Dua Puisi Izdihar
Jarak Khayal
Rutinitasku kini berbeda, memandangi digital lukisanmu
Untuk satu nama menuju senja
Rindu menatap cahaya biru denganmu di tempat yang berbeda
Jarak logika sebatas khayal untuk satu dalam naluri
Kini kau jauh dipandang mata, jalinan ukhuwah akan selalu mengikatmu erat
Jiwaku meronta memintamu segera hadir membungkam jarak
Karena masih banyak cinta kusisihkan selalu menanti mu kembali lagi
Beribu harap berlafaz ayat nan nyanyian harapan
Puncak rembulan saksi bisu seluruhku padamu
Fajar ditimur selalu datang menjelang sembari membawakan sepucuk kerinduan
Membuat dahaga yang kian haus seiring perjalanan waktu
Jarak khayal abadi tanpa sua
Inginnya raga ini dipertemukan tanpa syarat apalagi ruang temu beda
Aku harap semesta tetap bersamaku untukmu
*
Sempoyongan
Realitas bayangan ekspektasi semu
Menuntunku untuk berharap
Menjerat dalam kurungan lepas bersama malam
Remuk ketika hitam lukisan indah terlihat ketika putih
Kau buatku lupa nama benda
Kilau kilat membelah gelap dalam gegap gempita bayanganmu selalu menghantui
Ciptaan kuasa yang adiktif membuat sempoyan entah dimana tubuh didaratkan
Engkau candu dalam insting dan aktor utama setiap renunganku
Kini kita bagaikan hati terbelah dua meronta untuk disatukan
Akh, engkau rumus komplit buatku pusing
Kreativitas bisu dihadapanmu
Entah kapan?, Dimana?, Ataukah sebab apa? Aku menjadi begini
Lari terbang jatuh duduk ikuti arus sungai naik tetap terus akan selalu ku cari dirimu
Mencari sebuah kitab untuk menjawab indahmu hingga tak membuatku latah lagi
Penulis: A. Izdihar, mahasiswa kampus orange.