Belajar dan Mengajar di Tengah COVID-19
Pandemi COVID-19 semakin banyak memakan korban, berdasarkan rilis dari gugus tugas penanganan COVID-19 yang diwakili oleh juru bicaranya melaporkan bahwasanya Minggu, 5 April 2020 jumlah pasien yang dinyatakan positif sebanyak 2.273 orang, sembuh 164 orang dan meninggal sebanyak 198 orang.
COVID-19 ini juga mengakibatkan beberapa instansi pendidikan seperti sekolah, kampus dan lainnya mencari alternatif metode belajar mengajar. Berangkat dari surat edaran dari Kemendibud dan Kemenag yang sama-sama menganjurkan agar proses belajar mengajar dialihkan dan diadakan di rumah saja.
Salah satu yang di pilih adalah metode online dengan melakukan proses belajar dan mengajar secara online, ada beragam media atau aplikasi yang digunakan untuk menunjang metode online ini mulai dari apalikasi zoom, classroom, edlink dan beberapa aplikasi lainnya.
"Memang tidak semua daerah memiliki akses smartphone ataupun jaringan yang memadai. Jadi ini adalah hal yanga menantang, tapi kami telah berkomitmen kedepan akan bekerjasama memastikan sekolah-sekolah dapat menyelenggarakan pembelajar daring," tuturnya dalam siaran pers beberapa waktu yang lalu.
Tentu ini juga mengundang berbagai macam tanggapan dan juga komentar baik dari pelajar, tenanga pengajar sampai orangtua pelajar itu sendiri. Banyak yang pro tapi tidak sedikit juga yang kontra terkait metode pembelajaran online ini.
"Belajar online ini ribet dan menyulitkan, belum lagi kalau jaringan hilang terus deadline tugas sudah memepet," ungkap seorang pelajar yang dihubungi via whatsapp
"Kuliah online dan dirumah saja bisa kasih waktu banyak dengan keluarga," tambahnya
Penulis: Muhammad Khudri Syam, mahasiswa yang akrab disapa Khudri ini memiliki hobi makan, makan, dan makan. Merupakan salah satu kawan content writer di pronesiata.id