Serba-Serbi di Negeri Jenaka
Politik adalah kekuatan dahsyat bagi individu, kelompok atau suatu institusi dalam membentuk cara pandang dan membangun interaksi dengan masyarakat luas. Dari tingkat lokal hingga global, kekuatan politik sangat mempengaruhi aspek kehidupan sosial bermasyarakat, mulai dari penentuan kebijakan, pengambilan keputusan, hingga pada praktek kekuasaan dalam suatu negara.
Serba-serbi yang hadir pada kekuatan politik ini adalah seni tata kelola bagi kekuasaan dalam menjalankan manuver politiknya. Dengan memahami kompleksitas dan dinamika politik, maka kita dapat memahami bagaimana kekuasaan memberikan landasan masa depan yang kolektif untuk negara.
Lalu apa hubungannya antara politik kekuasaan dengan kekuatan politik?
Istilah politik memang sudah lekat dengan yang namanya kepentingan. Artinya, sudah tidak asing lagi kita mengaitkan antara kekuatan politik dengan kepentingan. Namun kepentingan seharusnya tidak disangkut pautkan dengan politik kekuasaan.
Sederhananya bagi individu atau kelompok yang secara politik memiliki kekuatan tidak seharusnya mendominasi kekuasaan. Meski politik menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan kepentingan, namun seyogyanya kepentingan tidak harus digendong oleh kekuasaan politik.
Kita sangat memahami dengan jelas teori bahwa berbicara politik kita akan selalu berakhir dengan membicarakan kepentingan, soal politik apapun akan selalu bermuara pada kepentingan.
Namun yang menjadi pertanyaan, apakah kepentingan itu untuk kesejahteraan masyarakat? atau hanya untuk mendapat simpati publik bagi individu atau kelompok kepentingan (Partai politik) yang gila jabatan?
Aristoteles dalam teorinya mengatakan bahwa politik dipahami sebagai landasan bagi warga negara untuk mewujudkan kebaikan dan kesejahteraan bersama. Artinya, kekuasaan politik seharusnya senantiasa menjadikan kepentingan kolektif sebagai landasan agar negara dapat menjamin kelangsungan hidup suatu negara, sehingga negara dapat berjalan stabil dan tetap survive.
Partai politik adalah salah satu dari sekian banyaknya kelompok kepentingan yang institusional, kelompok yang dipayungi oleh konstitusi dengan tujuan agar mewujudkan masa depan bangsa yang sejahtera dan bermartabat. Sebab itu, eksistensi partai politik memiliki peranan sentral dalam menggapai cita-cita bangsa.
Namun di Indonesia cita-cita untuk mewujudkan bangsa yang sejahtera hanya menjadi bayang-bayang jika kita melihat partai politik yang memiliki ideologi partainya masing-masing.
Partai politik sibuk memperjuangkan ideologi nya secara kompetitif sehingga terjebak pada pergulatan pada ajang kontestasi momentum politik. Parahnya, pada banyaknya peristiwa, partai politik melakukan berbagai cara, tidak peduli cara itu baik atau buruk, bersih atau kotor, bahkan saling jatuh-menjatuhkan.
Yang penting kepentingan tetap terpenuhi dan kekuasaan politik mereka peroleh. Dan pada akhirnya yang kita lihat adalah "kontes politik" untuk membesarkan partai politik dan lupa bahwa ada rakyat yang seharusnya di sejahterakan dan ada bangsa yang harus dibuat bermartabat.
Sekiranya benar yang dikatakan oleh Adam Smith bahwa kita tidak hidup di bawah belas kasih penjual roti, melainkan oleh kecintaan penjual roti terhadap dirinya sendiri.
Kekuasaan sibuk tuding-menuding, menjatuhkan satu sama lain dan memperhatikan kepentingan atas kelompoknya sendiri, sementara rakyat juga hidup di atas jeritan kesengsaraan. Pada akhirnya, kita akan melihat bahwa kekuatan politik hanya akan didominasi oleh kekuasaan.
Selebihnya terimakasih telah membaca.
Penulis: Wahyudi Nasrul, pemuda asal Gowa yang saat ini sedang berkebun.