Tentang Remaja dan Proses Dewasa
Mencari jati diri menjadi hal yang wajar bagi semua golongan anak muda, Bahkan saya masih termasuk didalam golongan tersebut, “masih mencari” bukan berarti saya belum ada pengalaman sampai saat ini.
Dan saya disini Ingin sedikit menceritakan pengalaman masa remaja saya diusia saya yang saat ini (15th).
Saya merupakan anak tengah yang besar di salah satu kota kecil di kalimantan utara, Nunukan.
Saat masa SMP dimulai, saya memulai perjalanan saya untuk mencari yang namanya “JATI DIRI” Itu.
Berawal dari memulai untuk bergaul dengan teman-teman sebaya, kemudian dilanjut dengan mulai bergaul dengan teman yang lebih dewasa dalam hal umur maupun pikiran.
Saat saya mulai bergaul dengan teman sebaya, saya mulai keluar hingga larut malam, tanpa hasil, tanpa adanya pelajaran yang didapat, dan tanpa memikirkan diri sendiri dan orang rumah yang terus-terusan khawatir tentang saya.
Tetapi, beda hal ketika saya mulai bergaul dengan orang yang lebih dewasa, dalam hal ini, saya belum berubah, saya masih saja terus-terusan keluar hingga larut malam.
Tetapi jangan salah, saya selalu pulang bawa cerita dan pelajaran dari orang yang lebih dewasa dari saya itu.
Yang menjadi alasan saya berpaling dari pertemanan sebaya juga seperti mendapat cerita dan gambaran saat sudah dewasa kelak, akan seperti apa dan bagaimana nantinya, agar saat dewasa kelak saya tidak kaget akan hal-hal yang belum pernah saya dapati saat masa remaja ini.
Awal mula saya mendapati teman yang lebih dewasa juga dari teman sebaya saya yang memiliki banyak kenalan, dari teman ke teman, kemudian menjadi teman.
Saya memiliki satu pengalaman yang sangat berharga dari salah satu orang yang saya kenal, dia sudah saya anggap seperti abang saya sendiri.
Dia menawarkan kepada saya untuk bantu pekerjaan di cafenya bernama “BARIQ.KOPI”, disana lah semua kejadian dan pengalaman berharga itu terjadi, saya mulai memperbaiki cara untuk berkomunikasi, saya belajar cara menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab.
Alasan kenapa saya menerima tawaran untuk membantu di café tersebut, karena pada saat itu saya sering keluar malam dan kebetulan sedang libur, kemudian saya mulai berfikir “apa yang saya dapatkan jika saya bekerja di sana?, apa yang akan terjadi jika saya bekerja di café tersebut?, mumpung lagi libur, gas ajadeh” dll.
Kemudian tanpa menambah pertanyaan dan pernyataan lain saya langsung menelpon ibu saya dan berkata.
“bu, bolehkah saya bekerja?”, kemudian ia menjawab “kerja?, kerja apa?, dan kenapa tiba-tiba ingin kerja?”, “iya, kerja di café punya bang ajin” jawab saya dengan nada bergetar.
“baru saja saya ditawarkan untuk bergabung di sana karena lagi butuh orang untuk bantu-bantu untuk sementara waktu, apalagi saya sedang libur juga, sekaligus cari pengalaman” lanjut saya menjawab pertanyaan ibu.
kemudian ibu saya menjawab “silahkan, yang penting ingat tuhanmu dan rumahmu, juga jangan lupakan orang terdekatmu”, “okee bu, terima kasih” jawab saya dengan senang dan tenang.
Sebelum hari pertama dimulai, tentu saya di beritahu tentang peraturan-peraturan dan hal-hal apa saja yang boleh dan tidak boleh saya lakukan dalam dunia pekerjaan sesuai dengan yang tertulis maupun tidak tertulis.
Saat itu juga saya mulai mendisiplin diri, dengan sadar akan waktu, sadar akan kesalahan dan mulai memperbaiki semua kesalahan satu demi satu, saya juga mulai mengerti betapa keras dan lelahnya dunia pekerjaan.
Menurut saya memang tidak begitu melelahkan dibanding mendaki sebuah bukit yang bahkan tidak terlalu tinggi, tetapi bagi saya, kerja yang benar-benar kerja sangat melelahkan meski hanya setengah hari, apalagi untuk saya yang sebelumnya hanya seorang pelajar yang sering bermalas-malasan untuk melakukan sesuatu.
Menjadi barista bukan hanya soal bagaimana membuat minuman ataupun makanan yang dipesan oleh pelanggan, tetapi juga harus memperhatikan cara berkomunikasi dan memahami pelanggan.
Kemudian yang paling berkesan dalam menjadi barista adalah bukan tentang betapa kerennya diri kita saat bekerja, tetapi bertemu dengan orang-orang baru yang memiliki kepribadian yang berbeda-beda juga.
Dan yang paling berharga adalah saat ulang tahun ibu, saya bisa membelikan dia kue untuk pertama kalinya dari hasil kerja dan keringat sendiri.
Memang bukan sesuatu yang besar, tapi perasaan haru dan bahagia saat melihat seorang ibu tersenyum bahagia adalah perasaan yang sangat amat luar biasa yang bahkan sebagian besar anak seusia saya belum pernah rasakan.
Dan tentu saja, semua itu tidak berjalan mulus. Banyak ujian dan rintangan yang harus kita lalui, pelajari dan perbaiki.
Selain itu juga harus berani mengambil keputusan.
Keputusan untuk meninggalkan kebiasaan kita disaat waktu-waktu tertentu, seperti hobby, pasangan, teman dan bahkan keluarga.
Tetapi bukan berarti kita harus melupakan itu, yang perlu kita lakukan hanyalah belajar mengefisienkan dan membagi waktu untuk semua itu.
Ada kalanya kita pergi bersama teman, keluarga bahkan pasangan, dengan syarat tidak mengganggu waktu kerja dan waktu istirahat.
Terakhir,
“menjadi manusia adalah untuk mensyukuri setiap perjalanan hidup kita, manusia berhak menentukan masa depannya sendiri”
Pada intinya, teruslah mencoba, bersyukur dan berdoa.
Menjadi dewasa tidak semudah kita bercerita,
tapi menjadi dewasa itu akan mudah ketika kita sudah menjalaninya.
Jadi, siapkah kita menjadi dewasa?...
Penulis: M. Fairuz Farid, Siswa SMK yang hanya ingin melihat ibu tersenyum.