Dua Puisi Karya Khudri
Selepas beranjak
Sekali lagi dengan berbekal tas coklat yang kian lusuh.
Kau dengan sigap dan gagah berjalan dari rumah,
beranjak dari nyamanmu berpisah dengan sanak keluarga.
Sekali lagi perjuangan itu akan kau mulai,
memenuhi tuntutan hidup menafkahi darah daging yang
kadang kau suruh pun ia tak beranjak.
Sekali lagi bercengkrama hanya melalui daring,
berjarak bukan lagi lebih dari itu banyak yang engkau relakan.
Sekali lagi terima kasih untuk tiap tetes keringatmu yang akan menjadi kenang tentang perjuangan, pengorbanan, jarak, waktu dan perpisahan.
Rantauan memberi pelajaran bahwa
kesabaran adalah kunci dan kepercayaan adalah pondasi.
darahmu yang ada dalam tubuh ini akan menjadi pengganti,membiarkanmu menikmati masa tua tanpa perlu lagi berfikir tentang hari esok.
*
Ah Katanya..
Katanya ingin menjadi hujan, membasahi hamparan daratan,
memberi kehidupan bagi isi bumi.
Lantas menjadi rintik saja kau mengeluh.
Katanya ingin menjadi matahari dan rembulan,
Silih berganti menyinari alam semesta.
Lantas menjadi cahaya lilin saja kau menggerutu.
Percayalah tak ada yang mudah.
Ikhtiar dan berusaha tanpa menyalahkan waktu,
tanpa menuntut keadaan dan tanpa memusuhi kegagalan.
Penulis: Muhammad Khudri Syam, aktif di taman bacaan Rumah Pustakata.