Puisi-Puisi Intan Tamimi
Gelap Terang Sudut Pandang
Bagaimana kau menafsirkan gelap yang memekik pekat?
Perlukah kuberikan cahaya kunang-kunang yang setiap malam kutangkap?
Bagaimana kau menerjemahkan terang yang memecah benderang?
Perlukah kukirimkan mendung muram untuk enyahkan terang?
Bila ada asumsi keliru membumbung tinggi
Bisakah ia ditafsirkan dengan gelap pekat?
Jika ada persepsi hakiki mengangkasa rendah
Dapatkah ia diterjemahkan terang benderang?
Atau sebaliknya kita terbelenggu dengan sudut pandang gelap terang
Mengedepankan ego seolah kita yang hakiki
Tanpa peduli klarifikasi apa yang dijembatani
Mengenyampingkan fakta bahwa semua orang bisa salah
Tanpa memahami bahwa sempurna juga tak selalu ada
*
Tak Setara Netramu Melihat
Bila kita saling menatap mata bertemu mata
Apakah aku sedang bercermin pada diriku sendiri?
Atau kau sedang mempertontonkanku dengan keangkuhanmu
Dimanakah letak keanehanku?
Kau mengatakan aku tak berparas rupawan
Kau mengatakan aku berbeda hanya dari sebatas pandang
Tak setara itu kah netramu melihatku?
Bukankah tak perlu diperdebatkan perbedaan itu?
Sebab yang berbeda tak berarti jua buruk
*
Netral
Aku mengambil jarak teraman dari kerumunan orang
Agar aku tak menaruh penat terlalu dalam
Aku memberi jeda pada setiap orang yang bertandang
Supaya aku tak membuat diriku terjerembap sangat kelam
Bukan aku menghindar
Bukan pula mencari amannya
Bukankah kehidupan sudah terlewat runyamnya?
Sampai-sampai ingin mencicipi kebahagiaan terbilang mahal
Sampai ingin melontarkan sepatah kata harus berpikir risiko
Sudahkah memiliki pendirian dalam diri?
Tanpa diombang-ambingkan dengan stigma sana-sini
Penulis: Intan Tamimi, alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember.