Puasa Ilmu Kehidupan, Lebaran Rayakan Di Surga
Puasa menjadi momentum perbaikan spiritual, mental, perilaku sosial, dan mental guna memperbaiki diri dan kehidupan masyarakat. Puasa menjadi pembelajaran bagi setiap insan untuk merayakan kehidupan baru layaknya sang fajar saat terbit. Puasa menjadi kebahagiaan bagi semua orang beragama yang menjalankan puasa, khususnya saat ini.
Orang islam berbondong-bondong menjalan puasa dengan penuh keyakinan dan rasa ikhlas. Hal ini sejala pula dengan kebahagiaan ahli tasawuf saat datangnya bulan ramadhan dan bersedih setelah melewati kehidupan dibulan ramadhan.
Puasa atau saum dalam agama islam merupakan tindakan untuk menahan segala sesuatu atau tindakan sukarela dengan berpantang pada perbuatan buruk yang membatalkan puasa yang dilarang maupun berpantang dari makanan dan minuman. Puasa dilakukan dengan menjalankan ibadah, praktik kesehatan, atau lain sebagainya.
Puasa menjadi pilihan dalam meningkatkan kualitas hidup untuk lebih berhati-hati dan tidak berlebihan dalam menjalani kehidupan. Contohnya puasa dilaksanakan dibulan ramadhan dan ditutup dengan idul fitri. Puasa dilakukan dari setelah fajar terbit hingga terbenamnya matahari, pada saat berpuasa para umat islam tidak diperbolehkan makan dan minum, tidak berhubungan intim dan aturan larangan lainnya.
Saat itu umat Islam berbondong-bondong meningkatkan iman mereka dengan melakukan aktivitas seperti tadarus dengan target satu bulan minimal khatam 30 juz.
Selain agama islam, dalam agama Yahudi puasa bermakna menahan diri dari makanan dan minuman. Pada saat puasa hari besar yakni Yom Kippur dan Tisha B’Av aturan gosok gigi dilarang namun diperbolehkan dilain waktu puasa besar. Dari agama yahudi seperti halnya dalam islam untuk menahan diri dari makanan dan minuman.
Semua yang kita makan dan kita minum yang masuk dalam diri kita ialah mencerminkan kesehatan pada diri kita, maka dari itu alangkah baiknya jika menahan makan berlebihan setelah dilakukannya puasa, agar kesehatan tetap terjaga.
Iman dan spiritual kita meningkat kepada sang pencipta alam semesta. Kehadiran puasa menjadi buku kehidupan yang perlu ditata agar lebih baik dari buku sebelumnya.
Jika dalam agama Yahudi dan Islam puasa ialah salahsatunya menahan atau berpantang dari makanan dan minuman, lain halnya dengan puasa dalam agama Kristen Protestan. Alam Protestan makna puasa ialah menahan atau melawan segala keinginan dunia contohnya rutinitas yang sering dilakukan yakni menonton tv maka saat berpuasa hindari untuk menonton tv.
Selain itu protestan juga menahan tingkah laku dan pikiran yang tidak baik. Puasa pribadi dalam agama kristen Protestan sebaiknya tidak diketahui oleh sanak keluarga, kerabat, dan lainnya. Karena sesuai dengan ajaran Injil dan menentukan puasanya sendiri dalam satu minggu, satu bulan dan diharapkan bisa berlanjut seterusnya.
Hal ini mengajarkan untuk tidak pamrih saat menjalankan ibadah puasa, ibadah menahan hawa nafsu duniawi. Menjadikan manusia hidup dengan rendah hati dan mendekatkan pada sang pembuat semesta alam dengan hati yang ikhlas dan tulus. Menjadi pribadi yang memiliki pikiran positif, tidak memiliki pikiran radikal yang berujung menyakiti sesama manusia dan makhluk hidup lainnya.
Selain agama-agama dari keturunan abrahamik yang menjalankan puasa maka dalam agama Buddha puasa merupakan pelaksanaan dari Atthasila yang bisa dilakukan di hari uposatha (dalam bahasa sanskerta: Upavastha) atau hari apapun. Puasa dilakukan dimana umat Buddha melakukan perenungan dan pengamatan kepada sang Buddha Gautama.
Sang Buddha mengajrakan bahwa hari Uposatha ialah membersihkan pikiran dan hati yang kotor agar memiliki ketenangan jiwa dan batin. Biasanya upostha dilakukan sekali dalam seminggu, pantangan-pantangan saat berpuasa yang dilakukan oleh umat Buddha ialah:
1. Menghindari pembunuhan makhluk hidup. walaupun sekecil nyamuk atau semut yang nempel di tubuh kita.
2. Menghindari mengambil barang yang bukan milik kita atau barang yang tidaak diberikan kepada kita
3. Melatih diri menghindari perbuatan yang tidak suci
4. Menghindari diri dari ucapan yang tidak benar
5. Melatih diri untuk menghindari minuman memabukkan atau hasil peragian atau penyulingan yang membuat lemahnya kesadaran
6. Melatih diri untuk menghindari makan makanan di tengah hari
7. Melatih diri dengan menghindari menyanyi, menari, bermain musik, dan pergi memakai wewangian, berhias dan berbungaan denan tujuan untuk mempercantik diri
8. Menghindari penggunaan tempat tidur dan tempat duduk yang mewah.
Puasa dalam agama Buddha ialah dilakukan tengah hai dan slesai pada matahari terbit, umat Buddha juga wajib menghindari pantangan yang ada pada peraturan Atthasila.
Beberapa agama yang telah dipaparkan diatas menjadi tolak ukur berkehidupan yang sederhana, tidak berlebihan, menjaga akhlak dan moral serta etika, tidak ria atau pamer hanya untuk diri sendiri, menjaga perkataan perbuatan hingga menghindari pembunuhan terhadap makhluk hidup yang ada disekitar kita.
Tuhan menyuruh kita untuk berbuat sedemikian baiknya agar kita menempuh jalan yang suci yang damai dijalan-Nya. Kita menanam tumbuhan maka akan memperleh hasil atau akan menuai setelah tumuhan itu berbuah.
Menjalankan perintah tuhan dengan memperbaiki moral di dunia merupakan perbuatan bakti untuk sesama makhluk hidup dan sikap saling menghormati menghargai atas cipataan-Nya. Surga atau tempat setelah kembali di dunia ialah hasil daripada tanaman yang kita tanam didunia.
Dengan menjalankan perintah Nya kita akan hidup kembalidengan perasaan suka cita, kembali kepadaNya dengan rasa bahagia syukur. Kembali dengan keadaan apa yang telah kita tanam ialah manifestasi kehidupan yang penuh dengan cinta.
Penulis: Nazillatul Khuril'in