutan dan tentu saja tidak ada yang menyakitkan dari mengalami ketakutan dalam hidup. Sehingga, orang yang mengalami penderitaan ini akan berusaha untuk mendapatkan uang yang telah dimiliki oleh orang yang mempunyai terbesar tadi, segala macam cara akan dilakukan walaupun melalui pertumpahan darah.
Ketika berhasil merebut uang (kekuasaan) tersebut, maka akan terdapat orang lain yang mengalami penderitaan seperti orang yang pertama tadi rasakan sehingga akan melakukan cara yang sama untuk mendapatkan kekuasaan tersebut. Begitulah seterusnya hingga membentuk lingkaran setan. Itulah dampak dari usaha untuk mencapai kebahagiaan melalui kekuatan eksternal atau kekuatan yang terbatas tersebut.
Lalu apakah orang yang mendapatkan kekuatan tersebut dan telah menjadi penguasa tersebut akan menjadi bahagia? Apakah dia akan bahagia jika telah menguasai keseluruhan nominal uang tersebut? Penguasa yang hanya mendambakan kekuatan eksternal tersebut tidak akan bahagia jika masih berkutat pada kekuatan eksternal tanpa mengetahui adanya kekuatan internal dari dalam dirinya yang tidak terbatas.
Kenapa? Karena masih terdapat ketakutan yang membelenggunya. Ketakutan akibat merasa terancam akan adanya orang lain yang berusaha untuk merebut kekuatannya tersebut. Inilah yang menyebabkan timbulnya berbagai ideologi yang saling bertentangan dan menimbulkan kekacauan karena ketakutan mengalami penindasan. Erich Fromm dalam karyanya yang berjudul The Art of Love berpendapat bahwa perilaku manusia yang dimunculkan, dipicu oleh ketakutan, ketakutan akan keterpisahan, ketakutan akan dominasi orang lain terhadap dirinya dan ketakutan akan kehilangan cinta.
Kemudian, apa itu kekuatan internal? Apakah benar terdapat kekuatan yang tidak terbatas dalam memberikan kebahagiaan? Gary Zukav mengemukakan dalam karyanya yang berjudul The Seat of Soul, kekuatan internal adalah kekuatan yang tidak memiliki batasan, karena kekuatan tersebut bersumber dari diri masing-masing manusia sehingga tak perlu merebutkan kekuasaan eksternal yang terbatas tersebut.
Manusia yang berusaha yang memperebutkan kekuatan eksternal tersebut adalah manusia pancaindra, manusia yang hanya melihat situasi yang ada dengan kelima pancaindranya. Sedangkan manusia yang berusaha mendapatkan kekuatan internalnya atau kekuatan tidak terbatas tersebut adalah manusia sarwaindra, manusia yang menyatakan bahwa bukan hanya lima indra yang dimilki manusia tapi lebih dari itu, mereka melihat menggunakan hati, melihat sebuah kondisi dari hati.
Bukan hanya apa yang dirasakan indranya tapi apa yang dirasakan hatinya. Lalu apakah benar hati dapat merasakan? Contohnya, jika manusia mencuri barang dari orang lain atau membunuh, apakah kita tak akan merasakan sesuatu yang membuat jantungnya berdegup kencang? Itulah penyesalan, perasaan bersalah, dan yang merasakan perasaan itu adalah hati, itulah neraka. Indra yang lainlah merasakan hal itu, indra yang tidak tergolong dalam lima indra tersebut. Lalu sebaliknya, jika kita memberi sebuah kebaikan, muncul perasaan yang entah apa namanya namun menimbulkan kebahagiaan, itulah kebahagiaan yang hakiki.
Cara menemukan kekuatan internal itu adalah dengan berpikir dengan hati nurani, menyadari sebuah kesedihan yang ia rasakan adalah karma dari perbuatan yang sebelumnya pernah dilakukan, karena hukum karma berlaku selamanya dalam hidup. Melakukan perbuatan baik, perbuatan baik dibalas baik apabila niat yang dimiliki itu baik.
Jika mendapati orang miskin yang bahagia, sudah dapat ditentukan bahwa sumber kebahagiaan mereka bukanlah kekuatan eksternal, tapi kekuatan internallah sumber terbesar kebahagiaan, jika mendapati orang yang kaya yang menderita, maka kita belum menemukan sumber kekuatan internal mereka, karena bahagia timbul dari dalam diri manusia. Mendapatkan kebahagian melalui kekuatan eksternal maka sama saja dengan merebut kebahagiaan orang lain.
Manusia perlu menyadari kekuatan yang berada dalam dirinya agar mampu hidup dengan bahagia, berbuat baik, berpikir dengan hati, dan menyadari penderitaan yang kita alami akibat dari hukum karma dan mencoba memperbaikinya dengan mengubah hukum karma tersebut menjadi berpihak pada dirinya adalah cara yang tepat untuk berevolusi menuju kebahagiaan. Manusia yang bahagia dan membagikan kebahagiaan dengan manusia lain, karena berasal satu kesatuan yang sama, maka manusia tidak akan pernah merasa bahagia apabila saudaranya sesama manusia mengalami penderitaan.
Gary Zukav, mengemukakan bahwa manusia mengemukakan bahwa manusia akan mendapatkan kebahagian api tak lagi menganggap kekuatan eksternal sebagai sumber dari segala bentuk kebahagiaan, tetapi saling mengasihi dengan sesama merupakan kunci kebahagiaan. Seperti yang dikatakan Erich Fromm, manusia akan bahagia apabila telah menemukan cinta. Alexander Berkman dalam karyanya yang berjudul Apa itu anarkisme? menjelaskan bahwa manusia akan bahagia dengan melihat manusia disekitarnya juga tersenyum bahagia.
Penulis: Andi Khaerul Imam, mahasiswa Psikologi Universitas Negeri Makassar angkatan 2018, saat ini sedang memilih belajar dan terus belajar.