Thu, 12 Dec 2024
Puisi / Kontributor / Dec 31, 2020

Puisi-Puisi Hanifah

Sesal Membunuh Perlahan

Kabarmu tak lagi ku dengar.
Kau hilang di antara hingar bingar.
Langkahmu tak lagi ku tau.
Kau terhanyut bersama angin lalu.

Terkadang ingin kembali menyapa,
Walau sekadar bertanya sedang apa.
Namun, gejolak gengsi lebih besar meraja.
Terlebih aku takut kembali meluka.

Sebenarnya, ada sedikit tanya kusimpan.
Apakah ada kenang antar kita yang menyakitkan.
Yang ketika mengingatnya kau tak nyaman.
Yang ketika terlintas, ingin kau enyahkan.

Jika kau balik bertanya, akan ku jawab ada.
Saat aku melontarkan kata yang akhirnya menjarakkan.
Kata-kata yang tak pantasnya ku ucapkan.
Memutus apa yang ada antara kita pelan-pelan.

Bertahun-tahun aku menyesal
Beratus hari ingin menghapus ingatan
Namun kembali sudah tak ayal
Kembali sungguh sudah tiada jalan.

Sungguh banyak sekali sesal
Banyak perasaan berdosa tertinggal
Sekelumit tanya kusimpan sendirian
Apakah kau di sana sudah memaafkan?

Rasanya sesal ini memabukkan
Seolah jua membunuhku perlahan
Berharap semoga sudah kau maafkan
Atau tak lagi kau kenang menyakitkan

*

Hantaman Menikam

Terseok di antara gulita malam,
Terjerembab pada tajam kerikil kehidupan.
Beban yang kau pikul begitu keras menghantam.
Menjatuhkan hingga palung terdalam keterpurukan.

Memikul tanggungjawab begitu besar.
Banyak berjuang namun tak jua membuahkan.
Rasanya ingin mengakhiri kehidupan.
Namun sadar bahwa itu pilihan gusar.

Hari ini saat dirimu tertikam berjuta duri,
Saat rasanya dunia tak punya hati untuk sekadar mengasihi.
Saat rasanya seisi semesta mengkhianati.
Diam-diam Tuhan ingin menuntumu kembali ke sisi.
Diam-diam Tuhan rindu datangmu menengadah dan berserah.

Percayalah, masa sulit tak akan tinggal selamanya.
Percayalah, kegundahan yang kau rasa, orang lain juga punya.
Wujudnya saja yang berbeda.

Dalam setiap kelokan jatuh dan tersungkur,
Pada setiap sepi yang rasanya menyelimuti,
Sebenarnya kita tak benar-benar sendiri.
Ada selalu malaikat yang mengawasi,
Ada Tuhan yang setia menanti.
Menanti kita kembali, untuk berserah dan bersujud lagi.

 

Penulis: Hanifah ‘Urwatulwutsqo Rofi’ah, mahasiswa Universitas Sebelas Maret, dapat ditemui di @hanzt31

Pronesiata

Kami percaya jika semua tulisan layak untuk dibagikan. Tak perlu harus sempurna! Media ini ruang bagi semua yang memiliki karya tulisan.

© pronesiata.id. All Rights Reserved.