Sun, 08 Sep 2024
Puisi / Kontributor / Jan 06, 2021

Puisi-Puisi Misra Muis

Rindu Terus Bertemu

Pada Hujan yang telah hadir,
Aku ingin bercerita,
Tentang segala hari yang kulalui,
Tentang segala rindu yang hadir,
Tentang hidupku yang terus menahan sesaak untuk menuai rindu,
Tentang putaran hari yang silih berganti,
Namun tak kunjung merasakan warna hari yang berubah.
Aku mengingat satu waktu yang berlalu, disana aku pernah jatuh cinta, menatap
Mata coklat yang selalu membuat diriku selalu rindu,
Tapi kali ini rasanya tak ada rindu yang bias ku tuai,
Derana yang terasa begitu menusuk fikiranku.
Sepi menjelma menjadi Rindu,
Malamku sangat terasa gelap,
Bersama kerinduanku kepadamu
Yang tak kunjung usai pun tak kunjung temu.
Kau tahu aku masih disini,
Meratapi sepi dan meratapi rinduku,
Rangkaian kehidupan yang kujalani,
Pahit manisnya hidup kulewati,
Hingga aku jatuh berkali-kali,
Dan berusaha berdiri sendiri,
Kau tahu dalam segala langkahku,
Aku selalu rindu kepadamu,
Rindu yang kurasa yang sudah aku tahu tak berujung temu,
Sebab kau tak dapat hadir lagi untuk menuai temu,
Rasanya rindu yang paling menyakitkan adalah ketika rindu dengan seseorang
yang tak dapat lagi dilihat, Yang telah tenang bersama tuhan,
Rindu yang terus bertemu pada ingatan,
Ini rindu paling menyakitkan dari segala rindu yang ada,
Dari segala jarak yang tercipta.
Dan tentang hidup dan waktu ternyata ada rindu yang selalu terselip, ada detik yang berharga.

*

Tak Lagi Sama 

Rintik-rintik hujan yang turun,
Tak lagi syahdu.
Rintiknya penuh dengan aamarah,
Melontang-lantingkan segala yang ada di bumi.

Derai pahit yang menusuk pad ahati.
Tatkala kesabaran hamper habis, seperti diujung tombak.

Mencari hutan penyejuk,
Namun tak ditemuinya lagi hutan yang lestari.
Tak ditemuinya lagi hutan yang hijau,
Yang ditemui hanyalah penyejuk yang ber’api-api.

*

Mematikan

Mereka yang tak pernah sadar,
Demi mengisi perutnya,
Diam-diam bersembunyi untuk tetap hidup,
Namun tak melihat, bahwa mereka mematikan yang tak bersalah,

Bersiaplah untuk terus – menrus bertemu,
Pada kepahitan yang hadir sewakyu-waktu.
Sebelum segala Raksasa alam bergelombang mengamuk,
Tanpa ada perdamaian.

Bisakah kita memelihara?
Bisakah kita sadar?
Bisakah kita menajaga anugerah tuhan yang ada dibumi?
Jika bisa,
Tolong sadarlah,
sebelum terlambat.
Bibit-bibit masih ada untuk hidup dan bernafas.


Penulis: Misra Muis, aktif di Marine Buddies Makassar & Earthour Jayapura

Pronesiata

Kami percaya jika semua tulisan layak untuk dibagikan. Tak perlu harus sempurna! Media ini ruang bagi semua yang memiliki karya tulisan.

© pronesiata.id. All Rights Reserved.