Rebahan dan Karantina
Matahari masih sama saja, begitu pun angin dan aku. Ada yang berbeda kali ini oleh bumi, yang sedang diserang secara hening di tengah-tengah masyarakat. Masyarakat itu salah satunya adalah aku, yang katanya termaksud dalam golongan rebahan. Karena penyerangan itu, masyarakat di haruskan untuk karantina diri sendiri, tahanan rumah. Bagiku itu bukan karantina, itu kegiatan yang biasa dilakukan setiap hari ialah rebahan.
Kegiatan rebahan yang biasanya dianggap untuk orang pemalas, kayanya sekarang lebih bermanfaat untuk situasi sekarang. Ahh tapi aku bukan pemalas hanya saja menyukai melakukan segala sesuatu dirumah sambil membaringkan tubuh di tempat ternyaman, alasan klasik.
Walaupun tidak semua hal bisa dilakukan dengan seperti itu, setidaknya aku bisa melakukan apa yang ku suka yaitu menulis. Oh ya soal karantina itu cocok untuk orang yang berkegiatan diluar namun dipaksa untuk tetap dirumah. Karantina bukanlah kegiatan yang buruk untuk dilakukan, selain untuk mengehentikan penyerangan virus, banyak hal bisa dilakukan dengan itu.
Karantina dirumah, temukan diri mu di dalam rumah. Artinya temukan kesenanganmu di dalam rumah. Bukan kah kita cenderung selalu penasaran dengan kesenangan dunia luar, apa yang ada disana, bepergian kemana, tempat-tempat bagus untuk berfoto dan saat itulah rumah hanyalah tempat yang diingat ketika lelah namun dilupakan ketika bersemangat.
Aku kasihan dengan rumah, jadi biarlah aku menjadi salah satu orang yang akan selalu bersemangat mengingat rumah. Sungguh nampak seperti bualan yang terlalu jelas bukan, tapi biarlah.
Aku rasa bumi juga sengaja ingin dirinya diserang oleh virus itu. Sengaja, untuk menghentikan sedikit pergerakan manusia yang sangat sibuk berpijak padanya dan lupa. Bumi seperti rumah yang mudah dilupakan, dan teringat ketika lelah. Lihatlah sekarang ada banyak postingan di media sosial yang mendoakan bumi untuk cepat sembuh dari serangan virus.
Padahal sebelumnya sangat sedikit, hampir tidak ada. Bumi dan virus berhasil sedikit membatasi pergerakan manusia dengan karantina.
Sekarang ini menjadi manusia rebahan sangat berat, memangkul tanggung jawab yang besar untuk menyelamatkan kaum manusia. Sungguh virus itu menyusahkan tapi aku rasa kita bisa mengambil hikma dari kejadian ini. Dari rebahan ahh bukan, karantina maksudku istilah yang tren sekarang.
Karantina ini membuat kita mengingat bahwa rumah adalah tempat teraman untuk berlindung dan berkumpul bersama keluarga walaupun bukan hari lebaran. Yang dimana biasanya hanya dijadikan untuk tidur, makan, mandi, lalu keluar lagi, kumpul keluarga pun hanya hari lebaran.
Aku pikir misi bumi berhasil mengistrahatkan manusia dan membuat mereka mengingat satu sama lain. Dan rumah pun sedang berbahagia karena setiap hari terisi dan tidak kosong lagi. Aku pun bisa melanjutkan kegiatan rebahan yang kini disebut karantina untuk sesaat.
Berfikir positif pada keadaan seperti ini akan lebih baik dari pada harus panik menghadapi situasi. Memikirkan hikma dari suatu kejadian akan memberikan sudut pandang yang berbeda.
Saya rasa itu sudah cukup, karantina atau rebahan atau apa pun itu, marilah hidup dengan tidak melupakan satu sama lain sehingga bumi tak perlu membuat misi atau menyerahkan diri pada virus hanya untuk memberikan peringatan kepada manusia. Sehatlah bumiku :)
Penulis: Ratna Ermita, mahasiswa yang hobi nonton, membaca, menulis plus rebahan.