Dua Puisi Widja
Corona vs Koloni
Mulanya hanya wabah namun sekarang malah jadi pandemi.
Malaikat mautpun menjelma udara di kota.
Panic Buying merajalela, dianggap dapat cegah diri malah berdampak pada rakyat kecil.
Social Distancing diterapkan dan membatasi gerak demi keamanan bersama.
Seribu kota seakan mati suri, segala koloni hanya diam diri #dirumahaja.
Tidak sedikit menekan penghasilan para pejuang penyambung kehidupan.
Beberapa orang “tidak takut” berdiri di garda terdepan untuk membantu.
Salah satunya adalah mereka yang masih peduli dengan sesama.
Dengan rela menyisihkan banyak waktu dan nyawa.
Memberi bantuan dengan ikhlas dan tetap melahirkan senyuman diantara banyak air mata.
Semoga akan lebih banyak koloni yang bersedia jadi tameng untuk memberantas.
Ingatlah selalu ada “aman” dalam “ancaman”.
Semangat!
*
Rindu Tertunda
Pada tiap jengkal jarak yang ada
Pada tiap pertemuan yang tertunda
Semua orang yang percaya akan merasakan doa-doa yang tertunda
Mari sayangi yang dekat tanpa harus dekat
Saat kepala rasanya ingin meledak
Saat rindu yang kian meledek
Rindu masih saja bandel karena tak mau mengambil cuti
Memang benar ada “arak” dalam “jarak” yang pantas saja sering memabukkan
Segala macam upaya pertemuan dan janji boleh di kok di cancel
Tapi untuk doa kebaikan, jangan
Lekas membaik, KITA.
Penulis: Andi Widjannah Afdhal, mahasiswa yang memiliki motto ranting kering, kering tapi tak mati.