Sebuah Bunga
Sebuah Bunga
Di ujung taman ada sebuah bunga
Tampak lain, tampak tidak berselera
Ia merenung, hanya kosong di matanya
Teman-temannya barangkali sudah lupa akan ia
Bau busuk menguar dari tubuhnya
Ditambah duri-duri yang menganga
Tiada satu pun yang berkenan menyapanya
Semesta tak ‘kan mencari, meski ia pergi tanpa izin
Perlahan kelopaknya gugur bersama angin
Durinya patah, terinjak oleh anak-anak yang bermain
Nun jauh di sana, Tuan masih menunggu
Dirinya teramat rindu
Pada bunga yang ia harap tumbuh selalu
Hingga waktu memperbolehkan Tuan mencari
Tak jua ia temukan di sana sini
Hanya bersisa bau busuk yang sangat Tuan sukai
Bau busuk semakin memudar
Singgasana bunga telah terbakar
Tuan tergelak, “Ini hanya kelakar.”
“Ayolah, benarkan perkataanku, wahai tanaman-tanaman liar.”
Tanaman-tanaman liar hanya saling lempar pandang
Saling berpikir bahwa bunga terlalu tergesa meradang
*
Tolong
Dahulu aku diam
Kini diam t’lah kupukuli hingga lebam
Tak ingin aku yang temaram
Berlari, seakan tiada lagi besok malam
Jalanan mengejar, pohon-pohon, angin
Kalah dan mengalah, aku tak ingin
Berlari, hingga akulah pemimpin
Mendadak tanganku memukul kepalaku tanpa perhitungan
Aku tersungkur, mencium jalanan
Ada aroma kenangan
Tiada yang bisa bantu aku berjalan
Tolong… Aku ketinggalan
Penulis: Addini Safitri, sekarang tercatat sebagai mahasiswa. Dapat ditemui di Intagram @addini_sft.