Sat, 20 Apr 2024
Puisi / Mar 15, 2021

Kereta yang Singgah di Jakarta

Bibliophobia

Lemari buku. Dua buku meranggas ke ujung tangan seketika mata-mata terbelakak menghadapi dunia; dunia yang mestinya kutemui dalam senyap namun berubah lunak. Secarik kertas bertuliskan tiga baris kata penyesalan: buka, lupa, dan duka. Satu-satu duduk bersimbah kekosongan hati. Serupa memorial pengikat mati yang lantas menikam luka di sekujur mata kaki.

Buku itu terbuka, setelahnya lupa, dan menyisakan duka. Semestinya jangan ada perpisahan selama paragraf masih terurai sempurna dalam jejuntai halaman buku. Dunia sebesar kepalan tangan, selepasnya mirip organ tubuh yang masih samar. Katanya jendela, seumpama sore menjelang dan tirai-tirai penutup tilas khazanah kian merapat di sela kebisuan; bungkam akan fakta, mendekam dalam jahil.

Adalah penjara di terowongan. Gelap. Pengap. Dan berisi doa-doa penyelamat. Sementara tangan terbelenggu oleh rantai jelata: disana lemari buku senantiasa menanggung dunia, berat, dan mustahil disentuh manusia.

Pekat, sekat, dan tak begitu erat

*

Kereta yang Singgah di Jakarta

Carut kereta membawamu pergi ke sepertiga malam. Derit dan asap bertalu-talu menemui singgahan. Sementara segelintir embun terpelanting pada kaca masinis. Buram. Selepas suram bertemu durjana, sekeping awan mengikat mendung diantara dejavu: sebagaimana di teras rumah, suara bising kereta mengusik pagi yang mengandung luka dan sebersit pedih. Awan yang biasa kita temui dalam destinasi panjang. Sejauh mata memandang, dan sedalam kata yang mengambang.

Kereta membawamu jauh ke pesisir duka. Melesir di tiap-tiap penunggu makna. Yang tak perlu kucari di stasiun terakhir. Jerit peluit mengantarmu masuk ke dalam rute yang teramat rumit, menembus jalan-jalan di kota Jakarta, dipaksa berhenti pada simpangan yang justru menuai kenang di kening, dan kening yang berkeping.

Sebelum matahari berlabuh, dan pagi mendesir rapuh. Kereta mendarat di hati-hati orang yang masih tersemat kata rindu, lekas menjumpa pada sebingkis senyum dari penantian selama temu tak berujung sapa.

 

Penulis: Muhammad Ammar Fauzi, (nama pena: Amrozzie)merupakan mahasiswa Ilmu Quran dan Tafsir di UIN Bandung. Pecinta kucing dan pembenci kutu kucing. Dapat dijumpai di @amruun_mrun.

Pronesiata

Kami percaya jika semua tulisan layak untuk dibagikan. Tak perlu harus sempurna! Media ini ruang bagi semua yang memiliki karya tulisan.

© pronesiata.id. All Rights Reserved.