Thu, 12 Dec 2024
Puisi / Kontributor / Jan 24, 2021

Tentang Manusia Yang Memang Manusia

Tentang Manusia Yang Memang Manusia

Terlalu fokus pada ambisi sehingga melupakan keluarga
Atau terlalu mencintai keluarga sehingga membuang ambisi
memiliki impian yang tidak diimpikan keluarga
atau memiliki impian yang sama dengan keluarga
pekerjaan yang sesuai passion tapi merasa lelah dengan keadaan
atau bekerja dengan nyaman tapi tidak sesuai passion

sebuah prioritas adalah pilihan
pilihan untuk mencapai ambisinya
membuang impian demi kepentingan bersama
diajak berdamai pun sulit
disuruh percaya tapi zona yang mengubah semua menjadi bohong
pembodohan kata berdamai tanpa ada unsur lain

tentang manusia yang memasuki usia dewasa
tentang manusia yang mulai berpikir kritis
tentang manusia yang berbicara tentang ambisi
tentang manusia yang mencintai keluarganya
tentang manusia yang masa bodoh
tentang manusia yang memang manusia

*

Rapuh

Bercerita tentang kehidupan
Melihat orang lain seperti tidak memiliki masalah hidup
Padahal beban yang ia pikul begitu berat
Melihat orang lain yang begitu mudahnya mendapatkan gelar
Tanpa tahu betapa sulitnya perjuangan mereka

Dan kini aku, merasakan hal serupa
Berada diposisi mereka yang sangat sulit
Setiap berhadapan dengan layar putih yang membuat mata lelah
Namun tulisan tulisan hitam itu harus diselesaikan
Mata sembab ketika merasa sudah tak mampu menuangkannya dalam tulisan

Badan yang kini menjadi kurus
Hati,  pikiran, jiwa dan raga yang begitu lelah
Namun tetap harus menyebar senyuman
Ingin rasanya melupakan sejenak
Namun mata tak sanggup tertutup rapat
Menceritakan ke mereka pun rasanya sudah tak sanggup
Melakukan semua kelelahan yang rasanya tak kunjung reda

Kini orang yang dianggap dekat tak lagi memberi semangat
Orang baru yang datang hanya memberi beban lalu pergi
Cinta lain datang namun hanya sebagai pelampiasan
Ingin sekali rasanya menyerah
Namun hati terlalu sakit mengingat perjuangan yang sudah setengah jalan
Begitu rapuh, rapuh seperti kayu yang sudah tua
Yang tak mampu lagi menahan beban

*

Rindu Di Ujung Senja

Sore itu kita masih duduk bersama
Di bandara itu..
Bercerita panjang dan tertawa bersama
Aku masih sangat jelas mengingat senyummu
Senyummu yang manis
Yang sangat mirip denganku
Dan sore ini aku hanya duduk sendiri
Menikmati angin laut dan menunggu senja

Memandang matahari yang mulai tenggelam
Memori itu mengingatkanku padamu
Mengingat saat air matamu jatuh di pipi
Karena melepas kepergianku saat itu

Senja yang sama yang setiap hari kita lalui
Hanya saja kita ditempat yang berbeda
Terima kasih atas doamu yang selalu kau panjatkan untukkku
Semoga tuhan selalu melindungimu
Agar kelak kitakan berjumpa
Di rumah.. Tempat ternyaman kita bersama
Aku merindukanmu..

 

Penulis: Adinda Thalia Salsabila, mahasiswa Universitas Negeri Makassar.

Pronesiata

Kami percaya jika semua tulisan layak untuk dibagikan. Tak perlu harus sempurna! Media ini ruang bagi semua yang memiliki karya tulisan.

© pronesiata.id. All Rights Reserved.