Perempuan Lain
Bangunnya hari ini
Tidak seperti empat hari yang lalu
Tidak ada lagi
Mata yang tertutup
Ketika matanya telah ia buka
Tidak ada lagi desahan napas
Selain napasnya sendiri
Nasi yang ia goreng
Dengan bumbu khas, persis sama
Ketika ia mahasiswa tinggal sepiring
Sepiring itupun tidak ada
Lagi yang membantunya menghabiskan
“Aku tidak salah
Aku hanya tidak mampu mengendalikan diriku”
Setiap jam ia
Berbeda, setiap jam ia
Menjadi orang lain, setiap jam ia
Bisa kehilangan semuanya, termasuk
Kehilangan dirinya sendiri
Setiap jam pula, ada
Dia yang tabah menunggunya
Kembali seperti semula
Perempuan yang ia cintai
Sejak pertemuan pertama
Pagi ini terasa
Sangat berbeda, setelah
Bertahan selama sepuluh tahun
Bersama, akhirnya ia
Menyerah
“Andai saja aku punya
Anak” pikirnya. Mungkin dia akan tetap tabah
Dengan aku yang bisa berubah kapan saja
Sepuluh tahun yang penuh
Mengalah olehnya, meskipun
Aku ingin sesekali mengalah kepadanya
Bayangan dicermin tidak
Lagi anggun seperti biasanya
Aku lupa, anggun itu adalah ucapannya
Kini, yang kulihat dicermin
Hanya perempuan dengan
Mata kiri yang menandakan
Kesedihan tidak ingin
Ditinggalkan
Dan
Mata kanan yang menyatakan
Marah, tidak dapat mempertahankan
Beberapa jam lagi ia akan berubah menjadi perempuan yang lain
Penulis: Asmar Tahirman, mahasiswa Psikologi Universitas Negeri Makassar, Presiden BEM Kema FPsi UNM 2016-2017, fouder Komunitas literasi Rumah Luwu, sedang fokus menyelesaikan tugas akhirnya.