Dua Puisi Fauziah
Mimpi Abadi
Atas nama cinta Ilahi yang kau langitkan di setiap asa
Anggap saja aku tak pernah menyerah untuk bertahan, bertahan dalam setiap detik kesusahan
Aku tau arti pilu, bukankah kita sama-sama lahir dari kerasnya hidup yang riuh?
Bukankah kau dan aku adalah nama yang pantas dan telah Tuhan pasangkan di kitab Qadar yang bukan sebatas kertas
Amarah? Aku juga pernah rasa
Begitulah ego memerankan tugasnya, menciptakan sesak didada, membuat manusia terpelosok jauh, membabi buta tergila-gila pada perkara dunia, nelangsa.
Sekubur pena,
Sederas luka, sehujan air mata, terkadang manis tericipi, dan pedih terlukai.
Itulah hidup
Maka jangan pernah lelah merajut asa,
Aku percaya kau bisa,
Bukankah Padang Nainawa mengajarkan kita arti kuat? dan Dzuljannah yang setia hingga akhir Hayat.
Berpura-puralah untuk kuat, sakitku sakitmu semuanya tak akan bertahan lama, Sang Haidar telah berjanji, bahwa ikatan dunia hanya sementara
Maka berjuanglah, akupun berjuang,
mari sama-sama berjuang meraih mimpi yang abadi,
hingga senyum kita tak berhenti dimentari, namun juga di akhirat nanti.
*
Ego
Dalam gairah ego dan bijaksana pikiran
Perlu ada netral agar seimbang
Dalam sedih dan marah
Perlu ada sabar agar tak jadi resah
Namun kadangkala ada kata muak untuk menguak
Karena sadar bahwa
Sejatinya kata kata tak pernah cukup menggambarkan inginnya hati
Kadang dia hanya jadi perwakilan diantara seribu kata yang terpilih
Ada ribuan yang lebih indah, tapi dia cukup dinikmati sendiri, karna kau tau?
kadang-kadang orang tidak begitu peduli, dengan sedalam apa kau menjelaskan, semarah apa kau murka, seperih apa kau sedih,sesabar apa kau setia
yang mereka butuh hanya hidupnya, bukan Tentangmu.
Penulis: Fauziah Mardiah Majid, siswa SMAN 4 Gowa, aktif di OSIS, ROHIS dan rumah baca SMAN 4 Gowa.