Dua Puisi Marni
Rintik dan Kejatuhan
Februari menghias langit
dengan bentangan hujan
Dibalik rintik berkepanjangan,
Aku jatuh pada bola matanya
Hati terjamah kepekatan
Menelusuk diantara bimbang
Bimbang tuk menawarkan bahu tempat bersandar
ataukah hanya menjadi teman dalam tawa
Kejatuhan bergema disela harap
Ohh rasanya diri telah ditikam rintik
Menanti harap menjelma nyata
Menjabat rasa yang hinggap
Tuk menuai keutuhan bahagia
Untukmu pengusik di februari ini,
Mungkinkah pelangi kan hadir
setelah rintik usai ataukah rintik memilih
berpindah ke bola mataku
menggenang..
Menjelma menjadi tumpukan kenangan
Tak jua hilang meski cerah datang
*
Rumah
Selalu ada kata kembali
pada setiap yang pergi,
Dan selalu ada pergi
tuk setiap yang kembali.
Lantas kapan kita benar-benar pergi
dan tak mengikat diri pada kata kembali?
Ataukah
Kapan kita benar-benar kembali dan
tak lagi berpikir tuk pergi?
Akh tak perlu risau, bukankah yang pergi
dan kembali itu hanya raga?
Sebab jiwa, rindu, kasih dan sayang
Kan setia bersemayam pada persimpuhan
yang diyakininya Rumah.
Penulis: Marni Puspa Sari, mahasiswa Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Makassar, aktif di Bengkel Sastra DEMA JBSI FBS UNM.