Perihal Kehilangan dan Melupakan
Perihal kehilangan yang dirasakan oleh setiap manusia, sakitnya tidak bisa dibandingkan. Proses mengikhlaskan juga tidak bisa disamaratakan.
Hai, ini buat kalian yang pernah kehilangan seseorang yang kalian sayangi. Aku tau rasanya nggak mudah untuk tetap berdiri tegar di tengah pelukan, tangisan, doa, bahkan harapan orang orang yang bilang “yang semangat ya”.
Aku tau rasanya susah untuk tetap kuat disaat kita bahkan masih menerka “apa sih yang sebenarnya terjadi? “ disaat kita masih berharap ketika kita bangun dari tidur kita, orang yang kita sayangi masih ada dan tetap tersenyum pada kita.
Nggak apa apa kok kalau kita belum kuat, nggak apa apa kalau kita mau marah, sedih, kecewa, nangis, bahkan bingung karena bagaimanapun kita tetap manusia biasa yang tidak bisa memaksakan kehendak mereka.
Dimalam itu aku juga sempat merasakan kehilangan seseorang yang mungkin berarti di kehidupanku, seseorang yang selalu menjadi tempat aku bercerita, seseorang yang selalu membuatku tersenyum.
Tapi ketika suatu hari dimana dia tiba tiba pergi aku benar benar nangis, bahkan bingung nggak tau harus ngapain sampai aku berfikir “aku nggak sepantas itu ya buat dia? Dia kenapa tiba tiba pergi?” Dan masih banyak lagi pikiran yang berkecamuk di kepalaku.
Tapi seiring berjalannya waktu aku pelan-pelan untuk belajar mengikhlaskan dan berfikir meskipun kita sama sama kehilangan, namun kita tidak akan pernah menjadi dia. Karena tak jarang banyak luka yang bisa dijelaskan.
Memang segala yang berbentuk kehilangan selalu menyakitkan, tetapi kehilangan ada bukan untuk meninggalkan rasa sakit seseorang yang kita anggap penting untuk kesekian kalinya.
Emang sih nggak mudah, tapi kehilangan juga bisa membuat kita belajar menerima akan berakhirnya sebuah kisah di satu chapter kehidupan, belajar untuk menelan rasa pahit saat membalik halaman baru tanpa hadirnya mereka yang hilang, dan belajar memahami kalau kehilangan adalah bagian dari hidup.
Kalau bisa dihindari bukan kehilangan namanya. Tapi kalau yang bentuknya harus dihadapi, harus di ikhlaskan, direlakan sudah pasti bentuknya adalah kehilangan, gapapa namanya juga hidup. Mungkin mereka yang datang hanya dititipkan bukan untuk ditetapkan.
Banyak hal yang bisa kita coba untuk bisa melupakan dan ikhlas yaitu dengan mencari kesibukan, karena cara terbaik melupakan adalah dengan menyimpannya dengan kenangan yang baru
Penulis: Andriani, seorang perempuan dan kisahnya.