Sat, 27 Jul 2024
Ceritakanaja / Sep 14, 2023

Unknown Journey: Memaknai Setiap Pertemuan

Menjadi merdeka adalah impian setiap orang, sama halnya diriku. Agustus pun menjadi saksi atas keputusanku memerdekakan diri. Dengan berbekal mimpi untuk melakukan perjalanan menikmati hidup, akhirnya terwujud pula.

Perjalanan pun ku mulai, berjalan seorang diri meninggalkan kesibukan yang selama ini menjadi pengisi hari-hariku menghasilkan rupiah, menuju ke tempat yang akupun tak tahu akhirnya.

Senja sudah lenyap ditelan gelap malam, tak terasa semua barang sudah kukemas dalam ranselku. Tak lupa mengecek tiket dan identitas yang nantinya kubutuhkan selama perjalanan.

Bertemu berbagai orang baru bukanlah hal yang asing bagiku, bahkan untuk mengakrabkan diri pun sudah menjadi hal biasa. Langkah demi langkah terus kupijakkan sampai pada sebuah bangku kosong di sebuah ruang tunggu pelabuhan.

"Mau kemana dek?" Kiranya itu pertanyaan yang akhirnya menyadarkanku bahwa sedari tadi ada seorang pria paruh baya yang sedang memperhatikanku.

Pria tersebut tepat duduk disampingku. Aku menoleh dengan senyuman sambil memikirkan apa jawaban yang akan kuberikan.

"Mau jalan aja pak" jawabku yang seketika membuat pria tersebut terheran, akan tetapi disambut ramah oleh beliau.

"Anak muda memang harus berani untuk melakukan itu, tapi ingat kamu harus punya tujuan" balasan yang cukup membuatku kaget.

Aku yang berangkat hanya untuk sekedar menikmati hidup seketika memikirkan soal tujuan, apa tujuan dari perjalananku? Bukankah menikmatinya saja sudah cukup? Itu membuat kembali berpikir sejenak.

ketika dalam lamunan, bapak itupun tiba-tiba saja melanjutkan perkataannya.

"Manusia tidak akan pernah puas dengan apa yang dilakukannya, berhentilah ketika kamu merasa cukup." Ucap bapak itu.

"Saya juga pernah seperti kamu, meninggalkan pulau jawa menuju indonesia bagian timur untuk mencari kepuasan atas diri sendiri, menikmati masa muda memang menyenangkan." Lanjut bapak itu.

Apa yang disampaikan beliau membuat pertanyaan begitu banyak dan berat dalam pikiranku. Diantara semua pertanyaan, yang paling ingin cepat kuselesaikan adalah...

 "Apa sebenarnya tujuan perjalananku?"

Menentukan tujuan yang konkrit bukanlah hal yang mudah, hidup begitu dinamis mencari jalan terbaik menuju sebuah kesuksesan.

Setiap langkah yang kita berikan nantinya akan menentukan langkah selanjutnya dalam hidup.

...

Angin sepoi-sepoi yang terus berhembus membuatku nyaman memandang lautan yang begitu indah, hingga akhirnya suara klakson kapal berbunyi menandakan kapal akan segera berangkat menuju tujuannya.

Sambil terus melangkahkan kaki menyusuri jembatan penghubung antara pelabuhan dan kapal, sesekali menyapa orang-orang yang berada di sekitarku.

"Sendiri kak?" Ucap pemuda yang berada di sebelahku, nampak dari penampilannya ia adalah seorang pendaki gunung dengan sebuah carrier di punggungnya, mungkin seusiaku.

"Iya kak, mau kemana kak? Mau naik gunung yah?" Jawabku sambil tersenyum kepada pemuda tersebut.

"Iya, ini mau naik rinjani" ucap pemuda itu, lalu kami pun bersama masuk kedalam kapal lalu mencari tempat kita masing-masing.

Apakah naik gunung akan menjadi tujuanku? Ah sepertinya terlalu riskan untuk persiapan yang minim.

Saat itu keadaan kapal sungguh padat dan sesak, banyak kegiatan nasional membuat mobilitas orang-orang timur menuju pulau jawa meningkat. Kuputuskan untuk naik ke lantai paling atas agar lebih mudah untuk bertemu banyak orang dan juga lebih mudah untuk menikmati perjalanan.

...

Nyatanya hidup memang susah ditebak, kita tidak akan pernah menyangka akan dipertemukan dengan siapa. Baik dan buruknya pertemuan adalah pengalaman dan pelajaran dalam hidup.

...

Duduk menikmati suasana yang baru pertama kali aku rasakan dalam hidup, menikmatinya adalah suatu hal yang wajib. 

Melihat daratan penuh kenangan itu menjauh dari pandangan sampai akhirnya hilang dipisahkan oleh air laut. 

Sambil terus memandang ke arah yang sama, tiba-tiba saja seorang pria yang sejak tadi memerhatikanku bersuara kepadaku.

"Mau kemana?" Ucap pria yg duduk disebelahku.

Lagi-lagi pertanyaan yang sama kuterima, dan itu membuatku masih sulit untuk menjawabnya, jika saja aku menyebut satu nama tempat, pertanyaan yang lebih berat nantinya akan datang kepadaku dan kembali sulit untuk memberikan jawaban.

Terik matahari siang itu tak sedikitpun membuatku bosan berada di pelataran kapal. Orang-orang silih berganti untuk duduk disebelahku tepat pada bangku yang sedang aku tempati.

Berbagai macam latar belakang kehidupan kutemui kala itu, sampai akhirnya aku paham bahwa jika setiap orang yang melakukan perjalanan hidup dalam pertaruhan yang begitu sulit.

...

Bersikaplah baik, karena semua orang yang kamu temui sedang berjuang dalam pertempuran yang lebih sulit.

...

Kapal ini telah berlayar cukup jauh dengan rute jayapura sampai pada tujuan akhir nantinya di pelabuhan tanjung perak surabaya. Pelabuhan makassar adalah tempat transit terakhir setelah bersandar di berbagai pelabuhan di indonesia timur lainnya.

Rute kapal pelni KM Sinabung yakni Jayapura - Biak - Manokwari - Sorong - Bacan - Ternate - Bitung - Banggai - Baubau - Makassar - Surabaya (PP)

Tak heran jika terus menjumpai penumpang dengan berbagai latar belakang suku dan budaya serta permasalahan hidup. 

Sekalipun saat itu jumlah penumpang mencapai 2 ribuan orang, separuhnya di dominasi oleh anggota TNI yang katanya akan ke Bandung dan para jamaah tabligh akan menuju Magelang menghadiri pertemuan akbar.

Sisanya adalah penumpang umum dan para anak-anak pramuka yang akan menghadiri Raimuna Nasional XII 2023 di Cibubur.

...

"Kakaknya dari mana?" Tanyaku pada seorang pria yang sedang duduk di sebelahku sambil terus menatap laut yang tak berujung.

"Dari Ternate" ucap pria itu sambil tersenyum ke arahku.

Percakapan kamipun akhirnya terus mengalir hingga aku pun cukup tau banyak hal dari beliau karena ia terus bercerita sambil aku mendengarnya dengan baik. Membiarkannya bercerita untuk melepas kepenatan yang mungkin sedang ada di kepalanya saat itu.

Akupun tau jika ia adalah seorang pekerja tambang di salah satu perusahaan tambang yang ada di pulau halmahera, 3 bulan yang lalu ia meninggalkan kampung halamannya di salah satu kota di jawa tengah untuk pergi bertaruh hidup.

Ia berangkat atas ajakan seorang kawan yang pada akhirnya sama-sama pula balik ke kampung halaman karena sudah tidak nyaman dengan pekerjaannya.

Ada banyak problematika hidup yang dialami selama bekerja di pulau tersebut, salah satunya ialah persoalan biaya hidup. Banyak faktor yang saling berkaitan, menimbulkan sebuah ketidakstabilan untuk terus hidup menurutnya. 

Faktor kesehatan yang seringkali terganggu membuatnya banyak mendapatkan potongan upah. Sehingga menimbulkan persoalan dalam biaya hidup. 

Keluar dari pekerjaan tersebut menurutnya adalah sebuah pilihan hidup. Kita bisa saja terus memaksakan agar bisa terus hidup, akan tetapi kita juga berhak atas hidup yang lebih layak. Maka dengan itu ia harus kembali ke kampung halaman untuk memulai hidupnya kembali.

"Tak banyak yang tahu batas hidup seseorang, mencoba hal baru dalam hidup itu bukanlah suatu kesalahan sekalipun mencapai kegagalan. Jangan pernah menyesal atas pilihanmu sendiri" ucapnya lalu pamit. 

Kala itu sudah menunjukkan waktu jam makan siang dan kru kapal telah menghimbau kepada seluruh penumpang menuju tempat pengambilan makannya masing-masing.

...

Apakah aku akan pulang begitu saja ketika harus menghadapi keadaan serupa?

Kala senja mulai memanjakan mata bersanding dengan hamparan lautan yang begitu indah diselimuti cahaya jingga dan diiringi suara hempasan ombak begitu memanjakan telinga, semakin mempertegas malam akan segera tiba.

Menyandarkan diri pada pagar pembatas kapal adalah pilihan yang tepat untuk menikmati itu semua, lalu lalang orang-orang tidak membuatku berhenti untuk terus memandangi ciptaan tuhan yang belum tentu bisa kurasakan lagi.

...

Banyaklah bertemu dengan berbagai jenis orang, sebab merekalah yang akan memberimu rezeki. Bukan hanya tentang uang tapi juga tentang pengetahuan dan pengalaman.

...

Dari kejauhan aku memandang seseorang yang sedang sibuk memotret keindahan alam yang ada di hadapannya. Pria itu kutaksir usianya tidak jauh beda denganku. Akupun berjalan mendekat, lalu menyapanya dengan ramah.

"Permisi kak, boleh duduk disini?" Ucapku sambil menunjuk sebuah bangku kosong dekat dari pria itu.

"Silahkan mas" balasnya dengan sambutan ramah.

"Udah biasa yah kak naik kapal?" Tanyaku penasaran.

"Iya, udah sering mas. Lepas sekolah udah berpetualang kemana-mana" ucapnya yang membuatku lebih penasaran lagi tentang perjalanan hidupnya.

Perbincangan yang begitu panjang tercipta malam itu, ia bercerita sambil sesekali menunjukkan gambar di ponselnya. Hingga akhirnya aku pun mendengarkan sebuah cerita baru lagi.

Dari beliau aku mencoba memahami betapa nekatnya seseorang hanya untuk mencapai sebuah kepuasan atas dirinya sendiri, kepuasan yang jelas dapat membuatnya merasakan luasnya dunia yang diciptakan Tuhan untuk dirinya dan orang-orang. 

Ia adalah seorang guru sukarela di kampung halamannya yang berada disalah satu kabupaten di kepulauan maluku, ia mampu menjadi seorang guru di berbagai bidang berkat kemampuannya dalam bertahan hidup bertahun-tahun di berbagai tempat yang ada belahan-belahan benua. Sebuah hal yang kiranya patut diapresiasi, telah menjadi manusia ideal atas kemauan dan pilihan sendiri.

"Ada banyak hal yang harus disiapkan sebelum betul-betul berani untuk melakukan perantauan, tapi yang terpenting dari semua itu adalah kemampuan untuk menjaga diri. Segala hal akan dihadapkan nantinya, termasuk melawan hawa nafsu." Ucapnya. Sambil akupun masih terdiam dan menjadi pendengar yang baik untuk beliau.

"Melawan hawa nafsu bukanlah hal yang mudah, bukan hanya tentang birahi saja tapi soal makan, minum dan lain-lain. Karena manusia memiliki sifat yang begitu dinamis yang terkadang beriman dan kadang tergoda. Itulah mengapa malaikat diciptakan tanpa adanya hawa nafsu, malaikat hanya ditugaskan beribadah dan mengabdi pada tuhan." Ucapnya lagi. Akupun masih saja mendengarnya sambil sesekali membenarkan perkataannya.

"Jika dalam perjalanan, kamu dapat belajar banyak dalam menjaga diri, maka yakinlah bahwa itu nantinya akan menjadi sesuatu yang bermanfaat buat dirimu. Satu hal yang harus pula menjadi catatan hidupmu, jangan pernah lupa beribadah kepada tuhanmu agar kamu lebih bersyukur dan menyadari bahwa rencana tuhanmu lebih baik dari apa yang kamu pikirkan." ucapnya.

Malam yang sungguh indah, bukan hanya soal bintang-bintang dilangit yang silih berganti menunjukkan sinarnya dalam balutan gemerlap malam. Tapi juga soal nasehat yang begitu mendalam dari seorang kawan yang baru kutemui.

...

Setelah terbangun dari tidur, aku kembali berjalan menyusuri sisi kapal mencari tempat yang pas untuk menikmati terbitnya matahari pagi itu. 

Waktu terus berputar, setelah sekian lama berada di lautan yang seolah olah tak memiliki ujung itu akhirnya nampak beberapa gugusan pulau dari kejauhan. Hal ini menandakan kapal akan segera bersandar pada tujuan akhirnya.

Dari kejauhan, gedung-gedung megah itu mulai nampak. Kemunculannya menandakan kapal semakin dekat untuk bersandar pada dermaga pelabuhan tanjung perak.

Akupun berkemas lalu bersiap untuk segera turun dari atas kapal, akhirnya kembali menginjakkan kaki di daratan setelah beberapa jam berlayar di lautan.

Bila kawan-kawan mengira aku sedang melakukan solo traveling, ada benarnya. Hanya ingin mempertegas jika perjalanan yang kulakukan ini tanpa kuketahui tujuan akhirnya, aku menganggap bahwa hidup akan terus mengalir sejauh apapun aku berjalan.

...

Sejak turun dari kapal, aku kembali memikirkan soal tujuan. Kemanakah langkah kaki ini akan membawa? Setelah terduduk begitu lama di sekitar pelabuhan, akhirnya aku memutuskan untuk segera mengunjungi sebuah kota istimewa. 

Aku terus berjalan menyusuri jalan di kota pahlawan sampai akhirnya tiba di sebuah stasiun kereta api yang akan membawaku menuju kota tujuan selanjutnya.

Naik kereta api adalah suatu hal baru bagiku, sekaligus menjawab rasa penasaranku selama ini yang ingin merasakan suasana berpindah kota dengan berkereta api. Sangat menyenangkan rupanya, menyaksikan suasana perkotaan dan perkampungan yang silih berganti di sepanjang jalur yang dilalui kereta.

...

Ada apa sih dengan jogja? Yogyakarta bukan hanya sekedar tentang nama tempat, tempat ini begitu candu bagi siapapun yang ingin menikmati suasana perkotaan dengan balutan kebudayaan yang masih terjaga. Keseringan berkunjung ke kota ini, mungkin tidak akan pernah membuatku bosan. 

...

Setelah beberapa jam berada diatas kereta, akhirnya aku pun sampai di Stasiun Tugu Yogyakarta. Saat itu hari masih gelap tetapi stasiun ini seperti tak pernah mati, masih saja begitu ramai. 

Tepat di depan stasiun ada sebuah minimarket, kuletakkan ranselku lalu duduk sambil mengambil sebatang rokok dan menyulutnya dengan penuh kenikmatan.

"Ke mana mas?" Tiba-tiba seorang pria disampingku menyapa dengan begitu ramah. Aku masih tak memiliki jawaban atas pertanyaan itu, aku masih saja bingung untuk menjawabnya.

"Baru datang mas?" Tanyanya lagi. Aku yang masih terdiam hanya bisa tersenyum dan mengangguk.

"Asalnya dari mana mas?" Tanyanya kembali dengan begitu ramah.

"Makassar mas, ini lagi melakukan perjalanan mengikuti kemana langkah kaki aja mas" jawabku asal.

"Wah jauh yah, mas. Beberapa tahun yang lalu saya juga pernah keluyuran kayak masnya, pergi kemanapun kaki ingin membawa badan saya" ucapnya yang jelas membuatku penasaran dengan kisahnya.

Aku hanya mendengarkan kisah pria yang sama sekali tak kuminta untuk bercerita ini. 

Ia bercerita panjang lebar tentang penyebab dirinya bisa melakukan perjalanan tanpa arah, awalnya ia adalah seorang pengusaha dengan berbagai macam usaha yang dimiliki, merasa maju dan sukses hingga akhirnya lupa dengan keluarganya. Terlalu asyik dengan dunianya membuat dirinya tidak melirik orang tuanya sama sekali, sampai akhirnya ajal pun menjemput kedua orang tuanya.

Kejadian itu pun menjadi tamparan keras buat dirinya, bingung untuk melakukan sesuatu hingga akhirnya memilih keluyuran dengan gaya hidup yang bebas. Dirinya pun menghampiri berbagai kota, minum, mabuk-mabukkan dan main perempuan menjadi kesehariannya saat itu. Sampai akhirnya semua usahanya bangkrut, bahkan menyisakan utang.

"Kalau masnya masih punya orang tua, jangan disia-siakan. Mumpung masih muda, jangan salah mengambil keputusan. Kalaupun salah, masih ada waktu untuk memperbaiki. Jangan kayak saya, telat, baru sadar setelah semua telah terjadi" Ucapnya.

Aku hanya terdiam dan terus mencoba memaknai apa yang pria ini sampaikan sambil terus menghisap sebatang rokok.

"Merantau boleh-boleh saja, syukur bisa sukses, gak sukses juga gak apa apa, hidup gak wajib sukses, yang wajib itu berjuang, sukses ataupun tidak yang penting jangan lupakan pulang" ucapnya lagi.

Sekian.

 

Tranding

Cerpen / 07 27, 2024
Jarum Dalam Kapas
Cerpen / 07 27, 2024
Dunia Pertama
Puisi / 07 27, 2024
Bocah Pelakon

Pronesiata

Kami percaya jika semua tulisan layak untuk dibagikan. Tak perlu harus sempurna! Media ini ruang bagi semua yang memiliki karya tulisan.

© pronesiata.id. All Rights Reserved.