Merawat Himpunan
Asrama Hipermata, Siapa yang Peduli?
Telah kumuh, tidak terawat.
Setiap sisi dindingnya sudah lapuk dimangsa rayap
Atap-atap tak lagi aman bila hujan mengguyur
Plat lantai pun sudah seperti tanah di injak begitu saja.
Wc mangkrak, miliki pintu tak layak pakai
Setiap kamar tidak menentu siapa penanggungjawabnya
Orang yg berlalulalang keluar masuk pun sudah tidak terkontrol
Itulah sedikit gambaran kondisi asrama hipermataku
Padahal, dulu dijadikan satu-satunya tempat kajian rutin
Bertahun-tahun ditinggali segenap kader,
Dijadikan rumah pulang para mahasiswa rantau
Lokasi silaturahmi penyatu kader dari berbagai lini kampus
Hanya saja, barangkali sehimpun kader tak lagi punya empati terhadap kondisi asrama
Toh alumni kader pun sudah punya titel tinggi-tinggi
Sebagiannya justru sudah punya rumah jabatan sendiri
Sudah bertaut tahta, harta dan kuasa di mana-mana
Apa salahnya meluangkan waktu menanyai kondisi asrama saat ini bagaimana?
Hematku, barangkali mereka tak lagi peduli pada tempat yang membawanya sukses
Bagi mereka mungkin, Asrama Hipermata siapa yang peduli?
Iri hati selalu terbesit bila menyaksikan asrama organda lain tertata dengan mewahnya
Minimal berlantai dua pun miliki fasilitas memadai
Loh, kemana kanda dan ayahanda kami?
Tidakkah mereka sudi berbenah kembali rumah sejuta harap kita?
Minimal menepati janji
Renovasi sedikit demi sedikit
Lama-lama jua akan mewujud seperti rumah layak huni.
*
Merawat Himpunan
Disumpah tapi lupa tanggungjawab.
Sudah menjadi penyakit akut yang menggerogoti kualitas kader
Seandainya, beban moril itu dipunyai semua orang?
Nasib lembaga tidak akan mangkrak
Analoginya,
bila hanya satu atau dua penghuni yang betul-betul hendak merawat?
Padahal kuantitas kader sudah mencapai ribuan orang.
Bagaimana bisa rumah itu dikata masih eksis?
Nasib kaderisasi pun terlontang lantung
Sebab, hanya segelintir yg betul-betul memahami tujuan latihan kader itu untuk apa?
Follow up materi hanya wacana
Seakan, semangat pilar literasi tak lagi berarti
baca kaji dan diskusi, hanyalah pemanis kata
Akhirnya, Tak lagi jelas arah sehimpun kader himpunan
Kita semua tentu masih punya waktu
Saling memperbaiki, saling merawat kultur
kembali mengaktualkan nilai kualitas kader.
Bila bukan kita? Siapa lagi?
Serumpun, secita dan sehimpun
bangkit, jayalah himpunan kita.
Penulis: Susi Susanti, Kabid PP Pengurus Besar Himpunan Pelajar Mahasiswa Takalar.