Pelangi Setelah Hujan
Aku selalu menyukai hujan. Walaupun datang membawa dingin, tapi setelahnya, ia tak lupa mengganti dingin itu dan meninggalkan sesuatu yang jauh lebih indah.
Aku jauh lebih menyukai pelangi. Benda langit itu berani muncul setelah datangnya hujan, bahkan setelah datangnya badai. Pelangi berani membawa warna dan tetap tampil indah, meski sebelumnya ia melewati badai yang dingin.
Kehidupan pun demikian. Setelah melalui kepedihan dan kesulitan, pada akhirnya setiap insan akan disambut dengan kebahagiaan sebagai imbalan atas kesulitan yang telah dilaluinya.
Kisahku kali ini, dekat sekali dengan kutipan indah, yang menyebutkan bahwa setelah datangnya hujan, akan ada pelangi yang menggantikan dinginnya hujan itu.
Sebulan setelah melewati pergantiannya tahun, aku dan Mama pernah mengalami berada di tengah badai kuat yang seakan tak berujung.
Ayah dirawat di rumah sakit selama kurang lebih seminggu. Mama yang harus bekerja lebih keras dan pulang lebih malam demi menebus biaya rumah sakit, kemudian beberapa ujian praktek kelulusan Sekolah Menengah Pertama-ku yang harus ditunda.
Aku tidak pernah mengeluh. Mama mengajarkan bahwa Tuhan pasti akan menyiapkan imbalan yang setimpal atas kesulitan yang dilalui makhluk-Nya.
Untuk membuktikan perkataannya, Mama berusaha mati-matian guna melewati kesulitan yang keluarga kami lalui. Beliau meninggalkan urusan di luar beribadah dan mencari nafkah.
Sementara menjalankan aktivitas yang lebih berat dari biasanya, beliau juga berkali-kali mengingatkan bahwa tidak ada kesulitan yang dilalui tanpa akhir yang indah.
Hingga, perkataan Mama pada akhirnya terbukti benar. Kesulitan yang seakan tak berujung yang berkali-kali menimpa, mendapat imbalannya. Uang yang beliau perjuangkan selama seminggu itu nyaris tidak digunakan sama sekali.
Kami benar-benar diberikan balasan kebaikan atas kesulitan yang kami lalui, yaitu seorang dokter yang hadir dalam hidup Ayah sebagai bos beliau.
Dokter rupawan itu membiayai segala tagihan rumah sakit, membuat Mama tak perlu mengeluarkan biaya sepeserpun. Bahkan urusan pengobatan dan pemulihan selama di rumah sakit, dokter itulah yang mengurus sepenuhnya, seolah tak membiarkan Mama campur tangan.
Ayah pulih ke keadaan semula, berkat balasan dari perjuangan tanpa henti. Membiarkan kebaikan mengelakkan badai.
Mama tak henti mengucap syukur, bahkan berterimakasih berulang-ulang saja rasanya tak pernah cukup.
Tujuh hari yang Mama lalui di atas kapal yang terombang-ambing di tengah laut, seakan mendapat pulau penuh harta di tengah-tengah perjalanan.
Badai melelahkan yang beliau lalui, seakan mendapat pelangi-nya setelah seratus enam puluh delapan jam perjuangan.
Peluh keringat, sayu matanya yang lelah, dan rapalan doa tanpa jeda sudah cukup menjadi saksi perjuangan beliau yang tak henti.
Mama betul.
Bahwa akan ada pelangi yang indah setelah turunnya badai yang mencekam.
Terima kasih telah membaca,
Perempuan penuh mimpi, TheMonica.