Mon, 23 Dec 2024
Puisi / Kontributor / Dec 21, 2020

Puisi-Puisi Anugrah Gio

Kini Tardji Menua

/I/
Kini Tardji menua,
itu tanda
waktu liburnya
akan tiba.

Hari ke hari,
Tardji membaca
selembar doa.

/II/
Waktu yang tersisa
adalah sajak yang luput
dari tangannya.

/III/
Tardji selalu curiga
bahwa maut telah mengintip
dari celah jendela.

“Tiada lagi kegilaan.
Tiada lagi kegilaan!” ucapnya.

2020

*

Akhirnya Ia Sampai di Syria

Setelah
bertahan
bertahun-tahun
untuk mengembara.

Akhirnya ia sampai di Syria.
Dikenalinya kota-kota
yang menjelma ladang kematian.

Orang-orang
terperangkap
dalam musim yang pahit.

Kelaparan
seperti pertunjukkan
teater yang haru.

Ia kenali anak-anak
yang kehilangan harapan.

Ia kenali aroma peluru dan senapan.
Ia dengarkan panjangnya tangisan.

O, pedihnya hidup!

2020

*

Jika Bom Jatuh

Di setiap bom
tersimpan setetes ajal.

Jika ia jatuh,
tubuh-tubuh
yang tabah
akan pulang.
Akan abadi!

Di sepanjang jalan,
akan mengalir air mata
dan elegi memandikan hari.

Penderitaan akan berkibar:
kedukaan berkabar.

2020

*

Sajak Singkat Tentang Perang dan Anak Syam

Kebencian menghanguskan kota-kota,
melupakan kata-kata yang manis.

Anak Syam
kehilangan ibu dan ayah.
Nasibnya, tangisan cuaca.

2020

*

Kesedihan Telah Ranum

Biarkan tangis
serupa syahwat langit.

Kau dan aku:
bunga layu.

Kehidupan
dilumuri waswas
dan kesedihan telah ranum.

Semisal arwah hujan,
waktu bergentayangan
menjelma setangkai kenang.

2020

 

Penulis: Anugrah Gio Pratama lahir di Lamongan. Sekarang ia sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Karyanya yang telah terbit berjudul Puisi yang Remuk Berkeping-keping (Interlude, 2019). Menyukai kucing dan membenci pertikaian.

Pronesiata

Kami percaya jika semua tulisan layak untuk dibagikan. Tak perlu harus sempurna! Media ini ruang bagi semua yang memiliki karya tulisan.

© pronesiata.id. All Rights Reserved.