Senja dan Kerinduan
Dirimu adalah luasnya semesta
Tempat aku ingin berkelana
Dan hatimu adalah rumah tempat aku ingin pulang dan menetap disana.
Kau sudah banyak mengujiku dengan rindu, sekarang pulanglah rindu ini hendak terbenam dipelukmu. Sebab, kaulah pemenang dari segala rindu yang ada.
Untukmu pemilik senyum sederhana, lekukannya dikagumi semua orang, terima kasih untuk setiap sore yang menawan.
Aku menyukai senja seperti aku menyukaimu
Aku mengagumi senja seperti aku mengagumimu
Layaknya senja, bukan cuma aku yang menikmati keindahannya bukan?
Aku tak membenci hujan, tapi aku tak suka genangannya yang meluap bersama kenangan.
Aku tak membenci awan yang menghitam, cuma tidak tepat menutupi dikala senja semestinya hadir.
Setidaknya aku cukup tegar pernah menunggumu. Layaknya senja yang yang dinantikan tak kunjung datang, beberapa penantian tak berujung terbalaskan, maka mengikhlaskan adalah cara terbaik menawar kecewa.
Andaikan aku bisa membuat waktu berhenti sesaat, agar bisa kunikmati wajahmu sedikit lebih lama dari biasanya, sambil meresapi bagaimana sang waktu menenggelamkan matahari diujung barat sana. Dan selalu begitu setiap hari.
Sembilu rindu yang menjaga kokoh tempatnya, seperkasa kata menunggu yang masih setia menetap, terima kasih senja sudah mengantarkan rindu ini pada peraduannya, selamat datang malam masih sudih hadir bersama dingin yang mendekap dan sampai jumpa untuk malam-malam selanjutnya.
Penulis: Muh. Akbar, pegiat literasi di Jendela Pustaka.