Mon, 23 Dec 2024
Puisi / Kontributor / Dec 31, 2020

Sebuah Rasa Menjadi Karya

Katanya hidup ini adalah pilihan?
Iya benar dan saya memilih untuk tetap di trek saya.

Mencintai mu dalam diam,
Mengangumi mu dari kejahuan,
Menyelipkan nama mu dalam setiap bait doaku
Dan menginginkan mu dalam setiap mimpiku.

Iya, seandainya saja aku tau,
Kalau hari itu adalah hari terakhir aku melihatmu,
Setelah beberapa bulan ini kita tidak pernah lagi bertatap muka
Dan saling melepaskan senyuman terbaik kita.

Dan jika aku mengetahui itu,
Mungkin saja aku akan melalukan hal yang tidak akan kamu lupa,
Disaat kamu sedang kesepian atau berada dikeramaian,

Menatap mata mu sehingga bibir mu melengkung bagaikan bulan sabit yang begitu indah untuk dipandang,
Dan menemani mu menanti senja di pengunungan,
Dengan menikmati kopi yang hangat,
Sehangat rasa ini kepada mu.

Untungnya mengkhayal itu tidak dibayar, seandainya saja mengkhayal itu dibayar,
Sudah pasti saya adalah orang termiskin di dunia ini.
Iya, karena disetiap waktu jeda, kesunyian,
Dan keramaian hanya engkau yang selalu menghantui pikiranku ini.

Sadarkah engkau wahai mahluk Allah yang begitu indah jika dipandang,
Dan merugi jika memalingkan wajah dari mu.

Saya berbicara tentang rindu,
Katanya rindu itu seperti hutang yang harus dibayar dengan tuntas.

Bantulah saya untuk mewujudkan semua itu,
Walaupun kita dibatasi dengan jarak dan disibukkan dengan urusan masing-masing,
Tetapi saya yakin bahwa ada waktu untuk bisa membuat mimpi itu terwujud,
Dan kerinduan ini bisa terbayar dengan tuntas.

Semoga penuh harap itu terkabul pada waktunya,
Semoga Allah merestui kita,
Dan semesta bekerja bagai mana mestinya.

 

Penulis: Thesar Pramudya, mahasiswa Teknik Manufaktur Industri Agro Politeknik ATIM

Pronesiata

Kami percaya jika semua tulisan layak untuk dibagikan. Tak perlu harus sempurna! Media ini ruang bagi semua yang memiliki karya tulisan.

© pronesiata.id. All Rights Reserved.