Thu, 12 Dec 2024
Esai / Mudassir Hasri Gani / Jan 03, 2021

Pemuda Sebagai Policy Maker Di Era Milenial

Sejarah telah mencacat peran pemuda dalam kemajuan bangsa Indonesia. Dapat dilihat di tahun 1908 organisasi pemuda Boedi Oetomo dibentuk guna membahas persatuan dalam melawan penjajah. Kemudian tepat hari ini 91 tahun yang lalu dalam kongres pemuda II, berbagai pemuda dari Indonesia bersepakat untuk mengikrarkan diri sebagai satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa.

Beranjak dari situ, para pemuda terus mengasah keilmuan dalam menuju kemerdekaan Indonesia hingga pada 17 Agustus, Soekarno yang didampingi Hatta mendeklarasikan kemerdekaan dengan membaca naskah proklamasi. Bukan tanpa sebab, dibalik peristiwa itu terdapat peran pemuda guna mendesak agar proklamasi kemerdekaan dilakukan yang kemudian dikenal sebagai peristiwa Rengasdengklok.

Pasca kemerdekaan, berbagai organisasi dibentuk pemuda sebagai salah satu cara dalam mengaktualisasikan pemikiran dan gagasannya. Organisasi-organisasi yang dibentuk pemuda menjadi salah satu mitra kritis pemerintah dalam setiap kebijakan yang diambil. Kita ingat peristiwa malari tahun 1974 yang merupakan salah satu peristia besar besar yang diinisiasi oleh pemuda.

Kemudian puncak dari gerakan pemuda yakni menumbangkan rezim orde baru setelah berkuasa 32 tahun. Berbagai organisasi pemuda dan juga organisasi-organisasi lainnya menyuarakan aspirasinya agar reformasi dapat direalisasikan.

Pasca reformasi, pemuda bergerak dalam berbagai bidang. Keterbukaan informasi dan kebebasan berekspresi menjadi angin segar pemuda dalam mengembangkan minat dan bakatnya.  Dan dalam era milenial, peran pemuda dalam memimpin menjadi hal yang patut kita cermati.

Kepemimpinan Pemuda Era Millenial

Baru-baru ini, kita melihat banyaknya pemuda yang mengisi kursi DPR. Hillary Brigitta Lasut, Farah Puteri Nahlia, dan Muhammad Rahul dalam usia 23 tahun sudah menjadi anggota DPR RI. Tercatat, dari 575 anggota DPR RI, usia di bawah 30 tahun sebanyak 20 orang, dan usia di bawah 40 tahun sekitar 72 orang.

Pada tingkat daerah, kita menenal Emil Dardak, di usia yang muda berhasil menduduki jabatan Bupati di Trenggalek pada tahun 2016. Pada 2018, Emil Dardak menjadi wakil gubernur Jawa Timur menenami Khofifah setelah memenangi pemilihan umum Gubernur Jawa Timur.

Masih banyak lagi pemimpin-pemimpin pemerintahan di berbagai daerah yang diisi oleh pemuda. Kita mengenal M. Zainul Majdi di usia 36 tahun telah terpilih menjadi Gubernur Nusa Tenggara Barat. Mardani Maming, menjadi Bupati Tanah Bumbu di usianya 29 tahun. Yopi Arianto, usia 30 tahun telah menjadi Bupati Indragiri. Makmun Ibnu Fuad (Bupati Bangkalan) dan Muhammad Syahrial (Walikota Tanjung Balai) menjadi pemimpin di usianya 26 tahun. Tak lupa juga pasangan Emil Dardak, Mochammad Nur Arifin yang menjadi Wakil Bupati Trenggalek di usia 25 tahun.

Muda Memimpin

Jika dulu pemuda lebih banyak bergerak di luar pemerintahan, namun perlahan-lahan arah tersebut bergeser dengan banyaknya pemuda yang bergerak di pemerintahan.

Bila kita melihat dari potensi pemuda, rentang usia 17 – 35 tahun populasinya berkisar 100 juta. Halitu didukung dari proyeksi bahwa Indonesia memiliki bunus demografi dimana usia produktif mendominasi usia yang ada di Indonesia. Sehingga keterlibatan pemuda sebagai policy maker tidak dapat dikesampingkan.

Pertama, pemuda di era sekarang atau sekarang kita sebut dengan generasi milenial memiliki semangat dalam berinovasi. Termotivasi dalam menciptakan berbagai inovasi dalam usaha memajukan bangsa. Jika dapat mengambil contoh Nadiem Makarim, pendiri Gojek yang telah berhasil menjadikan usahanya sebagai salah satu perusahaan yang memiliki penghasilan besar, masuk dalam kategori dekacorn. Dan baru-baru ini, ia ditunjuk sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan oleh Jokowi.

Kedua, kemampuan dalam akses teknologi yang lebih baik. Berkembangnya teknologi di era milenial menyebabkan pemuda dapat mengakses informasi dan pengetahuan yang dapat diterapkan dalam memimpin. Sehingga basis teknologi dan pengetahuan dapat ditransformasikan dalam berbagai kebijakan.

Ketiga, bersikap terbuka dan berkolaborasi. Terbukanya pemikiran menjadikan pemuda memiliki beragam solusi dan langkah-langkah strategis guna mengatasi berbagai hambatan. Ditambah dengan semangat kolaborasi, sehingga kebijakan yang sifatnya berasal dari satu pihak dpat diminalisir.

Potensi dari pemuda dalam memimpin di era milenial sudah tidak dapat kita hindarkan. Ruang demokrasi yang terbuka menjadikan pemuda dapat bersaing untuk menjadi pemimpin. Seyogyanya pemuda hari ini ialah pemuda yang dapat bergerak, berperan dalam pembangunan bangsa Indonesia.

Selamat Hari Sumpah Pemuda untuk kita semua.

 

Penulis: Mudassir Hasri Gani

Pronesiata

Kami percaya jika semua tulisan layak untuk dibagikan. Tak perlu harus sempurna! Media ini ruang bagi semua yang memiliki karya tulisan.

© pronesiata.id. All Rights Reserved.