Bersyukur dan Apresiasi Diri
Dulu pas pertukaran pelajar pengen banget negara tujuannya ke Filipina, dengan alasan mau improve total bahasa Inggris di sana karena English adalah one and only bahasa yang mampu mengoneksikan kita-kita (u know what i mean).
Ternyata ga lolos kesitu tapi dialihkan ke Malaysia. Sedih dan kecewa sih karena menganggap Malaysia vibesnya kurang lebih kaya Indonesia kan (emang anaknya sotau banget).
Setelah ke lapangan, ternyata malah too good to be true! Orang-orangnya, budayanya, suasana kotanya, *es milonya ga da obat!*, sistem pendidikannya, cara berpakaian, hampir semuanya membuatku jatuh cinta :')
*
Kadang iri sama keluarga yang high educated and manners penuh privilleged. Seakan-akan lupa kebaikan keluarga sendiri.
Seperti aku yang alhamdulillah keluarga inti masih lengkap, punya ayah yang bijak dan kocak at the same time. Mama yang royal dan multitalenta, ading yang selera humornya sama dan tipikal anak yang gak neko-neko. Isn't that privilleged too? So do you.
Banyak hal istimewa yang kita punya. Tapi sibuk berangan-angan dengan yang jauh belum tergapai, lalu nanti terlambat menyadari baru kerasa damage kehilangannya.
*
Nini (nenek) adalah orang paling sabar dan menunjukkan kasih paling tulus yang pernah kukenal. I really love her. Selalu sholat tepat waktu, the way she ask me to eat, menghayati tiap doa yang tertadah, memancarkan raut wajah damai setiap hari, sangat hebat menyembunyikan luka dalam. She give me 100% love even im not a good grandchild. But im late to give my 100% love for her.
Cerita satu ini cukup menggores hati dan mengajarkan aku untuk jangan menunggu untuk mensyukuri dan menghargai keberadaan seseorang.. atau apapun itu.. tunjukkan dan balas sekarang.. menunggu juga sampai kapan? Bahkan kita gatau batasnya.
***
Dipikir-pikir kenapa kita jarang menaruh rasa syukur dan apresiasi di tempat pertama untuk hal-hal yang terjadi dalam kehidupan? malah memilih menghirau atau menyesal?
Padahal menyesal ga bikin semuanya berubah. Apalagi merealisasikan ekspektasi khayalan. Menyesal malah bikin sakit sendiri. Melahirkan masalah yang seharusnya gak perlu eksis. Memperlambat progres diri untuk ngewujudin rasa bahagia itu sendiri.
Bersyukur dan apresiasi membuat pikiran lebih ringan dan bersih menerima segala jalan hidup yang diberikan. Tidak membuang waktu untuk mengeluhkan angan berlebihan.
Dan senang aja rasanya bisa memberi feedback sebagai bentuk syukur terhadap hal-hal yang sudah hadir dari awal dan bersedia menetap.
Atas apa yang sudah terjadi dan ditakdirkan menjadi lintas hidup ini. Alhamdulillah.
Penulis: Anis Nursyifa Maimunah, seorang tenaga kontrak, dapat dihubungi melalui Instagram @anisnursyifa.