Fri, 03 Oct 2025
Puisi / Faris Firdaus Alkautsar / Aug 20, 2025

Isyarat Angin Kepada Awan

Isyarat Angin Kepada Awan

 

Semuanya pasti tahu

Angin bergerak 

Menyejukkan badan

Udara yang bergerak itu

Menghempaskan debu jalanan

Membawa sari pada putik bunga

Menggoyangkan pepohonan

Sehingga ia terlihat melambai-lambai 

Seolah-olah memberi salam kepada kita

Riuh deru angin

Bukan berarti tak memiliki arti

Sebagaimana ingatan yang menjadi kenangan 

Angin tak bisu seperti kita kira

Angin juga bisa berbicara 

Dengan caranya ia berisyarat kepada awan

Uap air diudara seketika luruh

Tergantung seperti apa angin berbicara

Ketika angin berisyarat bahagia

Tanaman Jagung bersorak gembira 

Lewat angin sepoi yang menghembusnya

Ketika angin bercerita marah pada awan

Hujan badai tercipta 

Menghanyutkan benda dan memporak-porandakan 

Tak peduli jiwa harta ataupun benda

Ketika angin angin berisyarat lirih

Maka awan  pun terdiam

Mengikuti kemana angin berkelana

 

*



Pekikan Ikan

 

Kolam merupakan rumah

Air adalah anugerah 

Buih-buih air 

Air tenang lagi mengalir 

Teratai indah bermekaran 

Bak awan hijau di atas langit

Seekor ikan menjerit 

Pekikan kekeringan

Telah mengubah kolam

Menjadi tanah kelam

Yang dipenuhi retakan 

Serta ratapan kematian 

Ikan-ikan menggelepar 

Mati dalam keadaan lapar 

Mengapa kekeringan ini terjadi ?

Apakah karena ganasnya panas mentari?

Mungkin benar adanya

Semua perumpamaan ini

Bukti dunia penuh tipu daya

Membuat pribadi lalai

Sehingga lupa menyiapkan diri

Tentang musim yang silih berganti

Menyeleksi siapa yang hidup dan mati

Dalam siklus sejenak ini

Baiknya manfaatkan sebaik mungkin 

Kesempatan membawa perubahan 

Beradaptasi dengan kemajuan

 

*

 

Kucing Merindukan Bulan

 

Ekornya bergoyang 

Sembari mengikuti sorot matanya

Melihat sekeliling 

Di gelapnya malam

Si kucing pergi ke menara

Untuk merajut asmara

Bulan sangatlah indah

Memberi harapan pada malam yang kelam

Menjadi lentera pada kegelapan yang kejam

Begitu pikirnya sang kucing

Bulan adalah anugerah 

Yang diturunkan Tuhan ke dunia

Untuk menemani mereka yang kesepian 

Termasuk sang kucing yang kelaparan 

Si kucing merintih

Berharap ia dapat bertemu lagi

Sebab ini hari terakhir 

Meski dunia belum berakhir 

 

*



Hujan Tengah Hari

 

Air itu jatuh 

Menangis bukanlah gayanya

Mungkin itu caranya ia menyentuh 

Menyentuh hati tandus di atas tanah

Mendamaikan perseteruan mentari dan awan

Mungkinkah tanah tandus itu memiliki kehidupan?

Kehidupan bukan hanya kesenangan 

Bukan pula tentang kesedihan 

Melainkan caranya berdamai dengan situasi 

Berusaha dan mengikhlaskan yang terjadi 

Bukan hanya berpasrah diri

Melainkan memperbaiki 

Apa yang bisa diperbaiki

 
 
Penulis: Faris Firdaus Alkautsar, orang yang senang belajar, bebas dikritisi. Punya motto hidup “walau berjalan di atas bumi, ingatlah bahwa kita hidup dibawah langit”.

Pronesiata

Kami percaya jika semua tulisan layak untuk dibagikan. Tak perlu harus sempurna! Media ini ruang bagi semua yang memiliki karya tulisan.

© pronesiata.id. All Rights Reserved.