Puisi Puisi Aminul Arif
Sewaktu rotan membelah tubuh. dicumbuinya
Betis dengan kasih, masa kecil adalah tualang dan rumah
Selalu menjadi tempat diburunya kenangan dan Ibu
Masih sama, menyimpan sebagian birunya tubuh ini.
Di dada yang tak sebidang tanah lapang
Ditumbuinya ilalang lembayun mendayung
Lunak dihantam angin sakal
Sewaktu kutanggalkan permainan masa kecil
diajarinya mantra bilah-bilah kehidupan
lelaki kelak sendiri tunggang dan tumbuh pada tandus
dan segala macam cuaca
meramu jemari dan kaki-kaki yang akan pergi
dari rumah
dan ibu masih sama saja.
Sewaktu berjalan di tubuh bapak
Debar tanah dan jantung kesedihan selalu mengais
Sisa rindu juga mantra-mantra yang kian
Tumbuh oleh musim mendahului
Ucap pemilik kata.
Kepada Tubuh Yang Dipisah Kata-Kata
Sehari sebelum kuantar kau ke Tanjung Ringgit
Kau gemetar dan aku memelukmu seperti mengurungmu
ke tubuhku
air matamu badai, dan keterasingan selalu menjadi bahtera
yang lapuk tenggelam pada laut paling dasar
leluhur telah memisahkan kata-kata pada tubuh manusia
yang tak dihinggapi garis dan tanah untuk menetap
terkadang dermaga adalah tempat yang susah ditebak
teka-teki antara pertemuan dan perpisahan adalah
permainan yang harus dijalani.
Kekasih, anak-anak, orang tua selalu d iambang antara
Pergi dan tinggal
Layar berlayar
Dan rindu-rindu bertebaran
Seperti semesta yang dibatasi aturan manusia
Tumbuh sebagai cerita masa lalu
Mewariskan hidup yang kian belantara.
Tentang penulis
Nama Aminul Arif mahasiswa Muhammadiyah Makassar aktif di Forum Lingkar Pena Cabang Makassar