Dewasa! Bukan Hal yang Mudah
Setiap manusia pasti akan tau atau mungkin sudah merasakan, masa peralihan dari remaja menuju dewasa. Katanya, menjadi dewasa itu tidaklah mudah.
Kita akan mengalami banyak perubahan dalam hidup, entah perubahan baik ataupun buruk. Tergantung dengan apa yang kita tanam saat semasa remaja.
Di fase dewasa kita akan menemukan masalah-masalah baru, tidak seperti dulu saat masih remaja. Saat remaja, masalah yang dihadapi hanyalah perihal belajar, pertemanan, ataupun cinta monyet.
Berbeda ketika kita menginjak fase dewasa, bagi saya banyak hal menyakitkan yang terjadi dan tak pernah saya duga. Di fase ini saya banyak mengenal rasa sakit yang begitu perih, mengalami rasa kesepian, mengalami apa itu pengkhianatan, dan merasa ketakutan akan masa depan. Ternyata beranjak dewasa tidak seindah yang saya kira.
Pada saat itu, saya merasa perubahan yang saya alami adalah perubahan yang buruk. Teringat betapa putus asanya saya, sampai tidak memiliki motivasi hidup dan takut untuk melangkah maju.
Banyak kekecewaan yang saya alami saat semasa remaja yang berdampak sampai saya dewasa. Satu hal yang sangat saya takutkan, yaitu kegagalan.
Setiap langkah yang saya ambil terasa seperti langkah yang salah, setiap usaha yang saya usahakan terasa sia-sia. Ketakutan akan kegagalan terus menghantui tidur saya, membuat saya terjaga sepanjang malam dengan pikiran yang terus berkecamuk, berisik dan membuat saya frustasi.
Ketika saya merasakan banyak beban dan masalah yang terpendam. Saya ingin sekali mencurahkannya, namun pada akhirnya semua itu hanya menjadi rahasia yang dipendam seorang diri.
Karena saya tidak ingin seorangpun tahu dan merasa terbebani dengan kerumitan yang terjadi dalam hidup saya. Entah ini tindakan yang benar atau salah.
Dari sini saya mulai menyadari bahwa kata sendiri bukanlah hal yang aneh lagi. Di fase ini semua orang sudah mulai fokus dengan urusan dirinya sendiri.
Jika saya pergi kemanapun, saya selalu ingin ditemani oleh teman. Namun sekarang tidak ada satupun teman yang menemani karena kesibukan mereka. Dan saya sangat mengerti.
Ada masa dimana saya sangat membenci diri sendiri. Saya sering merasa iri setiap kali melihat postingan pencapaian teman-teman saya di media sosial. Saya selalu mempertanyakan kenapa saya masih saja terpaku di titik yang sama dan tidak ada pencapaian yang bisa saya banggakan.
Apa yang saya inginkan sukar sekali terwujud, seakan sebuah kegagalan adalah bayangan yang terus mengikuti langkah saya.
Kenapa teman-teman saya terlihat begitu mudah mencapai suatu hal. Saya merasa dunia tidak adil. Saya merasa iri.
Namun seiring berjalannya waktu, pemikiran saya mulai terbuka. Dalam perjalanan kedewasaan yang penuh liku dan rintangan ini, saya belajar untuk menerima diri sendiri dengan segala kekurangan saya.
Bahwa pada akhirnya tidak ada yang sempurna di dunia ini, setiap langkah kecil yang saya ambil adalah bagian dari perjalanan ke arah yang lebih baik. Saya mulai memahami bahwa kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari perjalanan yang sangat berarti.
Apa yang teman-teman saya capai itu pasti tidak luput dari proses yang panjang, dan mungkin lebih sulit dari apa yang saya alami saat ini. Saya hanya melihat mereka ketika berhasil saja, tidak tahu-menahu dibalik semua itu mereka berjuang sekeras apa.
Maka dari itu, saat ini saya mencoba untuk keluar dari zona nyaman, pencapaian yang saya lihat di sosial media saya jadikan motivasi. Saya mulai berani mencoba hal baru lagi tanpa takut gagal. Karena sekarang yang lebih saya takutkan adalah merasa menyesal tidak mencoba daripada takut akan kegagalan.
Memang saya merasa fase ini sangatlah sulit dan menyedihkan, yang membuat saya hampir putus asa. Tapi saya mencoba untuk bangkit dan percaya kepada diri sendiri bahwa saya mampu melewati masa sulit ini.
Saya tidak ingin kesedihan dan ketakutan saya menjadi penghalang saya untuk menggapai masa depan. Karena menurut saya, masa depan cerah tercipta untuk orang yang selalu berusaha melakukan yang terbaik dan tidak mudah putus asa.
Dewasa adalah menjadi orang yang dapat menyelesaikan masalah, bukan yang lari dari masalah atau bahkan takut untuk menghadapi sebuah masalah.
Maka dari itu, saya harus bertanggung jawab atas hidup saya sendiri dan bertanggung jawab dengan apapun keputusan yang saya pilih.
Proses menjadi dewasa itu bukan dilihat dari faktor usia, tetapi dilihat dari bagaimana saya bertanggung jawab atas apa yang saya lakukan dan kerjakan.
Penulis: Caca