Biarlah Diam
Biarlah Diam
Logika nalarku bergetar.
Mengirim sinyal-sinyal bahagia diujung jalan.
Dibalik lamunan dalam kesendirian.
Terperankap oleh pesona akan tatapan.
kupikir ini hanya sejenak saja.
Sebab, Kulihat Ada banyak pengujung yang hendak singgah.
Mereka memiliki tujuan yang sama.
Namun, ku putus untuk tetap tinggal.
Ini bukan perihal aku, kamu atau....
Aku hanya berharap akan ada keajaiban Tuhan
Yah, kelak akan hadir untukku.
Mungkin saja sama halnya dengan kau.
Benar...
Kisah ini begitu rumit.
Terlihat begitu tersusun rapi atas rencanaNya.
Ehmmm...
Aneh bukan? Tapi Menakjubkan.
Aku suka misteri.
Dibalik itu ada kejutan yang mendebar, lagi membahagiakan hati.
Ada malu dibalik senyum itu.
Ia sebagai wujud usaha dalam menjaga keimanan juga ketaatan.
Bukann sekedar untuk ku semata, tapi untukmu juga.
Sehingga Tuhan selalu menjaga yang sepatutnya harus terjaga.
Saat ini aku sedang menyusun frase nada-nada.
Mengalunkan getaran merambat melesat kerelung hati.
Benar, aku sementara belajar menjadi wanita seutuhnya.
Wanita yang sepenuhnya taat.
Dimana kelak akan hadir takdir dari Tuhan.
Meski saat ini telah timbul.
Ada seberkas cahaya meneduhkan mata.
Membinarkan senyum terpancar nan merekah.
Menghias rona warna merah muda di wajah.
Ada apa ini?
Sesekali tersipu melempar makna
Membenturkan bahagian pada bibir tetap saja terbungkam.
Imajinasi buyar dengan tatap yang mendebarkan dada.
Aduh....
Hampir saja aku hilang kesadaran.
Biarlah....
Sementara ini semuanya terlihat sebatas sampai disitu saja.
Harus kukuatkan sabar.
Bukankah keyakinan nantikan kisah dikemudian hari?
Entah kelak impian menjadi nyata...
Atau... hanya akan menjadi sebatas impian.
Sudah....
Biarlah doaku mengalun memanggil sebuah nama.
Lewat doa yang bertasbih mengetarkan arsy Nya
Kelak Iamenyentuh hatimu atau kah hati yang lain.
Segalanya telah ku serahkan.
Penulis: Rosmayasari, Guru Swasta/Fasilitator (Sekolah Alam Insan Kamil) sekaligus seorang WomenPrenuer.