Thu, 12 Dec 2024
Esai / Kontributor / Jan 04, 2021

Milenial Diantara Buku dan Handphone

Era modern dan serba digitalisasi menjadikan manusia tidak dapat hidup tanpa teknologi, khususnya handphone. Kemajuan ini banyak membawa perubahan dan kemudahan bagi manusia. Tidak dapat dimungkiri, hampir setiap sektor kehidupan kita; dunia kerja, pendidikan, hiburan, dan sektor-sektor lainnya sudah sangat bergantung pada teknologi digital. Tidak heran, di bidang pendidikan beberapa sekolah dan kampus menerapkan kebijakan untuk menggunakan handphone atau tablet sebagai pengganti buku.

Sejatinya, buku dan handphone adalah dua hal yang berbeda. Kenyataannya memang demikian. Umumnya, buku digunakan untuk membaca, menulis, media informasi, dan bisa juga digunakan sebagai bahan hiburan edukatif, seperti membaca buku komik, cerita pendek, atau novel.

Sementara handphone sendiri seringkali digunakan untuk bermain game, mendengarkan musik, menonton film atau video, mencari informasi di internet, berinteraksi atau berkomunikasi melalui media sosial, dan masih banyak kegunaan lainnya.

Beberapa orang menganggap handphone dan teknologi lainnya dapat menggantikan fungsi, peran, dan keberadaan buku. Anggapan meraka didasarkan pada pengalamannya bahwa banyak fungsi buku bisa digantikan dengan handphone. Dianggap lebih praktis dan lebih mudah mengakses informasi.

Tetapi banyak juga orang yang berpikir sebaliknya, bahwa buku tidak dapat digantikan dengan handphone. Bagaiamanapun bentuknya. Sebab, keduanya memang adalah dua hal yang berbeda, dan juga banyak hal dari buku tak dapat digantikan dengan handphone.

Sepengalaman penulis, membaca dan menulis di buku manual, selalu menyisakan sensasi tersendiri, yang berbeda ketika dilakukan di media digital. Ada aroma khas dari buku. Efek samping dari pancaran radiasinya juga bisa dihindari, misalnya kerusakan pada mata, pusing dll. Seringkali pula membaca buku di handphone malah mengkondisikan kita cepat ngantuk, bosan dan daya baca kita menurun, bahkan hilang.

Saat ini kita sedang menapaki era revolusi industri 4.0, era di mana segala hal diperantarai oleh digital. Rasanya, hampir setiap aktivitas kita selalu bersentuhan dengan teknologi. Sampai-sampai membuat kita bergantung pada media digital. Yang kita semua tahu, di balik kemudahan-kemudahannya, terdapat bahaya yang mengintai. Itulah kenapa, menurut hemat saya, sekalipun teknologi banyak membantu kita, tidak berarti teknologi (handphone) bisa menggantikan buku seutuhnya.

Percayalah, dengan menggunakan buku, kita akan menjadi lebih sehat dan daya tahan kita dalam membaca lebih tinggi. Sehingga, sekalipun kita membaca buku dan menatapnya berjam-jam, itu tidak akan mengakibatkan efek buruk yang parah pada kesehatan kita.

Alasan lain mengapa handphone tidak dapat menggantikan buku adalah dengan membaca melalui buku, sumber-sumber yang kita dapatkan lebih terpercaya dan diyakini keakuratannya karena disertai penjelasan, bukti dan sumber-sumber terpercaya.

Tidak jarang bahkan, ketika kita mencari informasi dari internet, terdapat banyak informasi dari beragam sumber dan terkadang informasi yang kita peroleh dari satu sumber berbeda dengan informasi dari sumber yang lain. Hal ini tentu saja membuat kita kebingungan dikarenakan terdapat banyak informasi yang berbeda dan kita tidak mengetahui mana informasi yang dapat dipercaya dan benar adanya.

Selain itu, menggunakan handphone terbatas pada persentase baterai. Berbeda halnya dengan buku yang dapat kita gunakan kapan saja dan sesering yang kita inginkan tanpa adanya batasan. Membeli sebuah handphone atau tablet juga memerlukan biaya yang lebih mahal dibandingkan membeli sebuah buku.

Belum lagi biaya untuk belanja pulsa dan kuota. Jika handphone yang digunakan juga rusak tentu memerlukan seseorang yang ahli untuk memperbaikinya dan hal ini dapat mengeluarkan biaya lagi untuk perbaikannya. Sementara buku memiliki resiko yang minim untuk terjadi kerusakan sepanjang kita dapat menjaganya dengan baik dan menyimpannya di tempat yang baik pula.

Di samping itu, jika menggunakan handphone terdapat banyak gangguan, khususnya bagi seorang siswa dalam hal belajar di rumah ataupun di sekolah. Di sekolah, jika guru sedang menjelaskan suatu materi, siswa mungkin lebih memperhatikan aplikasi, games, atau situs-situs yang tidak bersangkutan dengan materi pembelajaran, sehingga mereka tidak memperhatikan penjelasan dari guru mereka.

Handphone juga memungkinkan siswa untuk melakukan hal-hal yang curang. Misalnya saat ulangan, siswa bisa saja membuka handphone miliknya untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang diberikan.

Tidak hanya itu, jika siswa diberikan tugas sekolah, banyak dari mereka yang lebih memilih untuk langsung mencari jawaban di internet tanpa membaca informasinya terlebih dahulu dan tidak menganalisanya. Mereka langsung menulis apa yang mereka dapatkan dari internet tanpa mengerti maksud dari apa yang mereka tuliskan. Bahkan, tidak sedikit siswa yang menggunakan handphone sebagai kalkulator saat pelajaran matematika.

Hal ini tidak hanya terjadi di sekolah saja, melainkan juga terjadi di rumah. Akibatnya, siswa menjadi malas untuk berpikir sendiri dan menemukan jawabannya. Mereka hanya membutuhkan handphone untuk mencari apa saja yang mereka inginkan dan mereka beranggapan bahwa mereka tidak perlu untuk belajar dan berpikir keras.

Alasan terakhir adalah anak-anak yang menggunakan handphone sebagai pengganti buku akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak senang bersosialisasi dengan orang-orang di sekitarnya, termasuk keluarga dan teman-temannya. Hal ini bisa terjadi dikarenakan mereka lebih memilih untuk menyendiri bersama handphone yang selalu dibawa dan digenggam ke manapun mereka pergi.

Mereka lebih fokus pada handphone-nya daripada lingkungan di sekitarnya. Mereka tidak peduli apa yang terjadi di lingkungan sekitar mereka.

Dalam kondisi yang lebih parah, mereka menjadi lupa akan tugas-tugas yang diberikan dari sekolah dan menghabiskan waktu mereka hanya untuk bermain handphone. Bahkan, di saat malam hari dimana waktu untuk mereka tidur, mereka habiskan untuk bermain handphone. Akibatnya, mereka tidak dapat fokus saat belajar di sekolah dikarenakan mereka merasa mengantuk dan pada akhirnya mereka mendapatkan nilai buruk di sekolah.

Karena itu, saya pribadi tidak setuju jika handphone dan teknologi lainnya difungsikan sebagai pengganti keberadaan buku. Meskipun, saya mengakui handphone juga memiliki fungsi dan dampak yang positif, seperti mencari informasi di internet lebih mudah dan cepat. Secara fisik handphone atau tablet juga lebih keren dan fleksibel dibandingkan dengan buku, terutama bagi generasi milenial yang tidak dapat hidup tanpa adanya teknologi.

Fitur-fitur yang ada di handphone, seperti dengan adanya aplikasi youtube yang memungkinkan penggunanya dapat menonton video pembelajaran, yang lebih menarik dibandingkan sekedar membacanya melalui buku atau berinteraksi dengan orang lain melalui media sosial dalam jarak yang jauh tanpa harus bertatap muka.

Hal ini menyebabkan banyak orang yang lebih tertarik menggunakan handphone daripada buku. Selain itu, jika menggunakan handphone sebagai pengganti buku, kita tidak memerlukan banyak kertas. Kita dapat menggunakan handphone untuk belajar atau membaca berita dan informasi-informasi lain. Tetapi sekali lagi, itu tidak menjadi alasan untuk menjadikan handphone atau tablet sebagai pengganti buku seutuhnya.

Pada intinya, buku maupun handphone atau teknologi-teknologi lainnya dapat memberikan dampak yang positif. Tentu dengan kegunaannya masing-masing. Tidak salah jika kita menggunakan handphone sebagai media pembelajaran dan informasi seperti halnya buku, tetapi percayalah buku selalu lebih memberikan dampak positif yang lebih banyak untuk siswa bila dibandingan dengan handphone dan tablet.

 

Penulis: Whannie Y. Oeitama,  siswa kelas XI SMA Golden Gate School Makassar. Hidup itu adalah tentang belajar dan berbuat baik.

Pronesiata

Kami percaya jika semua tulisan layak untuk dibagikan. Tak perlu harus sempurna! Media ini ruang bagi semua yang memiliki karya tulisan.

© pronesiata.id. All Rights Reserved.