Tidak Semua Sahabat Seperti yang Kita Kira
Saya pernah mengalami toxic friendship. Saya mempunyai 2 orang sahabat, sebut saja namanya Klara dan Sintia (itu bukan nama yang sebenarnya). Kami sudah menjalin persahabatan selama 7 tahun.
Awalnya saya menganggap mereka sahabat saya karena kami selalu merasa sangat cocok. Selera humor kami pun cukup sama. Kami selalu menceritakan seluruh hal yang terjadi pada kami, dan kami juga selalu melakukan apa yang kita sukai.
Klara bisa dibilang anak yang sangat baik, royal, dan care kepada teman-temannya. Namun ada beberapa hal yang tidak saya sukai padanya. Dia mudah ngambekan, mood yang selalu berubah-ubah dan gengsi yang lumayan cukup tinggi.
Klara juga tidak pernah mau mengakui kesalahannya dan selalu membela dirinya ketika dia berbuat salah, dan dia selalu saja ngeles. Dia juga jarang untuk mengatakan suatu kalimat yaitu "meminta maaf".
Sintia juga anak yang baik dan setia kawan, namun dia lebih respek kepada Klara dibanding ke saya. Sintia yang selalu menuruti perkataan Klara. Jadi ketika saya dan Klara bertengkar, Sintia selalu saja memihak satu orang yaitu Klara! Dan selalu saja ikut-ikutan mendiamkan saya.
*ADA BEBERAPA CERITA TENTANG PERTEMANAN KAMI, YANG PADA AKHIRNYA KAMI MEMUTUSKAN UNTUK ASING DARI PERSAHABATAN INI.*
Ketika Klara baru-baru saja putus dengan kekasihnya, saya sangat inisiatif untuk menghiburnya. Bahkan saya nekat untuk ngechat nomor mantan kekasihnya untuk memaki makinya dan menjaganya agar klara tidak melakukan hal-hal yang tidak diinginkan.
Namun apa yang terjadi ketika saya putus cinta? Klara tidak adapun memberi ucapan semangat atau datang mengunjungiku untuk menghiburku. Saya tahu mereka sangat sibuk dengan aktivitas masing-masing, tapi saya tahu mereka tidak pernah lepas dari yang namanya handphone.
Ketika kami sedang ngumpul-ngumpul di pantai mereka selalu saja bercanda tentang fisik saya yang hitam dan badan yang lumayan berisi. Bahkan ketika mereka sedang bercanda dan tertawa, saya juga ikut tertawa walau kenyataan itu menyakitkan.
Tetapi walaupun begitu mereka tetap saja masih menghina fisik saya dan mereka sudah kelewatan batas dan saya protes ke mereka "pantaskah jika fisik seseorang dijadikan bahan canda kalian berdua?"
Dengan santainya mereka menjawab "yaelah baperan amat sih, jadi orang tuh jangan terlalu baperan". Setelah mendengar omongan mereka di situ saya sangat sakit hati dengar nya.
Klara tidak pernah mau disalahkan, dan tidak mau meminta maaf jika ada kesalahan. Dia tidak mau dikritik, jika dikritik dia akan langsung marah. Terkadang saya lelah hati dengan mereka, namun tertutupi dengan rasa sayang dan nyaman mereka atas nama persahabatan.
Saya memang tidak sempurna dan banyak kurangnya tidak seperti mereka. Dengan bercerita seperti ini saya tidak ada maksud untuk mengungkit apa-apa. Saya hanya kecewa dan sakit hati kepada mereka atas perlakuan mereka ke saya.
Apakah saya terlalu lebay? Baperan? Dan terlalu sensitif atas perlakuan mereka? Tapi saya juga terpaksa harus menjauh dari mereka dan harus mundur dari persahabatan ini.
Saya juga tidak tahu, apakah sebenarnya mereka ini menganggap saya temannya atau bukan. Atau cuman saya seorang yang cuman menganggap mereka sahabat dan mereka tidak menyukai saya.
Penulis: Intan, siswa yang fokus menuntut ilmu.