Dua Puisi Wisnul
Ambigu Pangkal Segala Ragu
Masih hidupkah birokrasi?
Mungkin sibuk urus pendemi
Ataukah nyenyak dengan anjuran isolasi
Jika ditanya apa kabar kebijakan untuk kami?
Seketika nasehat sana sini
Bukan kami menolak agamawi
Justru mengamalkan watawa shau bil haqqi
Para pengajar bicara toleransi
Amnesia jika sedang absensi
Para penguasa bicara tranparansi
Ambigu jika dimintai kompensasi
Kebijakan kemarin belum solusi
Berbeda akses disetiap tepi
Berbeda media oleh pengajar kami
Ketahuilah 10% adalah angka yang kontradiksi
Mengingat penggunaan sarana prasarana hanya 2 pekan semester ini
Bukan kami tak sabar menanti
Hanya saja jangan ditutup-tutupi
Pimpinan selalu punya wewenang tertinggi
Sebagaimana poin kedua dalam anjuran menteri
Analogi hari ini
Aku melihat Jepang bersama dewa matahari
Aku melihat Belanda dengan sistem kompani
Tak ada beda sama-sama keji
Mengendap ego akut yang tak bisa diobati
*
Pikiran Tanpa Perasaan
Kerinduan akan kebijakan
Beterbangan lembaran-lembaran tuntutan
Perihal yang memaksa keadaan
Dibungkam ketidak berdayaan
Kebijakan untuk kemanusiaan
Bukan semata kemajuan
Katanya tak pernah dibenarkan
Padahal hanya dituntut hak dan kewajiban
Aturan tidak sekedar akal pikiran
Libatkan jua perasaan
Jangan buat otak kemanusiaan
Adanya rasa kemanusiaan
Penulis: Wisnul BP, hobi watawa shau bil haqqi