Sat, 27 Jul 2024
Travel / Dec 23, 2020

Butta Panrita Lopi Dengan Segala Isinya

Penulis ingin berbagi sejarah, alam dan budaya yang ada di Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan. Dalam tulisan ini hanyalah gambaran kecil dari daerah yang dijuluki sebagai Butta Panrita Lopi. Penulis juga sedikit menyinggung tentang pemerintahan yang sebentar lagi akan pergantian kekuasaan. Selamat Membaca

Bulukumba yang terkenal dengan pesona alamnya dan keberagaman budayanya membuat para wisatawan local ataupun manca Negara ingin menikmatinya. Jika dilihat dari kondisi wilayahnya, bulukumba terletak pada kondisi empat dimensi, yakni dataran tinggi pada gunung bawakaraeng – lompobattang, dataran rendah, pantai dan laut. Kabupaten Bulukumba terletak di ujung bagian selatan ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan.

Selain dari alam dan budayanya, bulukumba juga terkenal dengan industri perahu pinisi yang banyak memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat dan pemerintah daerah. Luas wilayah kabupaten Bulukumba 1.154,58 km² dengan jarak tempuh dari kota Makassar sekitar 154 km². Salah satu tempat yang paling digemari oleh wisatawan adalah pantai.

Banyak pantai yang ada di Bulukumba, Pantai Bira yang sering kali disamakan dengan Bali, Pantai Mandala Ria yang merupakan tempat awal mulanya pembebasan Irian Barat dan masih banyak lagi.

Bulukumba mempunyai icon yang paling dikenal di Indonesia. Icon tersebut adalah Kapal Pinisi yang sudah diakui sebagai warisan peninggalan bersejarah TAKBENDA oleh UNESCO. Kapal Pinisi dalam sejarahnya pernah mengarungi lautan hingga ke Madagaskar, Afrika. Kapal Pinisi ini dulunya kapal yang mengandalkan arah angin untuk berlayar, tapi seiring berjalannya perkembangan zaman modern kapal ini sudah memakai mesin untuk berlayar.

Jika dulunya kapal ini berfungsi sebagai alat tranportasi pengangkut barang dagangan sekarang beralih fungsi sebagai kapal pesiar yang begitu mewah. Bisa dilihat di pulau - pulau yang ada di pulau Labuan Bajo, Bali, Papua dan lain – lain.

Jika dilihat dari segi budaya, Bulukumba mempunyai budaya yang paling khas. Suku Kajang Ammatoa, suku kajang adalah suku yang terletak di kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, tepatnya sekitar 200 km arah timur Kota Makassar. Kajang dibagi dua secara geografis, yaitu Kajang Dalam (Tau Kajang) dan Kajang Luar (Tau Lembang).

Adapun ritual yang paling ditakuti pada suku tersebut adalah ritual DOTI. Ritual ini dilakukan dengan menggunakan media serta benda – benda tertentu dan dilakukan dengan prosesi khusus. Bagi masyarakat Sulawesi Selatan, Doti sudah tidak asing lagi di telinga. Bagi mereka yang terkena Doti akan mengalami cacat permanen pada ingatannya disertai nyeri luar biasa hingga berakibat pada kematian mendadak.

Selain dari kekuatan magis yang dimiliki suku kajang, ada hal unik yang unik dari suku kajang adalah pakainnya yang serba hitam dan tidak menggunakan alas kaki. Jika ada wisatawan ingin masuk pada kawasan tersebut, mereka wajib mengiku peraturan yang ada, contoh menggunakan pakaian serba hitam dan tidak menggunakan alas kaki.

Dibalik dari semua itu, tentunya ada pemimpin yang dapat mejaga dan melestarikan baik dari alam, sejarah dan budaya tersebut. Jika dilihat dari periode kepemimpian, seharusnya sudah dilakukan pemilihan umum untuk pergantian pemimpin, akan tetapi virus pandemi COVID-19 yang mengharuskan pemilihan umum ini ditunda dengan batas waktu yang tidak ditentukan dan akan diumumkan kembali oleh presiden jika keadaan sudah membaik.

Jika dilihat dari kondisi sekarang, sudah banyak figure yang mulai mendeklarasikan dirinya sebagai calon pemimpin kedepannya. Bahkan dilihat dari situasi kondisi sekarang ini yaitu masa pandemi COVID-19 sudah banyak yang bisa dikatakan berkampanye dengan memberikan bantuan pada masyarakat yang terkena dampak COVID-19.

Para elit politik mulai menyusun strategi untuk memenangkan pemilihan nanti, tak sedikit orang yang mewakafkan dirinya untuk menjadi tim sukses bagi calon yang akan bertarung nanti. Sesuai dengan apa yang kita pahami dan apa yang kita lihat sebelum – sebelumnya, pemilihan bukanlah pertarungan tentang elektabilitas seorang calon pemimpin, tapi pertarungan mengenai seberapa banyak materi yang dihamburkan untuk menjadi seorang pemimpin.

Kasus money politik sangatlah rentang terjadi dalam mendapatkan kekuasaan. Maka dari itu pilihlah pemimpin yang betul – betul kita cocok dan mempunyai elektabilitas yang tinggi dalam memimpin.

Kita membutuhkan pemimpin yang tahu dengan sejarahnya kita, bukan yang mudah menyepelekan kita. Kita butuh pemimpin yang dapat melestarikan alamnya kita, bukan pemimpin yang suka merusak untuk kebutuhan investasinya. Kita butuh pemimpin yang paham akan budayanya kita, bukan pemimpin yang pandai mengadu domba masyarakatnya.

Kapal Pinisi, siapakah Nahkoda Selanjutnya?

 

Penulis: Andi Arham, Pejalan Singkolo.

Tranding

Cerpen / 07 27, 2024
Jarum Dalam Kapas
Cerpen / 07 27, 2024
Dunia Pertama
Puisi / 07 27, 2024
Bocah Pelakon

Pronesiata

Kami percaya jika semua tulisan layak untuk dibagikan. Tak perlu harus sempurna! Media ini ruang bagi semua yang memiliki karya tulisan.

© pronesiata.id. All Rights Reserved.