Wed, 15 Jan 2025
Ceritakanaja / La Jupe / Jan 04, 2025

Jejak Luka di Jalan Berduri

Di tengah hiruk-pikuk perjuangan di jalanan dan diskusi panjang di ruang-ruang kecil yang penuh semangat perubahan, cinta tumbuh di antara mereka.

Dia, seorang mahasiswa aktivis yang lantang memperjuangkan keadilan, menemukan kehangatan dan keteduhan dalam tatapan perempuan yang juga memperjuangkan mimpi yang sama. Namun, di balik idealisme dan kata-kata manis, hatinya goyah oleh godaan.

Kesalahan yang ia buat menjadi jejak luka yang tak terhapuskan, bukan hanya bagi perempuan yang ia khianati, tetapi juga bagi dirinya sendiri.

Ya. Aku, seorang mahasiswa di salah satu kampus di Makassar, bukan hanya sibuk mengejar nilai akademik, tetapi juga ikut andil menjalankan motor gerakan perjuangan.

Aku hidup di tengah idealisme, mimpi besar, dan perlawanan terhadap ketidakadilan. Bersama dia perempuan bunga revolusi yang teguh dengan prinsip dan hatinya aku menemukan sesuatu yang lebih dari sekadar perjuangan: cinta yang menghidupkan semangatku.

Sapuan lembut jemarinya, dekapan hangat yang ia berikan setiap kali aku lelah oleh hiruk-pikuk perjuangan, bak menjadi bahan bakar yang membuat semangatku tetap berkobar. Dalam senyumnya yang sederhana, aku melihat harapan yang terus memanggilku untuk tak menyerah. Tapi sayangnya, aku lupa bahwa cinta juga membutuhkan penjagaan

Dalam ego dan keangkuhan, aku mengkhianati cinta itu, melukai hati yang tak seharusnya ku sakiti.Di balik teriakan lantang di jalanan, ada bisikan-bisikan ego yang mengaburkan komitmen.

Aku, yang seharusnya menjadi pelindung kepercayaan dan harapan, malah menjadi sang pendosa yang mengkhianati cinta. Namun, di tengah perjuangan, godaan untuk memetik bunga di taman sendiri perlahan menggerogoti keyakinanku.

Aku yang seharusnya berdiri teguh di atas komitmen, justru tergelincir oleh nafsu dan ego. Apa yang sebelumnya kupikir hanya angin lalu, ternyata menjadi badai yang meluluhlantakkan segalanya, termasuk cinta yang selama ini mendampingiku.

Puncaknya, ketika aku mengukuhkan hubungan dengan perempuan kedua itu, aku telah menancapkan belati pada hati seseorang yang mencintaiku dengan tulus.

Menjalankan dua hubungan dengan hati yang bercabang, aku terjebak dalam kebohongan dan ketidakjujuran yang semakin dalam, merasa seperti terpecah antara dua dunia yang tak bisa bersatu. Setiap kali aku memandang mata mereka, aku merasa semakin terasing dari diri sendiri.

Di satu sisi, ada cinta yang tulus dan pengorbanan yang tak terhingga, namun di sisi lain, ada godaan yang melenakan, janji-janji kosong yang kuberikan tanpa arti. Aku tahu, semakin lama aku bertahan, semakin dalam luka yang ditorehkan pada dua hati yang berharga.

Dan akhirnya, aku sadar bahwa kebahagiaan yang kutipu hanya memberi kepuasan sesaat, sementara rasa bersalah terus menggigit, tak memberi ruang untuk kedamaian.

Hubungan penuh kepura-puraan itu berlanjut, meskipun waktu semakin lama semakin terasa berat. Aku berpura-pura bahagia, berpura-pura mencintai, sementara hatiku semakin terjerat dalam rasa bersalah dan penyesalan.

Setiap pertemuan, setiap kata yang terucap, terasa hampa, seakan aku sedang memainkan peran dalam drama yang tidak pernah aku inginkan. Aku tahu, setiap kali aku tersenyum di hadapan mereka, itu adalah senyuman yang palsu, sebuah topeng yang menutupi kebenaran yang semakin sulit kutanggung.

Dan semakin aku mencoba mempertahankan dua dunia yang tak mungkin bersatu ini, semakin aku merasa kehilangan diri sendiri. Mungkin aku terlalu sombong, terlalu egois, hingga aku tidak menyadari bahwa di akhir jalan ini, hanya ada kehancuran yang menanti.

Ujung kesalahan sudah nampak ketika cerita pendustaan itu akhirnya sampai ke telinga wanita pertama itu. Seperti petir yang menyambar di tengah hari yang cerah, kenyataan yang selama ini ku sembunyikan terungkap tanpa bisa ku bendung lagi.

Semua kebohongan yang kulakukan, semua kata manis yang kuberikan, kini terasa seperti duri yang menusuk ke dalam hati. Aku bisa melihat bagaimana wajahnya berubah, dari penuh cinta menjadi penuh air mata dan luka yang tak terhingga.

Dia, yang selalu setia mendampingiku, kini merasa dikhianati oleh orang yang seharusnya melindunginya. Saat itu, aku menyadari betapa dalam aku telah terperosok, dan bagaimana kesalahanku telah melukai seseorang yang paling berharga dalam hidupku. Ditengah kebisingan pikiran tentang ketahuan itu, cerita tersebut terdengar pula ke wanita kedua.

Kejutan dan kebingungannya seolah menyatu dengan rasa cemasku, karena aku tahu, aku telah mengorbankan dua hati yang kucintai, dan tak ada jalan kembali untuk memperbaiki semuanya.

Kebisingan dalam kepala itu seakan memberi jalan sesat dalam memberi keputusan yang akhirnya menjadi penyesalan terbesar dalam hidupku. Sampai sekarang, aku tak memaafkan diriku ini.

Ya, aku memberi keputusan mengakhiri hubungan dengan perempuan pertama tanpa memberikan pernyataan dan memberikan alasan . Pada saat itu, segala yang kulakukan terasa seperti keputusan yang harus diambil sebuah jalan keluar dari tekanan yang kurasa begitu berat. Namun kini, setelah semuanya berlalu, aku sadar betapa bodohnya aku.

Dia adalah orang yang tak hanya mencintaiku dengan tulus, tetapi juga mengajarkan aku banyak hal tentang arti perjuangan sejati. Dan ketika aku mengakhiri segalanya, aku tak hanya menghancurkan sebuah hubungan, tetapi juga menghancurkan diriku sendiri.

Rasa bersalah itu datang begitu mendalam, setiap detik terasa seperti siksaan yang tak berujung, dan semakin aku berusaha mencari cara untuk menghindarinya, semakin nyata penyesalan itu membelengguku.

Aku memilih perempuan kedua dengan alasan yang tak bisa kusebut di sini, sebuah alasan yang bahkan aku sendiri tidak sepenuhnya pahami.

Namun, keputusan itu datang dengan bayang-bayang rasa luka yang tak pernah benar-benar hilang dari hati perempuan pertama, yang masih terbayang jelas di mataku.

Setiap kali aku melihat perempuan kedua, meskipun ada kebahagiaan sesaat, aku selalu dihantui oleh penyesalan terhadap diriku sendiri. Bagaimana bisa aku mengkhianati seseorang yang telah begitu setia dan mencintaiku tanpa syarat?

Di balik senyum yang kuberikan, ada rasa bersalah yang terus merongrong, seakan setiap detik yang berlalu semakin mengungkit luka yang ku pendam dalam-dalam.

Keputusan itu, yang kuanggap sebagai pilihan terbaik pada saat itu, malah menyisakan kekosongan yang tak terisi. Dan semakin aku mencoba untuk melupakan, semakin nyata kenyataan bahwa aku telah kehilangan sesuatu yang sangat berharga.

Semua tulisan ini bukan bermaksud membenarkan diri pribadi, tetapi memberikan sudut pandangku sendiri ketika dihadapkan pada situasi itu. Tak ayal, di penghujung tahun 2024 ini, bayangan dan kehangatan perempuan itu masih sangat hangat kurasakan, meskipun aku telah mengakhirinya di saat tahun 2020 itu.

Setiap kali tahun berganti, kenangan tentangnya kembali menyapa, menghadirkan rasa sesal yang tak pernah benar-benar hilang. Meski waktu terus berjalan, aku tak bisa menyangkal bahwa ada bagian dari diriku yang tetap terikat padanya, terjebak dalam kenangan indah yang seharusnya tak pernah aku tinggalkan.

Tahun-tahun berlalu, namun penyesalan itu tetap menghantui, dan aku pun terjebak dalam pertanyaan: apakah aku pernah benar-benar layak untuknya?

Untukmu, perempuan yang pernah saya sakiti, aku ingin bertemu, menjelaskan semua yang terjadi, dan mengobati lukamu itu.

Aku tahu, kata-kata mungkin tak akan cukup untuk memperbaiki semuanya, tapi aku ingin kamu tahu betapa dalam penyesalanku. Aku menyesal karena telah membuatmu merasa tidak dihargai, karena telah menghancurkan kepercayaan yang telah kamu berikan padaku.

Mungkin aku tak bisa menghapus rasa sakit yang kuperbuat, tapi aku ingin melakukan apapun yang aku bisa untuk memberi penutupan pada semuanya, memberi ruang untukmu agar bisa melanjutkan hidupmu tanpa bayang-bayang kebohongan yang kubuat.

Aku tak ingin kamu membawa luka itu selamanya, karena aku tahu betapa berharganya dirimu, dan betapa seharusnya aku menjaga cinta yang pernah ada di antara kita.

 
 
Penulis: La Jupe.

Pronesiata

Kami percaya jika semua tulisan layak untuk dibagikan. Tak perlu harus sempurna! Media ini ruang bagi semua yang memiliki karya tulisan.

© pronesiata.id. All Rights Reserved.