Puisi-Puisi Aris Setiyanto
Tiada Sama Sekali Rindu
ada banyak sekali rindu berserak di benak
namun ketika kutahu, kusadar, engkau bukanlah engkau
segala sesuatunya menguap, menjadi hujan yang membedaki bumi
sore ini. selaksa kekata telah memutar peristiwa
bahwa yang pernah telah
dijadikan kenang
misal boleh kuulang, tuhan
aku meminta sekali saja
"kawanmu kini pecinta alam, penakluk ketinggian." seru gunung kembar itu
dahulu tersisa beribu waktu
sehingga kau merasa tiada jeda
memisah madah, memusnah suah
yang pernah kita jalani
berlari di ketika berpasang mata
menjelang keindahan
berpancang impian
paling melenakan hingga terkenang
Temanggung, 04-02-2020
*
Dua Pilihan
apa yang tersisa sehabis perjalanan? adalah
dua pilihan
melupakan lantas mengulang
mengenang, mamamerkan dan memaparkan
kepada fana yang seolah nyata
karena hadirnya
bahwa di atap kau kedinginan
menjelang keindahan
yang tuhan ciptakan
pada akhirnya kita
hanya kata? oh, sedihnya.
Temanggung, 04-02-2020
*
Merbabu
i
: suwanting
kurentangkan tangan
pada awan yang berarak
menutup kenang yang
tak lekang
saban hari bayang
membayang
gentayang
nun jauh di sana
di bawah telapak kaki kita
aku yang menunggu; merindu.
ii
: wekas
gunung-gunung yang kita lupa
nama. menyeduh kopi
dalam naungan
ilalang jalang
berserak misal hati terusik
'tuk telisik
basah mataku ataukah
tisue di tanah
membedaki rerumput kekuningan
basah oleh madah
iii
: selo
aku berkacak pinggang
keheranan
tuhan membekali hati
manusia berbekal kamera
menangkap gegap
dijadikannya kodak polaroid
instamatic. meruahlah big red love
tapi sama sekali
aku tak instragamable!
tercederai di galeri
Temanggung, 04-02-2020
*
Kaki Gunung
—sindoro
sakura di punggungmu
menetas, menjadi kekata
"replika tak akan
kembalikan hakikatnya."
namun tetap saja
berpasang insan
dari jauh, dari kota, dari segala
menjelang lengang
hamparan bebatuan hitam
di ubin bambu
air mengalir
Temanggung, 04-02-2020
*
Pandean
hijau menelungkup bukit
sebelum puncak
misal aku edarkan pandang
di ketika itu kau abadikan
candid, seolah kunikmati
gambar busuk ini
sama sekali
aku bukan pecinta alam
lari ketika si merah marah
kembali tatkala
bibit di tanam di
bumi hujamkan
Temanggung, 04-02-2020
*
Sebelum Puncak
tangga bebatuan, karena
kau hadap ke depan
ke kamera. arah mana
kau jadikan tujuan
puncak yang mulai nampak
anak yang dibilang
menantikan kedatangan
tak sekalipun
terlebih ketika aksara dibawa
ke kampung halaman, ke mana,
di dalam ransel
berpusar langgang kehilangan
Temanggung, 04-02-2020
*
Aku Ingin Jadi
aku ingin jadi laut
menyenangkan
pasirku terasa asin
kilau mentari di kakimu sewarna kuta
sedang airnya amis jogja
aku ingin jadi gunung
menyenangkan
biar berlini-lini ironi kutatapi saban hari, saban pagi
ketika pinus itu di lucuti
sebelum dimutilasi: mati.
Temanggung, 05-02-2020
*
Berpasang Rancang Yang Gagal
aku menjual diri kepada malam
hanya untuk satu tujuan
memahami hati
sampai detik ini aku
penggagas gagal
berpasang-pasang rancang
misal kau putuskan bakal berjalan
usah kau seru, usah kau lambai lembut
tinggalkan, lupakan berpancang kenang.
Temanggung, 05-02-2020
*
Rindu
betapa mudah
kini. berakit-rakit laju perahumu
menjelang memekakkan
kadang, hal seperti itu
telah ditepikan aku dari sisi
hati
Temanggung, 06-02-2020
*
Mimpi
tatkala kau gelar
mimpi di samping tenda bersandar
menjadi ibu yang menjelma ranum
padahal kau ditinggalkan
di ketinggian
misal duduk menghadap dunia
yang kecil di samping jarimu
kucing itu mencintaimu
bila masa sua? cintanya
lebih besar cintaku
Temanggung, 06-02-2020
Penulis: Aris Setiyanto, fan JKT48 yang hobi menulis puisi yang berdomisili di Temanggung. Buku puisinya, Lelaki yang Bernyanyi Ketika Pesawat Melintas.