Sedekah Sebungkus Sup
Sedekah tidak harus selalu ketika kita dalam keadaan lapang atau berlebih. Justru sedekah ketika keadaan kita dalam keadaan sempit atau pas-pasan bisa jadi lebih bernilai. Sebab ketika keadaan kita sendiri sedang sulit pun, kita masih bisa memikirkan keadaan orang lain.
Sebagai seorang anak kuliah yang kini hidup merantau, bagiku perihal makan bisa menjadi pilihan yang sulit. Bukan hanya mementingkan gizi saja tetapi juga menyangkut keadaan dompetku serta memperkirakan jangka waktu uang bulanan yang akan dikirim oleh orang tuaku dari kampung halaman.
Ditambah kesibukan kuliah dan kegiatan organisasi yang menyita waktu, membuatku lebih memilih untuk membeli lauk siap saji daripada harus memasak.
Untungnya di jalanan sekitar kampusku, ada kios yang menjual makanan serba sepuluh ribu rupiah. Lauk-pauk tersebut sudah dibungkus dalam plastik dan rasanya lezat.
Ada berbagai jenis makanan seperti ikan goreng, ayam goreng, semur telur, tempe goreng, sup sayur, sayur bayam, dan gulai ikan.
Meskipun jelas bungkusannya kecil, tetapi satu bungkus makanan sepuluh ribu itu cukup untukku dua kali makan. Aku hanya tinggal memasak nasi di kontrakan saja.
Seperti biasanya kios tersebut ramai oleh anak-anak mahasiswa. Maklum bagi kami kios ini bagaikan sosok penyelamat karena harganya cukup terjangkau untuk anak mahasiswa.
Lauk yang tersisa untuk kubeli hanya tinggal sebungkus sup sayur. Tetapi ketika hendak pergi, aku melihat seorang ibu yang terlihat kecewa karena semua lauk sudah habis.
Hatiku merasa gelisah dan terjadi pergolakan batin kecil dalam diriku. Antara memberi lauk yang sudah kubeli atau pergi begitu saja. Akhirnya setelah berpikir sejenak, aku pun mendekati ibu tersebut.
“Bu ini ambil saja lauk saya. Maaf lauknya hanya sayur sup. Semoga ibu senang,” ucapku. Mata ibu itu langsung berbinar “Ya Allah terima kasih ya adik. Semoga Allah merahmati dan memberi adik rezeki yang melimpah.”
Ucapan sederhana ibu tersebut membuatku bahagia karena merasa sudah melakukan hal yang benar.
Aku pulang ke kontrakan dan merebahkan tubuhku di kasur. Tiba-tiba dari arah depan ada seseorang yang mengetuk pintu. “Inong, ini Bu Wati habis masak sup ayam. Ibu bagi semangkuk buat kamu.
Dimakan ya,” ucap Bu Wati tetanggaku. Aku menerima sup ayam tersebut sambil berkata “Alhamdulillah terima kasih ya Allah. Terima kasih Bu Wati atas makanannya.”
Pengalaman tersebut mengajarkan aku bahwa yakinlah ketika kita ikhlas bersedekah maka Allah akan memberikan keberkahannya kepada kita.
Penulis: Inong Islamiyati Abdullah biasa dipanggil Inong. Tinggal di Ciputat, Tangerang Selatan. Kini bekerja sebagai staf keuangan di salah satu yayasan sosial. Dapat ditemui melalui instagram @inong_islamiyati.