Fri, 18 Oct 2024
Esai / Kontributor / Jun 20, 2021

Forgiveness: Sebuah Cara Menerima dan Memaafkan Kesalahan Orang Lain

Manusia merupakan makhluk sosial yang sangat membutuhkan manusia lain untuk bertahan hidup di dunia ini. Dalam hal ini, manusia membutuhkan seorang manusia lain yang dinilai dapat menciptakan kenyamanan dalam membangun hubungan sehingga terjadi pertemanan ataupun persahabatan.

Dalam hubungan tersebut terdapat dua orang atau lebih yang akan menghabiskan waktunya bersama, berinteraksi dengan berbagai kondisi dan situasi, tidak mengikutsertakan orang lain dalam hubungan tersebut dan saling memberikan dukungan secara emosional dalam keadaan apapun (Baron & Byrne, 2008).

 

Hubungan antara manusia satu dengan manusia lainnya berkembang sejalan dengan waktu dan bagaimana individu yang terlibat dalam suatu hubungan berusaha untuk saling mengenal satu sama lain sehingga dapat melakukan proses penyesuaian terhadap perbedaan masing-masing.

Hubungan akan berjalan lancar, bertambah dekat dan akrab jika diikuti dengan penyesuaian yang baik dan apabila penyesuaian tersebut tidak berjalan dengan baik maka akan terjadi suatu kemunduran dalam hubungan.

Hubungan antara individu mungkin saja dapat tumbuh dan maju, menjadi lebih kuat dan lebih bermakna, tetapi mungkin juga dapat mengalami proses penyusutan dan mundur. Kemunduran hubungan dapat terjadi apabila muncul ketidakpuasan dan konflik diantara individu dalam suatu hubungan.

Alentina (2016) mengemukakan bahwa konflik antar individu terjadi disebabkan karena adanya perbedaan yang sifatnya substansif yang menyangkut perbedaan gagasan, pendapat, kepentingan atau bersifat emosional menyangkut perbedaan selera, perasaan suka atau tidak suka.

Menurut Jandt (2020) konflik terjadi bila pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan tersebut melihat kehadiran sikap atau tindakan di dalam hubungan mereka yang bisa dianggap sebagai tindakan konflik. Tindakan konflik yang terjadi dalam suatu hubungan ini ada yang berbentuk perilaku dan lisan atau isyarat.

Untuk menghindari konflik besar yang ujungnya berakibat pada berakhirnya suatu hubungan, setiap individu harus memiliki perilaku memaafkan yang sering disebut dengan forgiveness.

 

Apa itu Forgiveness?

Menurut McCullough, Worthington dan Rachal (1997) forgiveness merupakan serangkaian perubahan motivasi seseorang untuk menurunkan motivasi membalas dendam, motivasi untuk menjauhkan diri atau menghindari orang yang menyakiti serta meningkatnya motivasi untuk berbuat baik dan berdamai pada orang yang sudah melakukan tindakan yang menyakitkan.

Menurut Setyana (2013) perilaku memaafkan (forgiveness) merupakan kemampuan seseorang untuk menurunkan atau menghilangkan perasaan dan penilaian negatif terhadap sesuatu yang telah menyakitinya sehingga merubah respon seseorang terhadap pelaku, peristiwa, dan akibat dari peristiwa tersebut menjadi netral atau positif, serta membuat seseorang menjadi lebih nyaman berada di lingkungannya.

 

Hamdin (2013) mengemukakan bahwa forgiveness atau pemaafan merupakan salah satu karakter yang dimiliki oleh setiap manusia. Karakter tersebut dinilai sangat terpuji dan memiliki pengaruh yang amat besar dalam kualitas kehidupan seseorang.

Hal ini terbukti dan terdapat dalam semua ajaran agama, bahkan dalam hasil – hasil penelitian psikologi yang bersifat ilmiah. Berdasarkan hasil penelitian Arif (2013) ditemukan bahwa pemberian maaf berdampak pada kebahagiaan psikologis, baik itu terhadap pemberi maaf maupun individu yang dimaafkan.

 

Bagaimana cara memaafkan?

Lewis B. Smedes (1984) dalam bukunya Forgive and Forget: Healing The Hurts We Don‘t Deserve menjelaskan bahwa terdapat 4 tahap dalam proses pemberian maaf. Pertama adalah individu harus meredakan rasa sakit hati yang diakibatkan oleh orang lain.

Sakit hati yang dirasakan individu jika dibiarkan berlarut-larut dan tidak diobati atau dihilangkan akan menghilangkan kebahagiaan dan kententraman. Dengan meredakan dan menghilangkan kebencian terhadap seseorang yang menyakiti maka akan mematikan sumber dari rasa sakit hati tersebut.

 

Kedua yaitu individu harus meredakan kebenciannya terhadap orang yang telah menyakitinya. Kebencian merupakan respon alami individu saat mengalami sakit hati yang mendalam dan memerlukan penyembuhan.

Kebencian sangat berbahaya bagi individu jika dibiarkan terus menerus karena tidak ada nilai-nilai kebaikan yang akan muncul dan tidak bisa mengubah apapun menjadi lebih baik. Cara untuk menghilangkan kebencian terhadap orang lain adalah dengan cara memahami alasan orang lain menyakiti atau dengan melakukan instropeksi diri agar dapat menerima perlakuan yang menyakitkan sehingga menurunkan rasa kebencian kepada orang lain.

 

Ketiga adalah individu harus melakukan upaya penyembuhan diri sendiri. Salah satu cara yang harus dilakukan individu untuk menyembuhkannya dari rasa sakit hati adalah dengan melepaskan kesalahan orang lain dari ingatannya.

Individu yang dapat melupakan kesalahan orang lain akan mendapatkan kebahagiaan dan mampu melihat orang lain sebagai individu yang sudah pasti memiliki kekurangan sebagai hal yang wajar.

Memaafkan adalah proses melepaskan kesalahan dari orang lain dan menganggap orang tersebut memiliki kekurangan serta lebih memudahkan untuk berdamai dengan diri sendiri dan orang lain.

 

Keempat yaitu individu harus membuka kesempatan untuk memulai kembali hubungan dengan berjalan bersama. Setelah rasa sakit dan kebencian sudah hilang, yang diperlu dilakukan oleh kedua belah pihak adalah dengan menjalin hubungan bersama dengan dasar ketulusan.

Ketulusan yang dimaksud adalah pihak yang disakiti harus percaya bahwa pihak yang meminta maaf menepati janji yang dibuat. Kedua belah pihak tersebut juga harus berjanji untuk berjalan bersama atau membangun hubungan kembali di masa yang akan datang dan saling membutuhkan satu sama lain.

 

***

Proses memaafkan merupakan suatu proses yang berjalan secara perlahan dan memerlukan waktu yang cukup panjang (Smedes, 1984). Semakin besar rasa sakit hati yang dirasakan individu maka semakin lama pula waktu yang diperlukan untuk memaafkan kesalahan tersebut.

Terkadang individu tidak sadar bahwa sudah melewati batas dan sudah memaafkan kesalahan orang lain. Proses memaafkan juga dapat berlangsung cepat ketika individu yang disakiti mencoba mengerti sebab akibat terjadinya kesalahan satu sama lain dengan upaya meredakan kemarahan.

Keinginan untuk berperilaku positif tidak berarti menghapuskan perasaan negatif yang sebelumnya pernah ada. Keseimbangan akan tercapai saat perilaku positif dan perasaan negatif berkoeksistensi.

Hal ini dapat tercapai saat masing-masing individu mampu belajar dan menyadari bahwa setiap manusia mempunyai kekurangan masing-masing. Dengan menerima kekurangan tersebut, individu dapat lebih mudah menerima kesalahan dan mencoba memperbaiki kesalahan tersebut untuk hubungan yang lebih baik lagi di masa depan.

 

“(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.” (QS Ali Imran: 134).

Pronesiata

Kami percaya jika semua tulisan layak untuk dibagikan. Tak perlu harus sempurna! Media ini ruang bagi semua yang memiliki karya tulisan.

© pronesiata.id. All Rights Reserved.