Thu, 12 Dec 2024

Masa Pondok yang Menyedihkan

Pada bulan maret saya masih ada di pondok sedangkan orang tua saya berada di Makassar. Saya mondok di Madura dan di Madura saya diurus sama nenek dan kakek saya.

Dan pada suatu waktu nenek saya jatuh sakit yang sangat parah. Dan tidak lama nenek saya sembuh dan kembali beraktivitas seperti biasa. 

Tetapi tidak berselang lama setelah nenek saya keluar dari rumah sakit 4 hari kemudian nenek saya meninggal. Disitu saya sangat terpukul dan hilang semangat untuk melanjutkan mondok.

Ayah saya langsung pulang ke Madura dengan menggunakan uang seadanya untuk mengikuti pemakaman nenek. Ayah saya pulang dengan saudaranya.

Malam harinya nenek sudah dimandikan tetapi belum dikuburkan karena kami semua masih menunggu ayah dan saudaranya. Kami semua menunggu ayah dan saudaranya sangat lama.

Hingga pagi pun tiba tetapi belum juga datang tetapi tak selang berapa lama ayah saya dan saudaranya datang pada saat hampir sholat Jum'at, disitu kami semua langsung menguburkan nenek sesudah sholat Jumat.

Tetapi yang tidak saya duga beberapa bulan berlalu tak terasa nenek telah meninggalkan saya 3 bulan lamanya. Tak lama kakek saya mulai jatuh sakit dan terpaksa di bawah ke rumah sakit tetapi sampai di rumah sakit.

Rumah sakit tersebut tidak bisa mengatasi penyakit kakek saya karena sudah terlalu parah. Kami sekeluarga menyepakati untuk membawah kakek untuk berobat di Surabaya. 

Setelah sampai di rumah sakit kakek langsung ditangani oleh dokter. Tetapi tak lama kemudian dokter keluar sambil menampilkan wajah yang sedikit sedih sambil menyampaikan bahwa kakek harus di operasi.

Kakek memiliki penyakit paru-paru. Disitu kakek pun di operasi dan alhamdulillah kakek bisa pulang ke Madura kembali.

Setelah sampai di rumah kakek langsung beristirahat karena masih belum stabil. Dan saya mendapat kabar bahwa idul adha yang kurang dari satu minggu lagi di situ saya sangat senang karena orang tua saya akan pulang ke Madura untuk idul adha.

Pada saat malam idul adha saya dan orang tua saya pergi ke rumah kakek untuk menjenguknya. Ternyata kakek sudah tidak sabar untuk besok karena besok sudah Idul Adha.

Pada esoknya saya dengan ayah saya pergi ke mesjid untuk sholat Idul Adha dan setelah sholat kami pulang ke rumah. Tiba-tiba mendapati telpon bahwa kakek sudah meninggal! 

Di situ kami langsung pergi ke rumah kakek dan mendapati kakek sudah di ngajikan. Saya dan ayah saya nangis, sedih, kesal semuanya bercampur aduk.

Langkah-langkah terasa berat saat kakek diantar ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Di sanalah, akhirnya kami harus benar-benar melepaskannya, meskipun hati ini belum siap. Setiap doa yang dipanjatkan terasa seperti penghiburan kecil di tengah perasaan kehilangan yang begitu besar.

 

Penulis: Muhammad Rafi Hidayat.

Pronesiata

Kami percaya jika semua tulisan layak untuk dibagikan. Tak perlu harus sempurna! Media ini ruang bagi semua yang memiliki karya tulisan.

© pronesiata.id. All Rights Reserved.