Thu, 12 Dec 2024
Esai / Muhammad Riszky / Jan 02, 2021

Mengenal Istilah Layang-Layang Versi Makassar

Inginku kembali, ke masa yang lalu,
bahagianya dulu, waktu kecilku

Memulai tulisan ini dengan penggalan lirik lagu dari Payung Teduh ‘Masa Kecilku’, yang kira-kira menggambarkan perasaan akan kenangan masa kecil. Terlebih di tengah pandemi COVID-19 yang mengharuskan kita membatasi ruang gerak dan aktivitas sosial, lebih banyak dirumah. Sehingga kita memiliki waktu untuk menjelajahi dan mengingat kembali ingatan-ingatan masa lalu.

Apakah selama proses #dirumahaja kalian pernah membagikan kisah masa lalu anda, khususnya di media sosial? Kalau ya, berarti kita sama. Tahukah bahwa kenangan masa kecil tidak hanya sebagai ingatan saja, tetapi dapat mempengaruhi tubuh dan pikiran kita.

Sebuah penelitian yang dilakukan William Chopik, asisten professor di Michigan State University dan teman-temannya yang dipublikasikan dalam jurnal Health Psychology, menunjukkan bahwa pengalaman indah di masa kecil cenderung lebih jarang mengalami depresi dan penyakit kronis. William Chopik menjelaskan bahwa ingatan memainkan peran dalam membentuk cara memandang kehidupan, mengatur pengalaman untuk bertindak di masa depan.

Riset tersebut juga menjelaskan bahwa kenangan bahagia berdampak pada peningkatan kesehatan dan kesejahteraan psikologis yang membantu kita membuat pilihan yang tepat dalam hidup. Begitulah kira-kira pengantar tulisan ini yang akan berfokus pada istilah layang-layang versi Anak Makassar.

Layang-layang

Pernah tidak kita mendengar istilah pattappu’ de (dengan nada menantang) atau kaccilikiiii (dengan nada mengejek)? Ya istilah itu merupakan salah dua dari beberapa istilah dari permainan layang-layang anak Makassar.

Layang-layang merupakan salah satu permainan tradisional yang populer dimainkan di berbagai daerah di Indonesia, tidak terkecuali di Makassar. Hingga sekarang, aktivitas permainan ini masih dimainkan oleh anak-anak walaupun tidak seintens dahulu.

Silakan jalan-jalan di daerah Bontoduri dan sekitarnya, walaupun pembatasan sosial dilakukan, tidak meyurutkan semangat mereka untuk panai’ layang-layang. Bukankah anak-anak itu apa adanya?

Cukup panjang kali lebar pengantarnya, tanpa mengurangi rasa hormat kepada mantan pangondang tattara’ berikut beberapa istilah permainan layang-layang versi anak Makassar yang dibagi dalam 3 tahap, dasar/pra duel, duel dan berburu/pasca duel.

Dasar/pra duel

Terjunan. Istilah ini merujuk pada stabilitas terbangnya layang-layang agar tidak sering miring ke kiri atau ke kanan.

Bannang. Bannang (benang) salah satu unsur yang tidak dipisahkan dari permainan layang-layang. Tanpa bannang, layang-layang tidak dapat terbang, tidak dapat di kontrol. Biasanya pemain menggunakan benang tasi. Adapun wadah yang digunakan untuk menggulung benang tasi yakni kaleng cat, kaleng oli atau kaleng baygon. Yang tidak lupa dilapisi dengan koran.

Gallas. Gallas atau gallasaki merujuk pada kondisi benang tasi yang kuat, dan tajam. Biasanya pada benang tasi yang masih baru, tingkat kegallasannya masih bagus. Salah satu trik yang digunakan untuk mempertahankan kekuatan benang tasi adalah dengan memberikan pecahan beling yang halus yang dicampur dengan kotoran ayam. Ada yang pernah melakukannya?

Gara. Berlawanan dengan gallas, gara atau a’garami merujuk pada kondisi benang tasi yang sudah tidak memiliki ketajaman yang baik. Hal tersebut dipengaruhi seringnya benang tasi digunakan.

Unjung. Tahapan ini adalah proses untuk menaikkan layang-layang. Satu orang yang memegang layang-layang akan berjalan beberapa meter dari pengendali layangan dan orang tersebut melepaskan layang-layangnya sehingga layang-layangnya pun dapat terbang. Biasanya, mereka yang jadi pangunjung adalah anak yang usianya lebih muda dibanding pengandali layang-layangnya. Tak peduli kaya, miskin, cerdas, senang, sedih dll, jika kau tetap lebih muda maka jadilah anak bawang. Begitulah proses pengkaderan dalam permainan layang-layang. :D

Panai’. Naikkan, merujuk pada ajakan untuk bermain layang-layang. Panai’ de (ayo naikkan) atau panai’ ko (naikkan layang-layangmu).

Tattiling/Anjulung. Kondisi layang-layang yang terbangnya tidak sempurna, kadang ketika telah mengudara, layang-layang miring ke kiri, atau miring ke kanan. Tattiling atau tattlingi dipengarahi oleh terjunan yang tidak seimbang atau layang-layangnya yang berat sebelah.

Handyplast. Salah satu alat yang digunakan untuk melindungi jari dari goresan benang tasi. Biasanya dipasang di jari telunjuk. Ada yang pernah tergores benang tasi?

Duel

Pattappu’. Berduel untuk menunjukkan siapa yang jago dalam bermain layang-layang. Biasanya 2-3 layangan berduel (pattappu’). Layang-layang yang masih gagah terbang (tidak putus) menjadi pemenangnya.

Ngottong. Salah satu tahapan dimulainya duel. Ngottong atau ngottongi merupakan kondisi layang-layang yang mengarahkan arahnya ke lawan untuk berduel.

Buangngangi bannang. Istilah yang digunakan untuk menghindari hambatan saat menaikkan layang-layang atau saat proses duel berlangsung. Hambatan yang dimaksud yakni kabel listrik, sehingga digunakan teknik buangngangi bannang (membuang benang tasi) melewati kabel listrik agar tidak tersangkut.

Olor. Salah satu teknik dengan terus mengeluarkan benang tasi dalam proses duel (siolorrang) dengan catatan tasi yang dimiliki harus sangat panjang. Olor juga digunakan agar layang-layang semakin terbang tinggi.

Sitarekkang/Sibesokkang. Berlawanan dengan olor, sitarekkang merupakan teknik dengan menarik layang-layang terus-menerus agar layang-layang lawan putus atau bahkan bisa kita dapatkan. Yang jadi masalah dalam proses ini, dibutuhkan kesigapan dari mereka yang bertugas menggulung benang tasi agar tidak terjadi yang disebut dengan rotas.

Sinta’. Sinta’ atau pasintaki salah satu teknik dengan menggubungkan teknik siterakkeng dan siolorrong. Jadi pemain mengarahkan layang-layangnya (ottong) ke lawan secara cepat dan menarik cepat lalu menjulurkan benang tasinya juga dengan cepat. Hal ini dilakukan terus menerus dan merupakan salah satu teknik yang sulit

Rotas. Kondisi benang tasi yang tidak tergulung dengan bagus sehingga menyebabkan benang tasi tersangkut/terkait satu sama lain. Kondisi rotas atau rotasaki paling sering terjadi saat pemain menggunakan teknik sitarekkang/sibesokkang.

Co’loi. Kondisi layang-layang yang langsung putus hanya sekali percobaan. Hal ini berarti bahwa teknik yang digunakan lawan tidak bagus dan juga benang tasi yang digunakan kurang baik. Biasanya ketika terjadi hal seperti ini, kita diejek oleh lawan. Aii dico’loi.

Kaccili’/Tappu’. Kacciliki/tappuki (putus) kondisi saat layang-layang putus atau kalah berduel dengan lawan. Biasanya ketika menang, pemain berteriak ‘kaccilikiiii’ dengan nada sinis kepada lawannya.

Tappu Kalenna. Secara bahasa berarti dengan putus sendirinya, kondisi layang-layang yang tiba-tiba putus dengan sendirinya. Hal ini disebabkan karena kurang bagusnya terjunan, kekuatan benang tasi yang lemah atau benang tasi yang disambung-sambung.

Berburu layang-layang/pasca duel

Kepa’. Layang-layang yang telah putus dan terbang bebas mengikuti arah angin.

Kacici’. Tahapan dari kepa’. Layang-layang yang mengikuti hembusan angin terkadang membuat layang-layang yang kepa’ malah terbang jauh. Hal ini menyulitkan mereka yang hendak memburu/mendapatkan layang-layang tersebut. Capek coyy!!

Ondang. Ondangi (kejar/mengejar) istilah yang digunakan untuk memburu layang-layang yang putus. Sedangkan orang yang mengejar layang-layang disebut paondang, versi profesionalnya disebut paondang tattara’. Mereka mengamati langit, mata diarahkan kesana kemari sembari berharap layang-layang ada yang kepa’, dan ketika mereka melihatnya, segera diburu dengan bermodalkan benang tasi dan batu.

Gandong. Gandong/gandongi istilah yang digunakan ketika paondang mengalami kebuntuan (layang-layang tersangkut di pohon atau di atas genteng). Alat yang digunakan biasanya adalah batu kecil yang telah diikatkan dengan benang tasi, kemudian melemparkan batu itu agar mengenai layang-layang dan segera menjatuhkannya. Habis itu, keluarlah yang punya rumah dan marah-marah. Kaburrr..!!!

Sukki’. Mirip dengan gandong, sukki’ atau sukkiki salah satu teknik dengan menggunakan kayu/bamboo/pipa panjang untuk mengambil layang-layang yang tersangkut. Ini merupakan cara aman agar menghindari kemarahan bunyi atap rumah warga.

Begitulah beberapa istilahnya layang-layang versi anak Makassar, yang dikumpul dari ingatan-ingatan masa kecil dan juga hasil diskusi grup kelas dan balasan teman-teman di story whatsapp. Semoga kenangan indah masa kecil itu membawa kita lebih dewasa untuk menata masa kini dan ke depan!

 

Penulis: Muhammad Riszky, sedang menunggu Corona redah agar bisa menuntaskan skripnya, editor di pronesiata.id

Pronesiata

Kami percaya jika semua tulisan layak untuk dibagikan. Tak perlu harus sempurna! Media ini ruang bagi semua yang memiliki karya tulisan.

© pronesiata.id. All Rights Reserved.