Thu, 12 Dec 2024
Ceritakanaja / Kontributor / Jun 20, 2020

Duniaku yang Baru

Saya tatap dia dari kejauhan dengan senyum dan cara jalannnya yang khas menuju kearahku ayo kita kedalam, saya balas senyumannya dan ikut jalan dibelakannya semua mata rasanya menuju padaku betapa beruntungnya memiliki pacar cerdas seorang asisten dosen dan peneliti rasanya mereka cemburu padaku... 'ahhh sudahlah itu hanya pikiran percaya diriku'..

Sambil berjalan sya tatap tangannya yang tak henti mengayunkan sebuah pulpen, sesampainya di kelas dia membawakan materi dan semua mata tertuju padanya dan terkagum kagum melihatnya yang sangat pandai beretorika. Ohh tuhan saya jatuh cinta padanya?

Saya putuskan berpacaran dengannya dia yang tidak romantis tapi kadang perduli meskipun kadang suka melupakan janjinya. Oh tuhan hati ini kedia, dia, dia sampai titik dimana saya berharap kepadanya setelah sekian lama putus nyambung.

Tak terasa waktu membawakan materi selesai saya dan dia yang selalu kusebut namanya dalam doa, kami berjalan diantara pepohonan menuju parkiran yang sejuk penuh dengan pepohonan kampus merah, kampus yang mengajarkan banyak hal, kampus yang tak kusangka nantinya akan membuat patah hati.

Bercerita seperti biasa dia menanyakan apa kegiatan hari ini, apa kendala hari ini, saya menjawab tak ada kendala selain hati yang rindu ingin hidup selamanya bersama kekasih halal.

Pagi seperti biasa bunga mekar yang ingin dihinggapi banyak kumbang, kumbang pelaut itu begitu banyak si pire, si hairul, si washa, si sudar yang begitu lama memendam rasa tapi tak kunjung terbalaskan oleh bunga mekar karena telah terlanjur menaruh hari kepada si kutu buku yang sangat pintar beretorika di depan umum.

Ini menjadi pilihan hidup yang indah kala itu, indah dunia berwarna seperti hati ini mendengar si kutu buku akan datang melamar langit seakan bergetar dan hati bahagia, ini adalah momen yang yang bisa ketika harus bertemu dengan ibunda si kutu buku malu-malu bercampur tak percya diri dalam hati berkata bisa tidak?

Semua pembicaraaan berjalan lancar sayapun merasa tak ada sekat iya adalah ibu peri yang baik.

11 januari lantunan ayat suci Al-Qur'an dilafadzkan menyambut si kutu buku bangsawan bugis Wajo datang dengan segala pernak pernik kebangsawananya membuat bangga, keluarga mempelai wanita.

Dengan menghadap ke arah barat dan membaca Al-Fatiha saya resmi menjadi istrinya, belahan jiwanya. Menjadi bagian dari keluarga bangsawannya. ????

Bangun pagi dan terlah menjadi istri bahagiaa dan menjadi tanggung jawab. Semua akan saya lewati dengan iklas dan hati bahagia.

Seperti bisa saya diantar oleh bapak tersayang menuju kampus tempat mengajar dan bercerita "nak apa suamimu tidak masalah kamu kerja di Palopo sedangkan dia kerja di Makassar" dengan senyum lebar seperti biasa "bapak.. tenang meki nanti saya komunikasikan sama si kutu buku".

Bapak hanya balik ke arah saya dengan senyum karena waktunya pas mobil sudah berada di depan kampus, tak lupa salam dengan laki-laki yang paling baik sepanjang masa kecintaan saya dunia akhirat, yang masi saja mengangap anaknya wanita kecil.

Hari berganti seakan semakin rutin dengan tuntutan istri harus berada disisi suami saat suami pulang dari kerja sebagai pengobat lelah setelah seharian beraktifitas di kampus. Bahagia tapi juga sedih karena harus meninggalkan bapak yang sendirian di rumah. Tak lupa saya minta izin ke kampus memundurkan diri klu saya harus berhenti mengajar dan ikut pindah ketempat suami.

Pagi buta susunan barang yang amat banyak dengan perut hamil muda sesekali saya elus agar bersabar karena mengangkat beban berat, saya tatap bapak yang sibuk menyusun barang dia semakin tua tak terbayangkan dia sendiri dirumah ini tak lupa saya mendoakannya didalam hati agar allah selalu menjaganya.

Dalam perjalanan saya menikmati waktu berbicara dengan bapak yang amat saya cintai dan saya kasihi seperti biasa memberikan wejangan tentang adab berumah tangga.

Akhirnya saya tiba dirumah besar bak istana dan disambut hangat oleh mertua yang tidak mau di panggil mama, dia memberikan batasan bahwa dia puang dan bukan mama tak apalah mungkin tradisi meskipun sangat merasah risih tak apalah.

Pagi setelah mengantar bapak izin pulang dan memberikan nasehat harus hormat pada suami dan mertua, harus jadi istri dan mentu yang baik... setelah berpelukan dan mencium pipi bapak dia berbalik menahan air matanya mengusapnya lalu naik ke mobil.

Seperti ada pisau yang mengiris-ngiris hati ini tak sanggup kubendung air mata sambil melambaikan tangan kebapak yang sudah mau jalan di tersenyum kecil dia iklas meninggalkan anaknya dengan keluargaa barunya. ????????????

Betapa sedih rasanya berpisah dengan orang tua. Air mata yang begitu mudah jatuh tak bisa terbendung lagi, dan saya bukanlah lagi tanggung jawabnya.

 

Penulis: Munawarah, ibu rumah tangga.

Pronesiata

Kami percaya jika semua tulisan layak untuk dibagikan. Tak perlu harus sempurna! Media ini ruang bagi semua yang memiliki karya tulisan.

© pronesiata.id. All Rights Reserved.